webnovel

Suka Padamu, Adek

Adalah hal yang wajar sebenarnya suka pada seseorang dengan terang-terangan di umur seperempat abad ini. Bukan sekadar agar dia tahu, tetapi juga rasa penasaran ingin tahu bagaimana respon dia? Apakah ia demikian juga? Tentu yang memulai duluan sangatlah kepo. Itu bagi laki-laki.

Beda halnya dengan perempuan. Jika suka pada seseorang, ia bisa menutup seerat dan serapat mungkin, bahkan ia mampu tanpa membuka celah sedikit pun! Bisa jadi hanya antara dia dan Tuhan saja yang tahu. Atau kalau pun perasaannya sudah tak dapat ia bendung, tak sanggup ia tahankan, ia mencari teman curhat yang benar-benar bisa ia percaya. Tidak semudah lelaki yang gampang cerita ke siapa saja dan di mana saja. Mulai teman laki-lakinya hingga terangan-terangan bilang pada teman si perempuan yang ia suka.

Di umur seperempat abad ini, tentu rasa suka sangat berbeda sekali dengan perasaan yang terjadi pada masa-masa remaja dulu. Sekarang lebih bisa memilih orang yang benar-benar ingin diseriusi, komitmen, membangun masa depan dengannya. Tidak hanya sekadar perasaan saja, tapi sudah saatnya untuk dibuktikan dengan menghalalkan dan memulai hidup serumah, sedunia hingga sesurga.

Karena di umur seperempat abad adalah umur di mana rasa suka pada akhwat lebih sempit. Artinya tidak seluas dulu ketika mata memandang dan langsung bisa gampang mengagumi. Sekarang ini tidak mudah bisa jatuh cinta. Mungkin jika berkata "sekadar suka" iya, tapi untuk serius dan setulus yang diinginkan seperti sekarang dari lubuk hati terdalam, tampaknya hanya seorang saja. Seperti kukatakan tadi, Kawan, semakin mengecil dan sempit. Sudah saatnya mengarahkan perasaan agar tidak liar, perasaan yang bisa fokus dan tertuju pada seseorang yang benar-benar disayangi. Ah dianggap bucin kalau ngomongin beginian saat ini, tapi tak mengapa, Kawan. Hehehe. Sebagai ikhwan lebih lega rasanya setelah diutarakan daripada perasaan terpendam bukan? Tetapi tidak mesti langsung bilang padanya empat mata, tidak. Berkode-kode saja pun ia peka dan tahu. Perempuan ahli dalam hal itu.

Hebatnya, perempuan benar-benar lebih tangguh soal menjaga perasaan! Kalau pun ia tahu ada seorang ikhwan (lelaki) yang sedang menyukainya, dia akan semakin menutup diri, bahkan bisa jadi semakin menghindar, dalam arti dia lebih menjaga agar tidak terjerumus ke jeda yang melalaikan. Barangkali seperti ini hanya terjadi pada perempuan salehah saja, wallahu 'alam. Tetapi dia patut diapresiasi, dia hebat sekali! Bukan malah menanggapi dan membalas dengan kesan yang sama: benar, aku juga suka padamu, Abang! Tidak. Diammu, menutup dirimu, menjauhmu, menjaga dirimu, merahasiakan perasaan berbalas darimu, adalah pilihan yang sangat tepat.

Tetapi, timbul masalah pada lelaki. Duh, kenapa lelaki tidak sekuat perempuan? Bahkan lelaki tidak sabar menunggu perasaannya dibalas, ia tidak sanggup menanti dan dihantui perasaan yang bertanya-tanya, respon yang terusan ingin dia tahu? Apakah ia tahu aku ini sedang jatuh hati padanya? Mencintainya? Tahukah dia aku ingin serius dengannya? Apakah perasaan sukaku ia terima dengan baik? Lemah, sungguh Anda lemah! Namun tidak dapat disalahkan sepenuhnya.

Laki-laki memang demikian, ia butuh kepastian, lelaki suka ketergesaan, lelaki ingin segara tahu perasannya berbalas, entah balasan sebuah penolakan atau sekadar tahu ada tanda-tanda dia mau? Yang penting ia ingin tahu! Aih, bucin! Bucin! Toh ternyata nanti dia tahu dia ditolak misalnya, faktanya sulit ia memulai mencintai orang lain, apalagi jika nanti harus mencintai yang pernah menolaknya, sakit dan sulit! Tetapi bisa jadi ia kini jadi lelaki yang mudah menggombal, hingga menggunakan gombalan receh yang berserakan di Youtube. Misalnya: Dek, bisa mundaran dikit lagi nggak? Kenapa, Bang? Cantik Adek kelewatan. Atau, cocoknya nama Adek bukan (fulanah). Terus cocoknya apa, Bang? Cocoknya Diana. Kenapa Diana, Bang? Karena diam-diam mempesona. Dan seperti, suara Adik kok merdu sekali ya? Hah? Masa sih, Bang? Iya loh sejak tadi lantunan syahdu i love you too mendayu-dayu di telingaku dan masuk ke relung hatiku. Receh sungguh receh! Tapi mungkin asyik bagi mereka yang mempraktikkannya. Namanya juga sekadar gombalan dan hiburan.

Senangnya adalah ketika lelaki benar-benar tahu bahwa perasaannya terbalas, apalagi balasan serupa; saling suka. Wah betapa bahagianya! Kabar baiknya, setelah lelaki pun tahu, dia mulai menjadikannya yang sesungguhnya. Dia berusaha sesetia mungkin, ia jadi lelaki yang mulai mandiri mengurus dirinya, dalam artian ia ingin menunjukan yang terbaik, mulai dari segi berpenampilan bahkan berusaha dari keterampilan, kini ia berubah jadi lelaki yang kedua jempolnya tidak mudah lagi mengketik: assalamu'alaikum, Ukhty, misalnya pada akhwat lain. Dia benar-benar serius, bahkan di umur seperempat abad ini, dia akan mulai memikirkan maharmu dan kecukupan hidup bersama, ingin membangun dan membina keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.

Tidak mudah lagi matanya tergelincir pada akhwat-akhwat yang berceceran di media sosial yang keindahannya sudah dibantu dengan Skincare. Kenapa? Karena ada satu makhluk indah nan tulus yang telah bertengger di singgasana hatinya. Bahkan kadang ia kembali jadi lelaki seperti awal dulu pertama kali ia jatuh cinta, merasa bisa berdamai untuk perasaan jangka panjang dan terus menerus pada yang sedang ia cintai. Dia jadi laki-laki yang optimis, sangat yakin sekali orang yang ia suka bakal jadi bidadarinya. Kan sudah kubilang, dia serius! Kini dia ambisius!

Bahayanya adalah ketika sudah saling tahu. Khawatirnya tidak dapat mengontrol diri. Efeknya terjerumus dalam jeda yang melalaikan. Na'udzubillah tsumma na'udzubillahi mindzaalik.

Lalu baiknya bagaimana? Ya bagusnya seperti yang telah perempuan lakukan: lebih baik menutup diri, menutup perasaan, tidak mesti ia umbar bahwa ia juga cinta pada lelaki yang sedang mencintainya. Kenapa? Karena lelaki yang setia ia sabar menunggu hingga waktunya tiba. Lelaki yang baik, berakhlak, ia membiarkan perempuan yang ia suka memilih caranya sendiri. Lelaki yang pengertian, ia bukan sekadar suka saja namun juga datang menghalalkan di waktu yang diinginkan. Lelaki yang hebat, meskipun perempuan yang ia cintai tidak tahu dan bahkan nanti malah menikah dengan orang lain, ia tabah, ia bisa mencintai yang akan Allah takdirnya untuknya. Lelaki yang tangguh siap menerima kenyataan bahwa cinta tidak harus memiliki. Lelaki yang bijaksana memperbaiki diri, dan tidak mengganggu konsentrasi dirinya dan orang yang ia cintai. Lelaki yang bertakwa harus yakin dengan kalimat: jodoh nggak kemana, jodoh sudah diatur Allah. Rasa suka mudah saja Allah berikan kapan pun, tidak terikat masa dan usia, bahkan tidak memandang lahiriahnya saja. Suci dan murni.

Jadi apa solusinya jika telah terlanjur sama-sama tahu? Alangkah baiknya saling menjaga diri, menjaga pandangan, menjaga hati, diam-diaman, sesekali chat-ing-an nggapapalah sekadar bertanya kabar asal jangan banyak embel-embelnya. Slow bro, usah gegabah, saling berdo'a mendo'akan dan bila merasa cocok dan mapan, segeralah ke pelaminan. Jika belum mapan? Banyak-banyaklah berpuasa, paling tidak puasa Senin dan Kamis. Mulai lah menabung mahar, menabung kecukupan hidup berdua, bertiga dan seterusnya (punya anak maksudnya).

Nah kamu sedang berada di posisi mana, Kawan? Kamu suka dia? Sayang padanya? Benaran? Ya sudah, serahkan saja pada-Nya. Allah Yang Maha pemilik kasih dan sayang. Huwarrahmaan, huwarrahiim. Wahuwa 'alaa kulli syaiin qadiir!

***

الصلاة والحب كلاهما باطل بدون طهارة.

Salat dan cinta: keduanya batal tanpa kesucian. (Anonim).

أُحب صمتك لأنَهُ اللغات كلها في آن واحد

Kusuka diammu, sebab ia sekaligus segala bahasa. (Nizar Qabbani).

Darrasah. Kairo, 20 Februari 2020.

*Foto dari google.

Oleh: DaudFarma