webnovel

Membaca Karya Buya Hamka

Mungkin, bagi peminat sejarah tidaklah membosankan jika membaca buku sejarah yang di dalamnya dipenuhi angka-angka. Tapi bagi yang tidak minat, hal itu amat sangat membosankan, bahkan di-skip! Tapi indahnya, di dalam buku karya Buya Hamka ini, ( di Tepi Sungai Dajlah), Buya Hamka mengajak kita berjalan-jalan, mengeliling kota Baghdad (Irak), dengan traveling ini beliau menyuguhkan sejarah kota Baghdad.

Ini buku sejarah, tapi cara penulisan Buya Hamka seakan kita sedang membaca novel, asyik! Walaupun tidak ada kejadian yang menegangkan, bikin mewek, romantis seperti novel, tetap ini adalah buku yang bikin semangat terus membacanya sampai akhir halaman. Value-nya tentu sejarah, nuasa islam kejayaan kota Baghdad hingga runtuh, tumbang!⁣

"Baghdad jatuh bukan karena kesalahan orang lain, melainkan karena pengkhianatan dari wazir sendiri, wazir yang bernama al-Alqami. Kelemahan bukanlah terletak pada senjata dan persiapan-persiapan alat perang, melainkan terletak pada jiwa jiwa penduduk Baghdad sendiri." ⁣

"Hebat dan ngeri kita membaca tarikh bagaimana perlakuan yang diperbuat oleh para tentara biadad itu (tentara Mongol) di kota Timur yang lebih dari 500 tahun memegang kemegahan. Dengan senjata terhunus, mereka berlarian laksana serigala lapar ke segela lorong, jalan raya, rumah, bahkan ke dalam istana raja. Kemudian, mereka merampas, merampok, dan menyamun. Bibliotek (perpustakaan) Baghdad yang sebesar-besarnya pada zaman itu habis dibongkar dan kitab-kitabnya diangkut dengan sorak riuh rendah ke tepi Sungai Dajlah. Kemudian, dihanyutkan ke sungai itu sehingga hitam airnya karena lunturan tinta dari kertas. Isi istana, kekayaan istana, emas, intan, barang perhiasan, sutra dewangga, bahkan apa pun yang mereka temukan diregang dirampas. Perempuan-perempuan diperkosa, perhiasan mereka diambil, direnggut subang dari telinganya, dan dipatahkan gelang dari tangannya. Setelah itu, mereka dibunuh. Siapa pun orang yang bertemu di tengah jalan tidaklah lepas dari sembelihan. Tidak ada yang sanggup melawan karena semangat penduduk telah patah, ketakutan telah menjadi penyakit umum. Empat puluh hari lamanya kota itu, "dihalalkan". Hal. 27-29.⁣

Di Tepi Sungai Dajlah merupakan sebuah karya Buya Hamka yang berbentuk sejarah dan travelog.⁣

Buku ini padat dengan kisah sejarah yang membuka mata. Aku pun sangat kagum dengan seni/cara kepenulisan Buya Hamka meyusun setiap bab di dalam buku ini.⁣

Sela masanya kemas. Umpama beliau membawa pembacanya mengembara lebih 1,000 tahun menyelusuri sejarah Kota Baghdad.⁣

Dari sejarah awal Tamadun Mesopotamia (Kota Babilonia), terus sejarah Rom dan Parsia, kemudian kerajaan-kerajaan Islam (Bani Umayyah dan Abbasiyyah), hingga sampai ke kerajaan Mongol, Bangsa Turki, kemudian kerajaan Irak modern.⁣

Travelog Buya Hamka hanya berisi (kurang lebih) 30% saja dari isi buku ini. Selebihnya adalah mengenai sejarah Baghdad dan Irak.

Isi buku ini adalah mengenai pengalaman beliau sewaktu mengembara ke Kota Baghdad, Irak pada sekitar Oktober 1950 M.⁣

Setelah menamatkan buku ini, jadi berkeinginan bisa melancong ke Baghdad seperti Buya Hamka. Bedanya buya Hamka telah dari jauh hari membaca tarikh-tarikh kota Baghdad, aku sambilan bawa buku beliau ini saat keliling kota Baghdad, duh keinganan.😭😁 Memang ya, buku itu menginspirasi!⁣

"Ketika itu, kira-kira jam 10 pagi, Ahad, 20 Oktober 1950 M, dan langit lazuardi yang berwarna belau (biru pekat) tidak sedikit pun dilindungi awan, saya berdiri di tepi Sungai Dajlah yang mengalir tenang dan diam, keruh serta penuh rahasia. Saya bermenung melihat airnya mengalir membiarkan khayal saya menjalar dan melayang dalam lembar-lembar sejarah masa lalu, serta mengingat hubungan perjuangan Islam dan kemerdekaan tanah air saya dengan sejarah yang terjadi di tepian dua sungai yang telah banyak melukiskan sejarah, yaitu sungai Dajlah dan sungai Furat." -Buya Hamka. Hal. 35.⁣

Perang di Karbala begitu rapi tersusun dituliskan Buya Hamka dalam buku ini.⁣

Setelah baca buku ini, jadi ingin membaca semua buku nonfiksi Buya Hamka, banyak hikmah di setiap tulisan beliau. MasyaAllah.⁣

Menambah wawasanku tentang paham syi'ah. Sambil baca tak jarang berujar, "Owh gitu ya, Buya." Juga sesekali buka Google untuk melihat foto-foto nama tempat yang beliau sebutkan. Penasrasan: bagaimana tempat itu saat ini?⁣

Buya Hamka, masyaAllah, ya! Paham sejarah dan politik islam. ⁣

Melakukan traveling dengan kemewahan harta memang bahagia, namun alangkah hebat dan bahagianya ketika di kepala kita tersusun rapi sejarah-sejarah tiap tempat yang kita kunjungi. Buku tipis ini sudah cukup banyak lengkap dituliskan Buya Hamka sejarah negeri Baghdad.⁣

Perjalanan Buya Hamka ke Baghdad dilakukan belum lama setelah Indonesia. Bahkan rihlah ini adalah bentuk menyempurnakan nazar beliau karena Indonesia merdeka.⁣

Buya Hamka tidak hanya paham sejarah, tapi hafalan beliau pun luar biasa tentang nama-nama tokoh pahlawan sejarah, para raja-raja dan tahun-tahunnya, "Kawan saya pun, Jamal Syauqi, tercengang mendengarkan saya menceritakan raja-raja itu yang saya hafal seperti hafalan putra Irak sendiri." Hal. 127. ⁣

Bagi Anda yang telah membaca novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Di Bawah Lindungan Ka'bah, jadi jangan ragu menjadikan buku ini sebagai bacaanmu di akhir pekan, sebab beda cara penulisannya dengan yang ditulis oleh sejarawan. Sekali lagi, ini adalah buku traveling. Buku ini ibarat membaca buku sejarah islam setebal seribu halaman namun disajikan secara 'ringkas' namun padat dalam buku tipis ini. Soal penceritaan beliau usah diragukan lagi.⁣

Buya Hamka orang alim ulama, pahlawan, nasionalis, tasawuf, pemikir dan juga sastrawan. Jujur ya, jadi ingin membeli semua buku karya beliau, lalu membacanya di setiap akhir pekan dalam kamar sambil ngemil Kentalub (melon jingga) dan buah Anggur, buah yang cocok sekali untuk musim panas ini. Tahulah, Anggur di sini (Egypt) sangatlah murah. Masa jadi mahasiswa adalah masa yang punya kesempatan untuk membaca buku sebanyak-banyaknya! ⁣

Buya Hamka adalah tamu bagi Irak pada masa itu. Beliau sangat dimuliakan di Irak. Beliau datang ke istana kerajaan, menulis nama di buku tamu dan bertemu raja dan ratu. Beliau dikenal sebagai orang alim, wartawan, penulis, pejungga.⁣ Di halaman terakhir buku ini pun ada syair beliau untuk Baghdad sebagai kenangan. Syairnya menggugah hati dan jiwa.

Begitulah ulama yang penulis. Kenangannya tidak hilang ditelan zaman, beliau menuliskannya untuk dibaca anak cucunya se-Indonesia. Bahkan bisa jadi, kalau buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, betapa senangnya orang Irak saat ini negerinya pernah dikunjungi sosok alim ulama dari Indonesia dan menuliskan sejarah negeri mereka (Baghdad).⁣

Jadul buku ini pun seperti judul novel, jujur ya, kukira awalnya buku ini adalah novel. Judulnya sangat menarik hati pembaca untuk diambil dari rak buku lalu dibuka dan dibaca. Setelah dibaca, ternyata memang isinya pun luar biasa! Berasa baca sejarah bangsa Arab dari zaman nabi Muhammad hingga raja Faisal II di Irak. Menarik dan mengharukan.⁣

Buku tipis ini tidak boleh dibawa asal ngebut membacanya, karena isinya agak berat, beda sekali dengan baca novel. Kalau novel setipis ini maka tidak sampai sehari sudah selesai, tapi buku ini perlu kiranya dua hari walaupun cuma 174 halaman. Tidak bisa diselang-selingi dengan membalas chat WA di tengah paragrap, harus diulang dari awal paragrap, kalau ambyar, ulang dari awal bab.😅😁⁣

Bebahagia dan berbangga hatilah orang Minangkabau, pun berbagahagialah kita orang Indonesia mempunyai tokoh alim ulama yang bacaaannya banyak dan penulis, pujangga pula! MasyaAllah, Buya Hamka.⁣

Setelah baca buku ini, jadi ingin baca juga buku sang diplomat ulung Indonesia: Haji Agus Salim, tentu kalau seperti buku ini cara penulisannya, sangat menarik untuk ditamatkan.😅👌⁣

Yang disuguhkan dalam buku ini ada tiga bagian:⁣

Pertama : Sejarah kerajaan-kerajaan yang pernah memerintah Kota Baghdad.⁣

Kedua : Mengenai madzhab Syiah dan sejarah mereka.⁣

Ketiga : Travelog Buya Hamka sepanjang beliau berada di Baghdad.⁣

Darrasah-Kairo, 27 Juni 2020.⁣

#DaudFarma⁣