webnovel

Mengirim Dia Pergi

บรรณาธิการ: Wave Literature

Saat mengingat jika dirinya membawa robot seperti anak kucing dan anak anjing, dan kini membesarkannya dengan menganggap robot itu sebagai anak-anak, hal ini bukanlah sesuatu yang buruk. Chen Yuhang merasa jika perasaan ini justru hal yang terbaik.

Namun dirinya juga sadar jika menggunakan robot untuk memenuhi keinginannya dan bahkan memiliki ilusi seksual tentangnya juga bukan hal yang bagus. Chen Yuhang masih menganggap ini hanyalah salah satu dari banyak fungsi robot.

Tetapi, bila mencintai robot sebagai perempuan seutuhnya dan menghasilkan impuls fisiologis, Chen Yuhang tidak bisa menerimanya.

Ini tidak benar, ini tidak normal, ini tidak sejalan dengan akal sehat.

Dirinya perlu mencari cara untuk berhenti dan mengakhiri perasaan ini. Chen Yuhang mulai merasa bahwa dia tidak perlu berkonsultasi dengan Meng Bei.

Kini Chen Yuhang sudah tahu hal yang harus dilakukan.

*****

Setelah dia kembali ke apartemen, kemudian dia pun segera membuka pintu, Gu Anbao menyapanya, "Kamu sudah kembali." Dia tersenyum lembut di wajahnya.

Chen Yuhang memang suka senyumannya, tapi kali ini dia menghindari matanya dan berjalan masuk dengan tidak membalas pandangan Gu Anbao.

Dia duduk di sofa sebentar, seolah memikirkan sesuatu, lalu bangkit dan pergi ke kamar tidur. Chen Yuhang hanya membereskan kebutuhan sehari-hari Gu Anbao.

Bila diperhatikan Gu Anbao tidak punya banyak baju ganti. Perusahaan hanya menyediakan dua set untuk ganti pakaian, dan kemudian ada charger dan kabel data untuk robot. Semua itu setidaknya cocok di tas ransel kecil milik Gu Anbao.

Gu Anbao melihat bahwa tuannya ini mengemasi barang-barangnya. Dirinya mulai cuirga, dan kemudian menyaksikannya dengan diam tanpa berani mempertanyakannya.

Ketika Chen Yuhang selesai berkemas, dia mengambil tas ranselnya dan berkata dengan tenang, "Ayo kita pergi!"

Gu Anbao mengangguk pelan.

Dia tidak bertanya apa-apa.

Chen Yuhang segera melaju ke arah luar kota. Dari pusat kota yang ramai dan kawasan bisnis yang padat, dia berkendara dari kota metropolitan modern mengarah ke daerah pegunungan dan pedesaan.

Di kedua sisi jalan ada sungai yang jernih yang dipagari dengan pohon willow yang rimbun. Ladang pertanian juga membentang luas dan dibarengi dengan gunung-gunung di kejauhan.

Hari ini adalah hari yang baik. Menikmati pemandangan yang liar dan indah ini, seharusnya dapat melakukan hal yang santai dan bahagia. Anehnya dua orang di dalam mobil ini hanya saling diam.

Mulai mendekati desa tertentu, terlihat ada beberapa kambing berdiri di jalan raya di depan mobil. Melihat beberapa hewan ternak itu, Chen Yuhang bersiul beberapa kali. Sayangnya responnya kurang baik, kambing-kambing itu seakan tuli, mereka hanya mengunyah rumput dan berjalan dengan bebas di jalan raya.

Ketika mobil melaju dekat, kambing-kambing itu tetap menghalangi mereka di tengah jalan. Hal itu membuat mereka harus terpaksa berhenti.

Seakan menganggap barang mati, kambing-kambing itu berjalan hingga berada di sekitar mobil.

Beberapa saat kemudian ada seorang wanita tua berlari melintasi tanah pertanian dari samping jalan. Dia datang dan mengembalakan kambingnya supaya tidak membuat marah pemilik mobil mewah ini. Wajahnya masih tampak cemas, takut kambingnya terlanjur berbuat ulah. Segera setelah itu, sebagian besar domba perlahan-lahan meninggalkan jalan dan berjalan ke rumput hijau di kedua sisi. Sayangnya masih ada dua atau tiga domba yang berdiri di tengah jalan, ketiganya tetap tidak mau pindah.

Wanita tua itu sangat marah. Dia meraih tanduk kambing dan mulai menyeret. Ketika ketiganya masih tidak bisa bergerak, dia akan mendorong pantat mereka dari belakang.

Chen Yuhang di mobil menunggu dengan tenang, Gu Anbao juga diam dengan tenang melihat kejadian itu.

Akhirnya, Chen Yuhang memecah keheningan di mobil dengan bertanya, "Mengapa tidak bertanya, ke mana kita akan pergi?"

Mata Gu Anbao menatap lurus ke depan. Dia diam sejenak, lalu dengan patuh bertanya, "...kemana kita akan pergi?" Walau suara itu terdengar kering, tapi terasa lembut.

Chen Yuhang, "Kakekku tinggal di sini."

"Oh…" Jawab Gu Anbao singkat. Masih ingin bertanya pertanyaan lain, dia malah merasa tidak berani bertanya lebih banyak.

Beberapa menit kemudian kambing sudah diusir satu per satu, dan jalan akhirnya berhasil kosong.

Chen Yuhang merasa tenggorokan dan matanya kering, dan dia ingin mengatakan sesuatu. Namun karena ada perasaan mengganjal, dia pun tidak tahu harus berkata apa.

Mobilnya pun mulai melaju, dia berkata, "Ada hal-hal yang lebih baru di sini. Kamu perlu tinggal di sini sebentar." Chen Yuhang mulai bisa menjelaskan. Lagi pula, dia tidak tahan kecanggungan ini.

Mendengar hal itu Gu Anbao segera menatapnya dan merasa jika suasananya mulai jauh lebih santai. Dia bertanya dengan lembut, "Berapa lama aku akan tinggal?"

Chen Yuhang tidak tahu cara menjelaskannya lebih lanjut. Sebab, dirinya sendiri juga tidak tahu mengenai jangka waktu yang akan dihadapi robotnya.

"Tunggu sampai perusahaan tidak begitu sibuk." Jawabnya samar-samar.

Gu Anbao merasa lega. Lebih baik seperti itu.

Matanya kembali menatap ke depan, lalu sedikit mengangguk. Sambil merasa tenang dia berkata, "Oke, aku akan menunggumu menjemputku."

Chen Yuhang mendengar suaranya, melihat senyumnya, dan tiba-tiba merasa bahwa pada saat ini dia adalah laki-laki paling bajingan! Seorang pendosa dengan mulut penuh kebohongan!

Emosi dan rasa membenci diri sendiri membungkusnya berlapis-lapis, hatinya mulai goyah.

Mobil berhenti di depan gerbang rumah pedesaan.

Melalui gerbang besi, Gu Anbao melihat seluruh gambar rumah itu. Sebenarnya rumah itu sendiri tidak terlalu besar. Desain rumah dan luas tanahnya tidak terlalu mencolok, terlihat biasa. Bahkan rumah ini mungkin tidak memperhatikan keanggunan dan gaya rumah yang indah. Namun penuh dengan suasana pedesaan, menunjukkan kesederhanaan. 

Meski rumahnya terlihat biasa, tapi dinding atas rumah itu memiliki sistem keamanan yang sangat bagus. Pintunya juga menggunakan kunci kode elektronik khusus.

Chen Yuhang memarkir mobil, mengambil barang-barang Gu Anbao dan berjalan ke halaman. Gu Anbao juga mengikutinya, melihat hal-hal baru yang ada di lingkungan sekitarnya.

Dinding halaman penuh dengan tanaman merambat, berwarna hijau, dan ruang terbuka di kedua sisi halaman didukung oleh rak tanaman. Rak-rak tersebut ditanami dengan tomat kecil, kacang-kacangan, sayuran dan buah-buahan yang tidak dapat dikenali oleh Gu Anbao. 

Jalan batu tengah yang dilewati mereka juga didesain dengan indah di halaman ini. Selama berjalan dia melihat warna hijau dari tanaman yang merambat. Ada pula sekelompok anggur biru kecil menggantung di atas kepala. 

Setelah memandanginya beberapa lama, terlihatlah seseorang yang dengan ekspresi yang panik.

Seseorang itu keluar dari rumah dan berbicara dengan Chen Yuhang.

"Yunhang, kau sudah kembali, Paman Chen masih memikirkanmu." Seseorang ini adalah wanita yang berusia lima puluhan. Badannya sedikit gemuk, matanya agak melengkung, dengan garis melengkung yang jelas di wajahnya, dan pakaian yang dikenakannya saat itu adalah pakaian yang biasa digunakan wanita setengah baya di daerah pedesaan.

"Bibi Xu." Kata Chen Yuhang sambil tersenyum. Dia juga menarik Gu Anbao yang ada di belakangnya, berkata, "Perkenalkan ini Ruan Ruan, dia bisa tinggal di sini sebentar."

Bibi Xu tiba-tiba berkata, "Oh... yang tadi kamu katakan itu?" Chen Yuhang ingin mengatur robot untuk menjaganya, dan berdiskusi dengan Bibi Xu sejak lama.

Chen Yuhang mengangguk.

Gu Anbao berpikir bahwa Chen Yuhang telah menceritakan tentang dirinya kepada orang lain, dan Bibi Xu tidak merasa aneh mendengarnya. Gu Anbao dengan patuh menyapa, "Bibi Xu, perkenalkan nama saya Ruan Ruan."

Bibi Xu tertawa dan berkata, "Halo Ruan Ruan!"

Setelah menyapa, Chen Yuhang langsung memotong dan meminta ijin, "Aku perlu membawanya masuk untuk menemui Kakek."

Bibi Xu mengangguk, dan merendahkan suaranya, "Dia habis melihat berita dan baru saja kehilangan emosinya. Aku mohon berbicaralah dengan hati-hati ketika bertemu." Sudah terbiasa dengan itu, Chen Yuhang berbalik dan berjalan ke kamar.

Gu Anbao memperhatikan bahwa ketika Bibi Xu berjalan, dia tertatih-tatih dan kakinya sedikit timpang.

Segera membuka pintu yang seperti tirai bermanik dengan gaya lama. Di dalamnya ada hiasan rumah berbentuk kotak dengan tulisan 'Keberuntungan yang Baik'. Tulisan itu tergantung di dinding depan. Di bawahnya ada meja panjang dengan beberapa patung, dan juga ada dupa dan makanan ringan.

Gu Anbao meliriknya dan melihat masih ada beberapa tablet obat di atas meja. Dia tidak berani melihatnya. Dia menundukkan kepalanya ​​dan mengikuti Chen Yuhang.

Di Halaman belakang terdapat ladang semangka kecil.

Seorang lelaki tua dengan mantel dan rompi berjongkok di ladang itu. Dia menepuk-nepuk semangka di tangannya dan mencoba mendengar suara dentumannya. Tidak lama kemudian dia kembali meletakkan semangka itu di bawah.

Ketika dia melihat Chen Yuhang dan Gu Anbao, dirinya berteriak dengan marah, "Jangan kesini! Jangan injak buah semangkaku!"

Gu Anbao bergegas mundur dua langkah.

Tapi Chen Yuhang malah mendorongnya ke depan, "Kakek, ini Ruan Ruan. Dia akan tinggal di rumah kita sebentar."

Kakek tua dengan janggut itu menatap, "Berhenti membodohiku! Jadi ini pengasuh yang kamu undang ke sini! Biarkan dia pergi!!!"

---

Dari 15 Februari 2020, koin yang sudah digunakan untuk membeli buku yang tidak terpilih akan dikembalikan dalam waktu 30 hari. Perlu diperhatikan Fast Pass yang sudah digunakan tidak bisa dikembalikan.

Buku-buku yang terpilih untuk dilanjutkan akan memiliki tanda khusus di pojok sampul dalam 30 Hari untuk menunjukkan kelanjutannya.

Terimakasih atas pengertian Anda.