webnovel

Bab 24. Si Fujo penyelamat

Monster itu berhenti menggelantungkan tentakelnya pada tiang-tiang pinggir jalan, dan kini mengarahkan tentakelnya ke arah kedua siswi itu.

Melihat bahaya, Ira tanpa pikir panjang langsung memegang tangan gadis itu dan lari bersamanya ke dalam lorong tanpa pandang pihak siapa dia saat ini.

"Tunggu, kenapa kau menggaetku?!" Ucap Farida sambil mencoba pegangan tangan Ira.

"Berhentilah merengek, saat ini kita tidak bisa melawannya!"

"Kenapa?!"

"Karena kita beda faksi, bodoh!"

"Memangnya kenapa, lagipula aku bisa melawan monster itu sendirian tanpa bantuanmu! Lihatlah, dia bahkan berjalan sangat lambat!"

"Jangan sombong kau, tidak semua monster yang kau pikir lambat itu berarti lemah!"

Ira mengatakan ini berdasarkan pengalamannya yang pernah berhadapan langsung dengan charibdys.

Saat itu, mindsetnya soal menilai mereka dari penampilannya saja berubah. Dia tidak akan menganggap enteng lagi semua monster yang lambat.

"Tch, kenapa kau begitu keras kepala ingin membantuku?! Apa karena Randy?! Bukankah sudah kubilang-"

"Diamlah, jangan mengatakan itu lagi! Apa kau tidak lihat tentakel monster itu masih bisa mengejar kita meskipun kita sudah masuk ke lorong yang lebih dalam?!"

Apa yang Ira katakan membuat Farida terdiam dan perlahan melihat ke belakang sambil berlari. Saat ini, tepat di belakang mereka, dengan hanya jarak 2 meter, sebuah tentakel terus mengikuti mereka yang sudah masuk ke dalam lorong.

"Ba-bagaimana bisa?!" Ucapnya sambil merinding dan kehilangan akal.

"Sudahlah, terus menghadap ke depan!"

Setelah mendengar itu, Farida melihat ke depan dan melihati siluet seseorang yang familiar.

Saat jarak mereka semakin mendekat, siluet itu semakin jelas dan kelihatan.

Bayangan itu menampilkan seorang gadis dengan kacamata dan rambut yang dikepang menjadi dua layaknya siswi perpustakaan. Zirahnya yang ia pakai mengkilap di merahnya malam Time Fracture itu.

"Ayunda, serahkan ini pada saya!" Gadis itu mengangkat tangannya se-dada dan memperlihatkan kedua telapakanya ke arah tentakel itu.

"Glass Shield!"

Sebuah perisai tembus pandang terbuat di dalam lorong kecil itu dan menangkal tentakel yang melesat ke arah mereka.

BWAM!

Perisai itu berdengung setelah ditabrak oleh tentakel itu.

Tak lama setelah targetnya tidak bisa didapat, tentakel yang panjangnya sudah bermeter-meter itu mundur dan memendek seperti video yang diputar balik.

Di balik perisai itu, Ira dan Farida terengah-engah karena berlari cukup dalam, tapi saat ini Ira adalah yang menjadi sangat kelelahan karena harus mencari cewek itu sebelumnya.

"Apakah kalian baik-baik saja?!" Hannah menatap senang mereka berdua.

Terlihat di kacamatanya memantulkan wajah kedua cewek yang terengah-engah itu di setiap kacanya.

"Ya, aku baik-baik saja..." Ira mengatakan itu sambil membaringkan dirinya ke lantai lorong itu tanpa rasa takut akan pakaiannya kotor.

"Terima kasih, Hannah!" Farida membungkuk ke arah temannya itu.

"Ya, tidak masalah, lagipula saya ke sini karena-" Hannah hampir keceplosan, tapi dengan segera dia memutus ucapannya.

"Karena? Karena apa?" Farida bertanya bingung, tapi dari ekspresi wajahnya dia tidak terlihat terlalu mempermasalahkannya.

"Karena... Karena intuisi saya!" Hannah dengan cepat mengelak, tapi bohongnya mudah ditebak.

Keringatnya yang turun di wajahnya bukanlah sesuatu yang bisa ditutup-tutupi.

"Ngomong-ngomong, kenapa anak ini(Ira) bisa santai sekali meskipun saat ini ada dua justiciar di dekatnya?" Farida menatap bodoh dengan berkacak pinggang cewek yang sedang terbaring telentang di atas semen itu.

"Dari apa yang aku lihat, sepertinya dia kelelahan?" Ucap Hannah sambil berjongkok dan memegangi detak jantung dan pernapasan perut cewek itu.

"Apa boleh buat, dia sudah berlari dan mencariku demi Randy."

"Kenapa dia mencari Ayunda?" Pertanyaan Hannah membuat suasana yang tenang menjadi canggung.

Farida tidak bisa mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Dia pasti akan berakhir menghancurkan orang lain lagi bila dia tidak bisa mengontrol emosinya.

"Di-dia masih sedikit mengawasiku..." ucap Farida bohong.

Kini ganti Farida yang nafasnya menjadi tak teratur.

Tapi sejujurnya, saat ini mereka berdua saling membohongi satu sama lain meskipun mereka berdua di faksi yang sama.

---

- -

---

Mundur beberapa waktu sebelumnya.

Di tempat lain, tepat di dalam restoran cepat saji Randy sedang menatapi diam merahnya dunia ini.

Tubuhnya yang diselimuti tumbuhan berduri memberinya kemampuan untuk mengecoh mereka agar tidak melihatnya.

Tapi, pemuda itu meraskaan sesuatu saat menunggu mereka(Farida dan Ira) kembali.

"Aku bosan..." ucapnya lirih.

Dia mematung bermenit-menit tanpa melakukan apa-apa dan hanya diam di tempat.

"Aku sebaiknya sedikit berjalan-jalan di sekitar, toh jika mereka melihatku, aku bisa langsung mematung agar tidak disadari," namun pilihannya saat ini adalah kesalahan besar.

SRAAT!

Sebuah tentakel langsung melesat ke arahnya.

CKRAS!

Benda itu melesat dan menghancurkan kaca di restoran itu, dan terus berlangsung sampai menembus tubuh pemuda yang ceroboh itu.

"Gwagh!" Randy dengan refleks yang lambat tanpa bantuan Dalor berakhir tertusuk oleh tentakel yang datang entah dari mana itu.

Dengan seketika, dia kehilangan kesadarannya dan melihat kegelapan di dalam retinanya.

Tanpa jeda, tentakel yang menembus perut pemuda itu langsung diangkat dan diulur kembali ke tubuh aslinya.

Tentakel itu terus memendek sambil membawa tubuh Randy yang berlubang itu.

Namun tepat sebelum itu.

SLING!

Sebuah pisau memutus tentakel yang memendek itu dan melepas Randy dari tarikannya.

"Randy, apa kau tidak apa-apa?!" Suara seorang cewek berteriak di depannya, tapi Randy saat ini sedang tidak sadarkan diri.

Pupil cewek itu melebar tidak percaya. Dia tidak mau melihat hal itu untuk kedua kalinya.

"HEAL!" Dia mencoba menyembuhkan lubang yang berada di perut pemuda itu.

Sesaat setelah mengeluarkan sihir itu, lubang di perut anak itu tertutup dan terlihat normal kembali. Tapi tanda-tanda kalau dia akan sadar masihlah nihil.

Cewek itu menggoyang-goyangkan tubuh Randy yang terbaring itu, sambil hanya bisa berharap. "Randy! Randy! Bangunlah!" Ucapnya panik.

Tak lama setelah itu, sistem pernapasan anak itu kembali berfungsi dan terlihat perutnya membesar dan mengecil dalam kurun waktu yang normal.

Mata anak itu perlahan terbuka dan langsung disambut oleh sebuah gadis berkacamata. "Akhirnya, kau bangun juga..." ucapnya sambil bergelimanh air mata.

Bagi orang lain, ini mungkin saat yang paling indah, namun bagi Randy, ini adalah saat yang paling berbahaya.

Dia langsung bangun dan menjauh dari gadis itu. "Hannah, apa yang kau lakukan di sini?! Apakah Ira melihat?!" Ucapnya takut sambil melihati sekitar dengan gemetaran.

"Tenanglah, cuman ada kita berdua di sini," ucap Hannah sambil tersenyum.

"Benarkah? Lalu..." Randy mencoba kembali serius. "Tadi itu apa?!"

"Aku juga tidak tahu, tapi monster itu punya aura yang sama seperti charybdis yang kita lawan saat itu." Hannah memegangi dagunya sambil melihati bekas tentakel yang terpotong di trotoar jalan itu.

"Dan terlebih lagi..." Hannah menambahkan. "Tentakel tadi jaraknya sangat panjang."

"Benarkah?! Jadi, yang menyerangku tadi jaraknya dari tubuh aslinya seberapa jauh?!"

"Aku tidak tahu, tapi aku dengar dari justiciar yang lain kalau saat ini mereka sedang bertarung melawan monster itu di jalan Rukun 01."

"Rukun 01?! Bukankah itu jaraknya sekitar 1 km dari sini?!"

Sesuatu yang tidak ia percaya kini dia dengar, tapi dari pengalamannya akhir-akhir ini. Semua itu jadi terlihat biasa, bahkan saat itu dia bisa melihat monster yang mengubah sawah menjadi sebuah lautan.

"Tunggu, bukankah itu berarti kalau Ira dan Farida saat ini dalam bahaya?!" Randy teringat sesuatu yang penting, dan menjadi alasannya harus mematung di restoran itu.

"Dalam bahaya? Kenapa?!" Hannah bertanya, namun Randy tidak boleh mengatakan masalahnya.

Masalah yang terjadi saat ini hanyalah masalah pribadi, sebaiknya tidak usah diungkit.

Sambil mengelak, Randy menggigit bibirnya yang cemas itu.

Saat ini Randy masih belum boleh menampakkan dirinya, apalagi di depan Farida. Maka satu-satunya harapan adalah...

Randy langsung memegang kedua bahu Hannah dan menatapnya dengan serius. "Hannah, kumohon cari mereka berdua!"

"He...Heh?! Apa yang terjadi?!" Dia spontan bingung dengan reaksi pemuda itu.

"Bukan apa-apa, tapi kumohon...Carilah mereka!"

"Aku tidak paham apa yang terjadi, tapi aku pasti akan menemukannya!" Hannah mengatakan itu dengan badan yang kaku dan berdiri tegak.

"Farida saat ini sedang bersama Ira, apa kau bisa menemukannya?"

"Itu mah gampang, selagi aku bisa mencari Farida, maka aku bisa menemukannya, kan?!"

Randy mengangguk dengan penuh harap pada penggemar BL itu.

"Baiklah, kalau gitu, tunggu di sini!" Dengan bergegas, Hannah terbang dan mencari keberadaan Farida lewat telepati yang dimiliki para justiciar.

Di atas trotoar itu, Randy berdiri sendirian lagi dan menatapi diam langit merah itu.

"Sekarang apa?!" Dia penuh tanya.

"Ada banyak hal aneh sekarang, pertama monster mingguna di Time Fracture tiba-tiba berganti, kedua para J yang bergerak secara berkelompok, dan ketiga, Hannah yang lupa kalau aku bolos kerja lagi..." Satu persatu keanehan di dunia ini semakin membuat pemuda itu kebingungan.

"Terserahlah, aku gak peduli... Yang penting sekarang aku kudu bisa sembunyi!" Dengan mengatakan itu, Randy kembali ke wujudnya yang dipenuhi tumbuhan berduri.