webnovel

JANGAN PANGGIL AKU KUCING

Dimas tak pernah menyangka bahwa kehidupannya akan berubah, saat dirinya merantau ke Ibu kota demi mengadu nasib. Berawal sebagai seorang pelayanan restoran di Jakarta, bekerja berkat bantuan teman lamanya bernama Vano. Namun, beberapa bulan kemudian Dimas berhenti dan bekerja di salah satu tempat hiburan malam. Semula, semuanya berjalan normal hingga suatu ketika ia diperkenalkan dengan seorang wanita bernama Jen. Jen sendiri merupakan wanita bayaran. Jen menawarkan kepada Dimas untuk meninggalkan perkerjaannya dan menjadi cowo bayaran (Escort) agar hidupnya bisa berubah. Pada awalnya Dimas bimbang, namun akhirnya ia mencoba jalan barunya tersebut. Benar saja, setelah berubah haluan dan menjadi cowo bayaran, kehidupannya berubah drastis. Hingga pada suatu ketika, ada seorang pelanggan bernama  Hans yang ingin memakai jasanya. Mulanya Dimas pun menolak, karena ia sama sekali tidak tertarik dengan pria apalagi sampai harus melayaninya. Namun, uang seakan menjadi senjata yang meleburkan harga diri. Hubungan Dimas dan Hans pada awalnya hanya sebatas pelanggan dan pemberi jasa. Namun, waktu seakan mengubah semuanya. Cinta yang tumbuh diantara keduanya seakan menjadi abstrak hingga terjalin sebuah hubungan terlarang. Hingga pada suatu ketika hubungan mereka diketahui oleh istri Hans yaitu Vera dan anak sulungnya bernama Chris. Vera bersama anak sulungnya melabrak Dimas dikediamanya. Karena kejadian itu hubungannya dengan Hans  menjadi renggang. Dimas pun seakan menghilang ditelan bumi. Setelah bertahun – tahun menghilang siapa sangka waktu mempertemukannya kembali, namun kali ini bukan dengan  Hans melainkan dengan Chris anak sulung dari Vera. Mereka yang awalnya bermusuhan karena kejadian dimasa lalu, justru menimbulkan benih – benih cinta diantara keduanya. Hingga konflik yang lebih tragis terjadi lagi dan membongkar siapa sebenarnya Dimas,  Hans, Vera dan Jen. .....

Ansyah_Ibrahim · LGBT+
Not enough ratings
27 Chs

PART 21 - KEJADIAN YANG SEBENARNYA...

MALAM HARI DI RUMAH KAK JEN….

Rintik hujan membasahi bumi. Derasnya air yang jatuh dari langit layaknya tangisan seorang anak kecil yang ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya. Dimas hanya bisa terdiam sembari sesekali menyeruput segelas teh hangat yang ada dihadapanya. Ia mengepalkan tangannya seolah sedang takut akan sesuatu. Sesuatu yang membuat dirinya menjadi bisu. Bukan bisu karena tak bisa berbicara, tapi bisu karena tak bisa mengartikan tentang kehidupan yang tengah ia hadapi saat ini.

"Kau kenapa Dim, seperti baru kesini saja?". Ia menatap Dimas dengan penuh perhatian layaknya seperti seorang kakak yang baru pertama kali bertemu dengan adiknya.

"Aku hanya bingung saja kak" Ia memalingkan wajahnya. Mencoba menahan air mata yang hampir terjatuh. Rasa haru yang saat ini tengah menyelimutinya seakan tak bisa ditutupi. Tapi ia sendiri juga merasa bingung. Bingung tentang jalan kehidupannya yang begitu kemelut.

Kak Jen mendekatinya. Ia memegang tangan adiknya tersebut. "Jika ada hal yang ingin kau tanyakan silakan, kita kan saudara kandung" Ujarnya.

Dimas mengambil selembar tisu yang ada di depannya, ia menghapus air mata yang sudah terjatuh.

"Bagaimana…bagaimana bisa semua ini terjadi kak?"

Pertanyaan Dimas seolah membuka gerbang masa lalu yang selama ini Jen tutupi. Gerbang yang selama ini ia tutupi. Hatinya seolah tidak kuat untuk berkata tentang kejadian yang sebenarnya, tapi adik semata wayangnya ini harus tahu. Tahu akan kebenaran yang sesungguhnya. Kebenaran tentang kehidupannya dan keluarganya.

"Jadi semua berawal….."

…..

MASA LALU YANG SESUNGGUHNYA….

Setelah menikah dengan Hans, mereka dikarunia seorang anak perempuan bernama Jen. Anak perempuan yang mereka sangat sayang dan dambakan. Kehidupan yang dulu sepi kini seakan membuka gerbang kebahagiaan. Tapi, semua itu tidak berlangsung lama. Kehidupan rumah tangga mereka seolah dijerat oleh persoalan ekonomi. Hans yang bekerja serabutan tak bisa memenuhi segala kebutuhan rumah tangganya. Bahkan tak jarang mereka terpaksa berhutang sana – sini.

Sampai pada akhirnya kabar tak sedap itu pun terdengar oleh kedua orang tua Dian. Melihat anaknya yang kesusahan, orang tuanya memaksa dirinya untuk bercerai dengan Hans. Hanya saja pada saat itu Dian menolak permintaan tersebut.

Namun semakin hari keadaan semakin memburuk. Hingga pada akhirnya Dian terpaksa bercerai dengan Hans. Setelah bercerai dengan Hans, anak semata wayangnya tersebut jatuh kepada Hans. Dan setelah itu Hans pun menikah dengan Vera.

Vera merawat Jen seperti anak kandungnya sendiri. Namun semua itu berubah takala mereka dikarunia oleh seorang anak laki – laki yang tak lain adalah Chris. Cinta kasih & sayang keduanya pun seolah tak lagi berpihak kepada Jen.

Jen yang merasa bahwa kehidupannya tak semanis dulu memutuskan untuk pergi dan hidup mandiri. Sampai pada akhirnya ia harus terpaksa menjadi wanita malam.

….

"Lalu bagaimana dengan keadaan ku kak?"

Jen tak kuasa menahan air matanya.

"Kenapa kak?"

"Kau tahu bahwa kehidupan mu begitu sulit. Kau tidak akan sanggup jika harus mendengarnya"

"Katakan saja, aku akan siap menerima kenyatan yang ada" Dimas seolah ingin terlihat kuat dihadapan Kak Jen, meski di dalam lubuk hatinya ia juga tidak bisa menyembunyikan kepedihan. Rasa sakit, bahkan dendam.

Tak lama setelah perceraiannya dengan Hans, ia dijodohkan oleh orang tuanya. Dian yang tak memiliki pilihan lain terpaksa menuruti kemauan orang tuanya tersebut. Mereka pun menikah. Namun, tak lama setelah pernikahan tersebut Dian hamil. Tapi anak yang dikandungnya itu bukanlah hasil dari pernikahannya saat ini, melainkan buah hatinya Hans.

Mengetahui hal itu sang suami Dian pun tak terima. Ia meminta Dian untuk mengugurkannya. Namun permintaan itu ditolak Dian dengan mentah – mentah. Akhirnya sang suami memberikan dua pilihan kepada dirinya. Ia diijinkan untuk melahirkan anak yang dikandungnya tersebut, tapi dengan satu syarat saat anak itu lahir ia harus dititipkan di Panti Asuhan. Atau pilihan kedua adalah dengan bercerai. Tentu hal itu bukanlan pilihan yang mudah, terlebih lagi jika ia memilih untuk bercerai pasti kedua orang tuanya akan sangat murka.

Pada akhirnya Dian memilih pilihan yang pertama. Dan setelah anak laki – laki itu lahir ia beri nama dengan Dimas. Namun alih – alih menitipkan ke sebuah panti asuhan, Dian memilih untuk menitipkan anak semata wayangnya tersebut kepada seorang tetanggannya dulu. Yang saat ini Dimas kenal sebagai neneknya.

Meski sudah menitpkan anaknya tersebut, Dian tak pernah lupa untuk sesekali berkunjung dan melihat sang buah hatinya tersebut. Bahkan tak jarang bisa seharian ia habiskan waktu untuk bermain dengan sang buah hatinya itu.

Dimas kecil tumbuh dan besar dengan penuh keprihatinan. Ia tidak mendaptkan kasih sayang orang tua. Meski pada kenyatannya Dian selalu berusaha memberikan apa yang bisa, namun tetap saja hari – hari Dimas kecil terasa sepi.

Tak ada makan pagi bersama. Tak ada cerita dongeng di malam hari atau pun sekedar bermain bersama dengan kedua orang tuanya. Kehidupan Dimas kecil begitu rapuh. Layaknya sebuah kayu. Namun, semua itu membuat dirinya tumbuh menjadi orang yang kuat dan tangguh.

Dimas menjadi pria yang tak mudah menyerah. Bahkan ia seolah telah biasa menghadapi segala kehidupan yang begitu perih dan menyakitkan ini. Kehidupan Dimas di masa kecil seolah memberikan pelajaran yang begitu berharga untuk dirinya agar menjadi pria yang kuat dan tak pantang menyerah.

Kini, Dimas telah menjadi pria Dewasa. Ia seperti halnya bahtera yang telah melalui segala macam ombak kehidupan. Kini, ia tumbuh menjadi pria yang kuat.

Semua masa lalu yang sebenarnya kini telah terungkap. Rasa sedih, marah dan sekaligus dendam seolah tak bisa ditutupi dari hatinya. Pria yang besar dengan tanpa kasih sayang ini seolah menyimpan dendam kepada ibunya sendiri.

"Aku mau ke kamar dulu kak". Ia melangkahkan kakinya sembari mengempalkan tangan dan menahan emosinya.

Sesampainya didalam kamar ia tak kuasa menahan air mata. Perih. Sakit. Dan rasa dendam kini seolah mewarnai hati dan pikirannya. Dimas yang besar tanpa kasih sayang seolah tidak percaya bahwa kehidupan yang kini ia jalani begitu kemelut. Begitu rumit. Bahkan lebih rumit dengan kisah cintanya dengan Hans.

Namun dibalik semua itu teka – teki ini semakin terbuka. Semakin jelas.

Kehidupan memang tidak selalu berjalan mulus bukan. Lagi pula walau bagaimana pun kita tidak akan pernah bisa merubah masa lalu. Sekalipun itu terasa perih dan menyakitkan, kita hanya bisa pasrah dan menatap masa depan. Tapi, bagaimana caranya.

Bagaimana caranya menatap masa depan yang penuh dengan kebencian dan dendam. Apalagi dendam itu kepada orang tua kita sendiri. Memang tidak mudah melupakan kepedihan. Tapi haruskan kekecewaan di masa lalu terus dibawa hingga kini. Tak adakah jalan lain yang bisa merubahnya. Merubah kekecewaan itu menjadi cinta yang tulus..

Bersambung…