webnovel

Jangan panggil aku Pelacur

Fanya, remaja yang lahir dari keluarga yang sangat hancur. Awal kehancuran keluarganya adalah setelah kepergiaan sang ayah. Hingga dirinya bertemu dengan Deka si sebuah club malam. Fanya bukannya menjadi wanita penghibur di sana, melainkan ia sebagai pelayan yang mengambilkan minum untuk para tamu. Saat ini ia masih duduk di bangku SMA kelas 11. Ia terpaksa bekerja di tenpat seperti itu hanya demi biaya sekolahnya yang sudah tidak lagi di tanggung oleh sang Ibu. Aku terlahir dari krluarga yang hancur, dan kamu ikut menghancurkan hidupku?? ~Fanya Renata Putri~ Akan aku pastikan hidupmu akan tetap baik-baik saja, karena aku akan selalu ada di sampingmu. ~ Deka Putra Atmajaya ~

Doraemon_Cantik · ย้อนยุค
Not enough ratings
244 Chs

Merasa Tersaingi

Selalu saja harta adalah yang berkuasa di atas segalanya. Fanya tidak habis fikir setelah Deka menjadikannya tawanan sekarang pria itu justru akan menjadikannya alat penghasil anak.

"Ihhh, otak anak itu dimana sih sebenarnya!. Gak habis fikir gue sama dia bisa-bisanya dia mengira kalau gue ini cewek apaan," geram Fanya.

Jelas saja ia sangat tidak terima dengan perlakuan Deka. Rasanya saat ini juga ia jngin pergi dari rumah terkutuk ini.

"Kenapa sih hidup gue gini amat, kenapa rasanya kehidupan itu tidak adil buat gue!" ucap Fanya.

Sementara Deka dudah rapi dengan seragam kantornya. Setidaknya ia pagi ini bisa bernafas lega, karena ia tidak akan kehilangan harta warisannya. Ia akan bisa menikmati harta itu setelah nanti ia berhasil memberikan cucu kepada sang mama.

Deka yakin sekali kalau gadis itu tidak akan bisa menolan keinginannya. Karena ia akan terus menekan Fanya, dan kalau pun Fanya nantinya akan menolak akan Deka pastikan kalau Fanya tidak akan bisa berkutik lagi setelah ia menggunakan ancamannya.

"Huhh, rasanya hari ini benar-benar kaya terangkat semua ini beban di kepala gue!. Dan kalau Mama nanti nelfon gue gak akan bingung lagi nanti buat jawab apa," ujar Deka.

Dan benar saja, baru saja Deka selesai berucap tiba-tiba sang Mama telepon.

"Halo Ma," ucap Deka setelah me.gangkat teleponnya.

"Gak usah basa-basi, gimana kamu udah mau menerima keinginan Mama?" tanya wanita paruh baya itu di balik telepon.

"Sudah dong Ma, pokoknya Mama tenang aja. Segera mungkin Deka akan menikah dengan pacar Deka Ma!" sahutnya.

"Bagus, ini yang Mama tunggu-tunggu dari kamu. Dan Mama sudah sangat tidak sabar untuk menimang-nimang cucu," ujarnya dengan senang.

Deka yakin sekali kalau raut wajah mamanya saat ini pasti terlihat sangat bahagia.

"Maaf Ma, Deka sebenarnya tidak benar-benar akan membangun rumah tangga dengan gadis itu. Deka yakin kalau Mama tau rencana Deka pasti akan sangat terluka!" ujarnya.

Pria itu meletakkan ponselnya di atas meja setelah sang mama menutup sambungan teleponnya.

"Fanya harus gue paksa, dia gak boleh nolak buat nikah sama gue!" ucap Deka lagi.

Di sekolah Fanya saat ini tengah melamun di Kantin. Gadis itu memikirkan nasibnya yang sebentar lagi semua harapan dan cita-citanya akan hancur. Fanya benar-benar tidak menyangka kalau penderitaan di hidupnya tidak sampai di situ saja. Rupannya penderitaannya ini masih berlanjut, masih banyak jalan terjal yang akan ia lewati.

"Gue benar-benar gak tau lagi harus gimana, tapi yang jelas gue gak akan membiarkan cita-cita gue hancur begitu saja. Gue yakin kalau gue pasti akan bisa melewati semuanya," tegas Fanya.

Baik Deka atau siapa pun tidak akan ia bairkan untuk menindasnya. Fanya adalah gadis yang sangat kuat jadi ia akan melawan Deka, yaa hanya dengan melawan Fanya akan terlihat kuat di depan Deka.

Kring ... kring ...kring

Suara bel sudah berbunyi, ini adalah jam pelajaran terakhir Fanya. Gadis itu tidak begitu memperhatikan pelajarannya sehingga Pak Joni selaku guru yang saat ini tengah berdiri di depan kelas untuk menerangkan pelajaran pun menegur Fanya.

"Fanya, kamu tidak memperhatikan apa yanh saya jelaskan?" tanya Pak Joni.

"Maaf Pak," ucap Fanya.

"Maju ke depan kamu," perintah Pak Joni.

"Baik Pak," sahut Fanya.

Gadis itu pun akhirnya bangkit dari duduknya dan maju ke depan kelas.

"Ada apa Pak?" tanya Fanya dengan begitu polosnya.

"Masih pakek acara tanya lagi, kamu berdiri di depan kelas sambilberjinjit telinga kamu pegang dengan kedua tangan kamu," ucap Pak Joni.

Fanya pun pasrah, mau melawan seperti apa pun kenyataannya memang ia bersalah.

"Ahahahaha, rasain kamu Fanya!" teriak Bela.

Gadis itu adalah salah satu gadis yang tidak suka dengan kehadiran Fanya di sekolah ini.

Selain karena Fanya itu pintar dia juga membuat cowok di sukainya justru memperhatikan Fanya.

"Bela kamu diam, kamu mau di hukum juga seperti Fanya?" tanya Pak Joni.

"Enggak Pak," sahut Bela cepat.

Pak Joni pun kembali menerangkan pajarannya. Waktunya hanya tinggal 5 menit lagi, untung saja Fanya tertangkap tidak memperhatikan pelajaran hari ini ketika pelajaran terakhir, jadi ia tidak akan lama-lama berdiri di depan kelas.

"Baik anak-anak, pelajaran hari ini selesai dam kamu Fanya kembali ke tempat duduk kamu jangan ulangin lagi ya," ujar Pak Joni.

"Baik Pak," sahut Fanya.

Setelah bel tanda pulang berbunyi semua siswa pun langsung berhambur keluar dari kelas.

"Fanya Renata Putri, akhirnya bisa juga gue melihat elo di hukum kaya tadi!" ucap Bela.

"Lo bisa diam gak Bel, lo ngaca dong lo sering kan di hukum," cerca Lisa.

"Gue ngomong sama Fanya ya, kenapa elo yang jadi sewot sih," sahut Bela.

"Ya karena gue gak suka kalau elo itu selalu gangguin Fanya. Emangnya apa sih salah Fanya sama elo," tukas Lisa.

"Salah dia? Lo tanya salah dia itu apa?. Banyak Lis, salah dia sama gue itu banyak!" tegas Bela.

"Dasar lo itu sakit ya, orang sebaik Fanya gak pernah punya masalah sama siapa pun!" ujar Lisa. "Gue tau, pasti lo iri kan sama Fanya, lo iri karena takut tersaingi oleh Fanya," cerca Lisa.

"Iri? Gue gak salah denger, mana mungkin gue iri sama cewek kaya dia!. Gak selevel kali sama gue," sahut Bela.

"Udah-udah, gue gak papa kok Lis. Mendingan kita cabut aja yuk, lagian meladeni omongan Bela itu gak ada gunanya juga!" ujar Fanya.

"Tapi kan Fan-"

"Udah, ayo kita pulang!" ajak Fanya.

Lisa pun menurut ajalan Fanya, sedangkan Bela masih berdiri mematung di tempat.

"Dih kabur, ngomong aja kalau takut sama gue!" ucap Bela.

Tak lama kemudian datanglah Santi dan Luluk teman satu geng Bela.

"Lo kenapa Bel, kok mukanya di tekuk gitu?" tanya Luluk.

"Gue lagi BT aja sama si Fanya tuh, lo tau gak sekarang dia itu makin eksis aja di sekolah ini," jelas Bela.

"Terus maksut elo itu, lo takut kesaing Bel?" tanya Santi.

"Apa? Gue gak salah denger, mana mungkin sih gue takut kesaing. Yang gue gak trima itu cowok yang gue suka itu selalu perhatian sama Fanya, lo tau kan itu bikin gue benar-benar BT banget!" ucap Bela.

"Wahh kalau udah kaya gitu masalahnya gak bisa di biarin, lo harus kasih Fanya pelajaran Bel biar jera dia," saran Luluk.

"Luluk benar, lo harus kasih pelajaran buat Fanya!" tambah Santi.

"Kalian berdua tenang aja kalau masalah itu gue udah fikirin. Gue emang bakalan kasih dia pelajaran!" ucap Bela dengan senyum liciknya.