webnovel

Memanggilnya Kakak

บรรณาธิการ: Wave Literature

"Apa yang terjadi…" Ai Si menggaruk kepalanya dan bertanya "Kenapa tiba-tiba dia bisa mempekerjakan orang yang ingin kita sewa?"

Chen Yuhang mengerutkan kening dan tidak berbicara, dia hanya melihat sosok Pei Lijun perlahan menghilang di matanya.

Lili memandang Ai Si dan Chen Yuhang secara bergantian. Dia pun memberi jawaban dengan hati-hati, "Ngomong-ngomong, perusahaannya selalu memberikan pelayanan yang baik kepada orang yang bekerja di sana. Selain itu arahan Direktur Pei juga selalu tepat…"

Ai Si yang saat itu berada di sebelah Chen Yuhang tersenyum, "Apakah kamu ingin orang-orang yang bekerja padaku beralih bekerja untukmu? Semua karyawan yang dipekerjakan berasal dari perusahaan keamanan yang paling baik! Tidak jauh berbeda denganmu…"

Chen Yuhang memalingkan mukanya sambil berkata, "Cheryl sudah membantuku untuk mengaturnya."

Tetapi dia hanya menyuruh Cheryl cukup untuk mengatur dua orang...

"Atau aku akan memberimu Mars?" Ai Si tiba-tiba punya ide, "Jika kamu benar-benar ingin menggunakan Mars, kamu harus mengganti mobil. Mobil yang kamu kendarai tidak cukup besar."

"Katakan sekali lagi." Chen Yuhang merasa kesal ketika dia memikirkan perkataan orang ini di sekitarnya.

Satu grup ganda hilang, tentu saja pertandingan tidak bisa berlanjut, Chen Yuhang dengan tegas memanggil Gu Anbao kembali.

Dia ingin mendidik anak ini sehingga dia tahu bahwa robot yang sangat diperhatikannya di dunia ini bisa begitu dekat dengan orang asing.

Begitu Gu Anbao kembali, dia meraih lengan Chen Yuhang dengan gembira dan bertanya, "Apakah kamu melihatnya? Apakah kamu melihatnya? Apakah aku bisa menerima serangan bola sekarang?"

Chen Yuchen menatap wajahnya yang tersenyum lebar, dan semua keyakinannya mengenai robot ini seakan tertahan penuh di tenggorokannya. Dia tidak bisa menelan atau meludah karena pertanyaan itu. Dalam waktu yang lama, dia pun berkata dengan kaku, "Yah, itu akurat."

Mendengar itu, Gu Anbao tersenyum bahagia, "Kakak Bo juga memuji aku karena menerima bolanya dengan sangat baik, dia mengira aku adalah robot olahraga profesional."

"Kakak Bo?" Chen Yuhang mengerutkan kening, "Siapa?"

Gu Anbao menunjuk ke lapangan tenis di sisi lain, "Orang yang baru saja bermain denganku."

Kebetulan pada saat Gu Anbao menunjuk. Dari jauh, bocah laki-laki di sana melambai pada Gu Anbao, dan Gu Anbao juga tersenyum, mereka saling melambaikan tangan. Robot ini telah menjalin pertemanan yang baik, bahkan terlalu baik!

Sudah berapa lama ini? Kenapa bisa sangat akrab? Bahkan dia memanggilnya kakak?

Suasana hati Chen Yuchen sangat mulai resah. Dia ingat sekarang, sejauh ini dia selalu memanggil dirinya dengan nama lengkap ...

Chen Yuhang sedikit menyipitkan matanya, dan tangannya mengelus kepala Gu Anbao dengan lembut.

"Ruan Ruan."

"Hmmm?" Jawabnya yang masih tersenyum memperhatikan pemuda yang berada di kejauhan itu.

"Untuk mereka yang baru saja bertemu, kamu harus berhati-hati memanggilnya dengan panggilannya, tahu?" Desaknya.

Gu Anbao mengangguk, dan kemudian berkata, "Kata Kakak Bo, mereka akan pergi makan daging panggang setelah bermain tenis, dan dilanjutkan menonton bioskop di malam hari. Lalu apa yang akan kita lakukan nanti?"

Chen Yuhang mencubit telinganya, dirinya merasa salah mendengar perkataan robot ini. 

Lili yang saat itu berada di sebelahnya segera menutup mulutnya dan tertawa, "Ruan Ruan, maksud Direktur Chen yaitu menyuruhmu berhenti memanggilnya Kakak."

Gu Anbao menatap tidak mengerti, "Tapi namanya adalah kakak Bo Zheng…"

Ai Si tertawa, "Nama ini cukup murahan!"

Chen Yuhang terdiam, matanya menyipit dan melihat dengan sinis.

Ai Si meremas tangan Chen Yuhang, mendekat lalu bertanya pada Gu Anbao, "Apakah kamu tahu siapa namaku?"

Gu Anbao memandangnya dengan aneh, bagaimana mungkin dia tidak tahu... Semua pegawai selalu memanggil namanya setiap hari.

"Tuan.... Ai Si."

Ai Si tertawa dan mengerutkan kening, "Hahaha… Nanti, kamu bisa memanggilku Kak Ai Si!"

Plak!!!

Chen Yuhang menampar punggungnya! Tamparan itu bersamaan dengan kata 'Kak' diakhir suaranya!

Ai Si tidak bisa berjalan, dia hanya berjalan beberapa langkah, berteriak, "Ke sinilah Ruan Ruan dan berteriaklah! Kak Ai Si….! Kak Yuhang...! Kak Lili...!"

Gu Anbao tersipu dan menatap Chen Yuhang, mengerucutkan bibirnya, dan berbisik dengan lembut, "Aku tidak bisa memanggil…" Dia pun merasa malu untuk mengatakan...

Ai Si pun tertawa terbahak-bahak, "Hahaha... ini anak yang jujur​​…"

Chen Yuhang menggandeng Gu Anbao dan berbalik.

Ai Si bergegas untuk mengejar, "Ah! Aku tidak boleh tersenyum dan tertawa? Bagaimana bisa setiap aku ngomong kamu langsung marah…"

Chen Yuhang melambaikan tangannya, dia peduli padanya, "Aku sudah lelah, aku tidak akan bermain lagi."

Ai Si meraih lengan Gu Anbao dari belakang dan berteriak, "Ruan Ruan belum cukup bermain, Benar? Ruan Ruan? Apakah kamu ingin bermain tenis bersama kami?" 

Ajakannya ini jelas tidak mengalihkan perhatian Si Raja Iblis. Chen Yuhang pun langsung berhenti.

Gu Anbao saat itu berada di tengah-tengah antara mereka berdua.

Sebaliknya Chen Yuhang menatap Gu Anbao dengan tenang sambil mengangkat alisnya.

Ai Si juga mengundang Gu Anbao dengan antusias, "Bermain sebentar, kamu harus menjadi mahir segera setelah kamu belajar. Ayolah, mari kita mainkan pertandingan berikutnya!"

Tentu saja Gu Anbao juga ingin bermain... Bermain tenis lebih menarik daripada tidak melakukan apapun di rumah.

Tanpa sadar, dia menunjukkan keraguan dan merasa sungkan. Setelah menatap Ai Si, dia beralih menatap Chen Yuhang yang tampak menantang.

Sama halnya dengan Chen Yuhang yang memelototi Ai Si dengan tenang, lalu memandang Gu Anbao dan berkata, "Ruan Ruan, apakah kamu ingin pergi ke bioskop?"

Seketika Gu Anbao Langsung tampak gembira, matanya dengan cepat berubah cerah menatap Chen Yuhang, "Tentu!!! Aku ingin melihat…"

"Chen Yuhang! Jangan membawa trik seperti itu!" Ai Si menolak dikalahkan dengan penawaran seperti itu.

Gu Anbao terdiam sambil memikirkan siasat yang digunakan Chen Yuhang padanya. Apakah itu... hanya untuk membujuknya keluar dari sini?

Gu Anbao masih mendengarkan Chen Yuhang dengan tenang, "Seingatku beberapa film yang dirilis baru-baru ini sangat bagus. Apakah kamu akan bersama Lili seharian ini disini?"

Ai Si terkejut, "Apakah kamu benar-benar berencana untuk membawa Ruan Ruan ke bioskop?"

Chen Yuhang tersenyum dan segera membawa Gu Anbao meninggalkan Ai Si dan Lili.

Ai Si berbisik dalam hati, 'Bukankah Chen Yuhang selalu benci pergi ke bioskop?'

Chen Yuhang mengajak Gu Anbao keluar dari lapangan tenis sewaan itu. Sayangnya di luar sedang berawan dan kabut. Ketika mereka naik mobil, dia bertanya, "Apakah kita akan pergi ke bioskop?"

"Iya.." Chen Yuhang membungkuk dan mengencangkan sabuk pengamannya. 

"Bukankah kamu baru saja iri pada orang yang berpesta daging panggang dan menonton film?"

Tidak ingin menyangkal perkataan Chen Yuhang. Dalam hatinya, Gu Anbao sangat ingin pergi ke bioskop, dia sangat bahagia! Telinga macan tutulnya saja juga ikut bergetar!

"Wah hebat sekali..." Kata Gu Anbao dengan perasaan bergembira.

Chen Yuhang melihat senyum di wajah robotnya ini dan ikut merasa bahagia. Dia pun mengulurkan tangan dan menyentuh kepalanya, mobil itu mulai bergerak meninggalkan lapangan itu.

Mobil itu melesat pergi, hanya menyisakan jejak debu.

Di sisi jalan yang juga dilewati Chen Yuhang, Pei Lijun sedang duduk diam di mobilnya dan menikmati pemandangan yang bagus dari jendela mobilnya.

Seketika dia melihat mobil Chen Yuhang melesat jauh, Pei Lijun sedikit memiringkan kepalanya, bertanya-tanya apa yang sebenarnya dipikirkan Chen Yuhang sehingga mobilnya melaju cepat seperti itu...

Dia berpikir cukup lama dan mengambil ponselnya untuk menelepon.

"Ada sesuatu, periksa untukku…"

******

Sesampainya di bioskop, ternyata tempat itu sedang dipenuhi banyak orang.

Banyak poster besar tergantung di lobi, dan sebuah trailer film diputar di layar LCD yang ada di tengah.

Chen Yuhang melirik berbagai pasangan disana-sini, alisnya tidak bisa berhenti terangkat.

Keramaian seperti ini adalah salah satu alasan utama dia tidak suka bioskop. Sebagai seorang yang telah melajang selama bertahun-tahun. Setiap kali ia pergi ke teater, ia akan dikelilingi oleh berbagai tindakan yang secara tidak langsung menghujat dan memaki, seakan membuatnya merasa bahwa tempat itu tidak cocok untuknya...

Sangat... tidak nyaman. 

Oleh sebab itu, dia jadi terbiasa menonton film di rumah, dan tempat seperti bioskop tidak pernah ia datangi lagi.

Hari ini adalah hari Sabtu. Selain rilis beberapa film dengan skor tinggi dari luar negeri baru-baru ini, serta populer diputar disemua bioskop.

Chen Yuhang menggandeng tangan Gu Anbao dan melihat daftar film dengan santai, lalu bertanya, "Mana yang ingin kamu lihat?"

Gu Anbao menunjuk dengan serius pada salah satu poster yang ada di sana.

Chen Yuhang terdiam sejenak, "Apakah kamu yakin?" Begitu dia melihat posternya, film ini adalah film horor.

Gu Anbao mengangguk dengan tegas.