webnovel

Istri Sang Juragan

Novel ini 50% terinspirasi dari kisah nyata beberapa orang yang saya kenal Selamat membaca. Salam MS Assalamualaikum...semangat pagi...mohon maaf kepada para pembaca novel "Istri Sang Juragan" untuk sementara penulisan novel ini dihentikan, di karenakan novel ini telah di bajak di aplikasi lain. anda jangan kaget kalau saya melakukan perubahan sub judul di novel ini, perubahan caver dan sebagian isi . terima kasih banyak kepada mereka lebih yang lebih memilih webnovel. saya mencintai reader semua...saya terharu atas kesetiaan anda di novel ini. salam hangat! MS.

Meri_Sajja · สมจริง
Not enough ratings
599 Chs

lebih Manis dari Madu Lebah Hutan

Tepuk tangan yang meriah menyambut Richman dan Murni di dermqga KM Saribulan yang sudah penuh dengan penumpang. KM Saribulan karena sudah tidak mengangkut barang lagi sekarang mampu mengangkut 100 orang penumpang. Tetapi karena yang ikut hanya 30 orang maka terasa longgar. Para penumpang membawa makanannya masing-masing. Baru saja kapal bergerak tidak jauh, mereka sudah nengeluarkan makanan. Dan menikmati makanan di kapal. Picnic yang menggembirakan.

Sebagian orang yang ikut memang ada yang belum pernah pergi ke Samarinda. Perjalanan ke Anggana dan Kutai Lama melewati Kota Samarinda jadi mereka berkesempatan mampir ke Samarinda untuk berbelanja ke Pasar Pagi dan Mall Mesra Indah yang jaraknya tidak jauh dari Pelabuhan. Selama ini mereka hanya bisa melihat Samarinda dari berita daerah di TV Kaltim sekarang mereka akan melihat langsung ibukota provinsi.

Richman dan istrinya menempati ruang di buritan kapal yang sudah di olah menjadi kamar tidur yang kedap suara. Dinding kamar seluruhnya berwarna putih dilengkapi kasur dengan sprei warna biru muda , sofa berwarna biru, TV, kipas angin menempel di langit - langit kamar membuat kamar itu cukup nyaman dan sejuk.

Richman memijit - mijit kaki Murni yang berbaring sambil membaca majalah terbaru. Murni bergerak gerak kegelian. Richman gemes menggelitiki Murni yang tertawa-tawa geli. Murni bangun membalas menggelitiki Richman. Tetapi Richman tidak bergeming. Murni kesal dan menggigit kuping Richmab. Dada Richman membara, dia berbalik menindih Murni dan menekan kedua tangan Murni dengan tangannya yang kuat. Richman menciumi wajah Murni yang terdiam pasrah.

Matahari senja merambat turun himgga menjadi gelap. Para penumpang kapal tertidur lelap. Tapi Richman mempunyai pekerjaan yang harus dituntaskannya malam ini. Menjadi nahkoda di samudera cinta yang penuh dengan gelora di atas biduk cintanya, Murni.

Kapal merapat ke dermaga, mereka di sambut anak-anak dan ibu-ibu yang meminta-minta. Beberapa wanita membagikan uang 2000 an dan membagikannya dengan merata.

Rombongan penziarah ini kemudian berkumpul di gazebo lalu secara khusuk membaca surah yasin dan membaca doa haul jamak untuk para ulama dan raja pendiri kerajaan Kutai ing Martadipura di pimpin oleh Haji Rahman. Setelah itu mereka menabur bunga ke makam-makam.

Richman membawa istrinya mengunjungi sebuah makam secara khusus di pemakaman umum. Makam ibunya. Aji Kartini. Nama ibunya tertulis di batu nisan dari kayu ulin. Richman merangkul nisan ibunya dan nenangis tersedu. Ini pertama kalinya ia pergi ke makam ibunya. Setelah sekian lama. ketika ibunya meninggal Richman tidak menangis. Ia hanya diam terpaku badannya dingin dan pucat. Ia tak merasa tubuhnya di gendong dan di peluk banyak orang. Murni menepuk pundak suaminya. Menyadarkannya. Richman memeluk Murni. "Bu ini Murni istriku", Richman memperkenalkan istrinya kepada ibunya seolah ibunya hadir diantara mereka berdua. Murni pun merasakan hal yang sama.

" Ini saya bu, Murni. Istri Richman". Murni mencium batu nisan ibunya Richman. Kehangatan menyelimuti mereka berdua. Seakan - akan ibu Richman memeluk mereka berdua. Murni membuka buku Yasin dan membacanya. Richman mendengarkanya. Karena dia belum lancar membaca Qur'an. Kerinduan Richman kepada ibunya hari ini telah terobati.

Setelah usai berziarah, KM Saribulan membawa rombongan ini ke Anggana kampung halaman Richman.

***

Saribulan merapat ke dermaga yang masih baru. 'WELCOME' tertulis di pintu gerbangnya. Richman membuat dermaga ini persis di belakang rumah ibunya. Di sebelah kiri dermaga sebuah musholla yang mampu menampung 40 orang jamaah di lengkapi dengan tempat wudhu, dapur dan kamar mandi. Sebuah rumah batu berwarna putih berukuran 10x20 meter berdiri tidak jauh dermaga dengan, teras belakang rumah telah bersusun rapi kursi plastik warna putih, di atas meja yang besar telah tersaji masakan yang mengundang selera. Di depan teras terdapat sebuah kolam ikan dengan air pancuran yang cantik. Mbah Yam dan tetangganya menyambut tamu dengan gembira. Richman memperkenalkan istrinya, mbo Minah, bu Mega dan para tamu lainnya. Mbah Yam menggandeng Murni mempersilahkan para tamu makan siang. Sebagian tamu pria memilih istirahat di musholla yang sejuk oleh angin sungai. sedangkan tamu wanita masuk ke dalam rumah.

Mereka memasuki rumah lewat dapur Kamar mandi tamu terletak di sebelah kitchen set yang masih baru. Rumah ini memiliki 3 kamar yang di lengkapi kamar mandi di dalam. Para tamu terkagum kagum dengan perabot rumah yang serba jati. Sebenarnya perobat rumah itu sudah lama, Richman mengecat perobat rumah itu sehingga terlihat baru. Di dinding rumah terdapat lukisan Ayah ibunya yang dibuat ulang dari foto lama orangtuanya.

Para tamu beristirat di lantai ruang tamu yang sudah di beri karpet baru dan bantal-bantal.

Mbah Yam mengapit tangan Murni memasuki kamar yang paling besar dan di hias cantik seperti kamar pengantin. Richman menyusul masuk kamar dan tertegun kamar ini di hias lebih cantik dari kamar pengantin mereka di rumag Kota Bangun. Ranjang pengantin ditaburi bunga mawar yang wangi. Mbah Yam meninggalkan mereka berdua.

Richman menggodanya untuk berjihad¹ tetapi Murni melarikan diri ke kamar mandi membersihkan diri. Richman menyergapnya dari belakang dan menghujaninya dengan ciuman. "Aku ingin memakan dan menelanmu....mgggrrhhh", Richman mengaum seperti suara kucing yang baru dapat ikan besar. Murni tertawa manis sangat manis lebih manis dari madu lebah hutan. Di bawah shower yang mengalir hangat mereka bergelut tak mau mengalah satu sama lain saling membalas ciuman.

Di pagi buta sebelum subuh para tetangga berdatangan tetangga pria berdatangan ke rumah Mbah Yam membawa banyak kursi dan meja dan menyusunnya di halaman belakang di depan musholla.

Hari ini di gelar acara ramah tamah dan syukuran pernikahan Richman dan Murni, juga peresmian musholla 'Kartini' yang baru selesai di bangun minggu lalu. Usai sholat subuh para wanita tetangga mbah Yam merapikan meja dan meletakkan beragam masakan.

Para tamu dari Kotabangun ini mengagumi tetangga Mbah Yam yang bahu membahu membantu dengan ikhlas. Bahkan makanan dan minuman yang disajikan merupakan sumbangan mereka, karena ayah ibu Richman semasa hidupnya sering membantu tetangganya yang kesusahan. Selain itu mbah Yam seorang bidan kampung yang sering membantu orang melahirkan dan tidak mau di bayar jasanya.

Mereka juga sangat senang karena di bangunkan musholla sehingga mereka tidak jauh-jauh lagi ke mesjid yang jaraknya cukup lumayan jauh untuk beribadah sholat 5 waktu atau kegiatan keagamaan lainnya.

Usai acara syukuran para tamu dari Kotabangun pamit, mereka akan mampir ke kota Samarinda sebelum pulang ke Kotabangun. Richman dan istrinya tidak ikut serta, mereka akan tinggal untuk beberapa hari lagi.

Murni berbincang akrab dengan Mbah Yam dan para tetangga di teras belakang, Mbah Yam menceritakan tentang Richman ketika masih balita. Murni tertawa terpingkal-pingkal hingga mengeluarkan air mata. Richman heran ternyata Murni mengerti bahasa Jawa.

Ketika teras belakang dan musholla belum di buat. Orang-orang yang bertamu atau mampir selalu duduk di teras depan karena mbah Yam nyambi berjualan sayur mayur di depan rumah. Tapi sekarang bila tetangga datang mereka duduk di teras belakang atau di teras musholla.

Setiap 5 waktu sholat mbah Yam kedatangan tamu, sesudah atau sebelum sholat. Sehingga mbah Yam selalu ada tamu sehingga mbah Yam tidak kesepian. Tamu yang datang membuat minuman sendiri di dapur musholla, kemudian membersihkan bekas gelas dan piring yang mereka pakai. Bahkan para tetangga secara sukarela membersihkan halaman dan rumah itu. Tidak jauh dari rumah itu Richman membangun rumah sarang burung walet yang dikelola mbah Yam dan pengurus musholla.

Rumah walet ini sudah panen sekali. Dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan musholla dan kegiatan keagamaan serta biaya hidup mbah Yam, serta keperluan mendesak atau keluarga yang kesusahan. Itulah sebabnya para tetangga itu tidak berkeberatan membantu acara syukuran tadi, menyumbang banyak makanan dan minuman, karena selama ini mereka sudah sering di bantu Mbah Yam. Ditambah sekarang ada Richman, yang telah membangun musholla dan rumah walet yang mendatangkan rezeki dan lowongan kerja bagi mereka.

Setelah para tetangga pulang. Mbah Yam bercerita tentang Kakek Richman yang masih hidup dan tinggal di Kotaraja. Bahkan Richman mempunyai kakak perempuan lain ibu. Ibu Richman 'Kartini' menikah dengan ayahnya yang seorang duda memiliki seorang anak perempuan. Pernikahan ini di tentang orangtuanya, karena ayahnya seorang pendatang dan tidak memiliki keluarga. Karena pernikahan ini tidak direstui orangtuanya, ayah dan ibu, akhirnya mereka memilih pindah ke Anggana dan tidak pernah pulang lagi hingga wafatnya.

Kakek Richman masih keturunan bangsawan kerajaan Kutai. Itulah makanya kenapa bisa ibunya Richman di makamkan di Kutai Lama.

Setahun setelah Kartini meninggal, kakeknya Richman datang mencari Richman tetapi Richman sudah dibawa H Ahmad. Kakak perempuan Richman tinggal di Balikpapan. Tapi mbah Yam tidak tau dimana persis alamatnya.

Mbah Yam bercerita dalam bahasa Jawa, Murni menceritakan kembali ke Richman.

Richman mendengarkan cerita Murni tentang riwayat hidupnya, dia merenungi nasibnya. Ternyata dia tidak sebatang kara di dunia ini. Suatu saat dia akan mencari keluarganya itu.

Richman menyewa sebuah mobil untuk mereka pulang. Ketika di Kota Raja dia teringat kakeknya yang diceritakan oleh mbah Yam. Tidak sulit mencari alamat kakeknya. Dia memiliki bengkel bubut¹ di Mangkurawang. Rumah tua adat kutai melayu terbuat dari kayu ulin berdiri di halaman yang hijau dengan rumput terpelihara. Di sebelah sisi kanan rumah terdapat bengkel bubut ' Bengkel Bubut Aji Dahlan' nama bengkel itu yang juga nama kakeknya. Seorang lelaki setengah tua sedang asyik bekerja, dia menghentikan kegiatannya ketika mobil memasuki halamannya. Richman dan istrinya keluar seraya mengucapkan salan, "Assalamu alaikum"

"Waalaikum Salam", lelaki itu menyalami Richman dan Murni tersenyum ramah. Dia berfikir mereka mau memesan barang.

"Saya Richman, istri saya Murni", Richman memperkenalkan diri. Lelaki itu terkejut. Matanya tiba-tiba berair. Dia memeluk Richman dengan haru. Air matanya benar-benar tumpah. Murni menyeka air matanya. Dia memang tidak kuat bila ada orang menangis didekatnya. Tetapi lelaki ini adalah kakeknya Richman. Dua orang kakek-cucu ini menangis dan berpelukan dengan erat, sangat erat dan lama dan hampir melupakan Murni. Kakek Richman memeluk Murni mengusap rambutnya dengan lembut. Ia menghapus air matanya dengan lengan bajunya lalu menggandeng pundak Richman dan Murni memasuki Rumah.

______

¹ Bengkel Bubut adalah usaha perbengkelan atau permesinan.

² istilah untuk hubungan badan suami istri