webnovel

Jadi, Setiap Hari... Madamku-lah Yang Memandikan Aku?

Beberapa hari setelah kejadian di mana Liam terbangun, Harriet terbangun dengan kram di perutnya. Merasakan ini sebagai pertanda buruk, Harriet dengan cepat bangun dan melihat bercak merah di ranjangnya.

Sebuah perasaan menusuk terasa di dadanya.

Amelia, Lady in Waitingnya, menghampirinya di kamar mandi saat ia membersihkan diri dan memijat bahunya dengan lembut.

“Madam tidak perlu berkecil hati. Ini baru bulan pertama,” ucapnya.

Harriet mengangguk sambil melempar senyum lembut pada wanita paruh baya cantik itu. Ialah yang mengajari Harriet segalanya tentang Lycan Mating. Ia yang membantunya mempersiapkan malam pertamanya dan mengusulkan aroma yang cocok untuk dikenakan malam itu.

“Kita sudah sangat beruntung Young Lord tidak menolak untuk berinteraksi dengan Anda,” ucap wanita itu. “Saya tidak bermaksud membuat Anda sedih dengan bilang begitu,” ucapnya melanjutkan.

Harriet dibantu mengeringkan tubuhnya dan mengenakan baju dalamannya yang kini berlapis-lapis karena ia sedang menstruasi. Lalu, ia dibantu memakai gaunnya yang indah.

Sambil membantunya, Amelia bercerita dengan lembut.

“Akan sulit bagi mereka yang bukan Mate seorang Lycan untuk hamil. Kami tidak tahu mengapa,” ucap Amelia lembut.

Harriet yang mendengarkan hanya terdiam, sampai ia merasa ingin menanyakan sesuatu. “Lalu, pada kasus seperti apa di mana seorang Mate pengganti digunakan?”

“Apabila Luna yang sebenarnya tidak bisa mengandung lagi, dengan alasan apa pun,” jawab Amelia. “Namun memang sangat amat jarang ada kasus seperti itu…”

Harriet mengerti.

“Apakah ada yang bisa membantuku menjadi lebih subur dan lebih cocok mengandung putra seorang Alpha?” tanyanya penuh harap.

Dalam hatinya, ia tidak ingin menyiksa seorang pria yang terpaksa menyentuhnya, seorang yang bukan Matenya. Untuk menyentuh orang lain selain orang yang dicintainya pasti begitu berat. Meskipun hari itu Liam tidak terlihat terpaksa, Harriet merasa pria itu seperti menahan sesuatu. Apakah pria itu menahan rasa tidak nyamannya?

Jika Harriet bisa cepat hamil, maka Liam tidak akan perlu menyentuhnya lagi.

“Madam hanya perlu sehat dan bahagia. Walau bagaimanapun, jika tubuh kita sehat dan pikiran kita bahagia, akan lebih mudah bagi tubuh kita untuk menerima benih dari suami kita,” Amelia mengedipkan matanya genit.

Harriet merona dan tertawa kecil.

“Suamiku adalah orang baik, dan semua orang di sini juga begitu baik. Tak ada yang bisa membuatku tidak bahagia di dunia ini,” Harriet bicara dengan sebuah senyum penuh syukur, lalu mengalihkan pandangannya keluar jendela di mana langit cerah berada.

Amelia diam-diam menatap Harriet dengan sebuah senyum sedih.

“Apakah Madam akan mengunjungi Young Lord Goldlane juga hari ini?” tanya Amelia, yang sudah menghapal kebiasaan Harriet sehari-hari.

Harriet mengangguk. “Aku akan pergi berkunjung setelah menyantap sarapan,” jawabnya pada Amelia.

“Kalau begitu saya akan menyiapkannya sekarang, Madam.”

Mengunjungi adiknya, pergi belajar administrasi dan pekerjaan Duchy sebagai calon Duchess bersama Daniel, kemudian mendaki menara untuk membersihkan tubuh suaminya bersama para Maid.

Setelah itu, Harriet akan membaca buku atau kembali belajar di menara menemani Young Lord Liam.

Amelia mendengar dari Harriet bahwa Harriet merasa tidak nyaman meninggalkan Liam sendirian sepanjang waktu. Karena itu, meski sebentar, Harriet akan menemani Liam sejenak sebelum turun dari menara untuk makan malam.

Beberapa kali, Harriet juga tidur di sisi Liam. Semua orang berharap Liam akan bereaksi lagi dan bangun di pagi hari, namun kejadian yang sama tak terjadi lagi. Sepertinya seperti yang Harriet ucapkan, hari itu hanya kebetulan.

Hari-hari berlalu seperti itu hingga tiba-tiba datang berita baik dari medan perang di barat.

“Ini sungguh berita baik!” ucap Daniel riang. Penghuni kastil menjadi begitu ceria mendengar isi surat yang tiba, termasuk Harriet yang tersenyum lega.

“Jadi kita bisa menganggap bahwa kemenangan sudah didepan mata, ya?” tanya Amelia di sisi Harriet.

Surat dari Old Duke memang mengatakan bahwa mereka sudah berhasil menangkap sebagian besar pasukan Lycan musuh. Merekalah yang menjadi pelaku yang mengubah adiknya menjadi Lycan serta membunuh kelompok ekspedisi yang dipimpin adiknya.

Suratnya bernada positif, dan jelas ini membuat semua orang di rumah menjadi lega. Namun Harriet mengkhawatirkan prajurit kawan yang terluka dan memutuskan untuk berdiskusi dengan Daniel soal mengirim logistik tambahan ke barat untuk membantu perang.

Daniel setuju, meski di suratnya tidak ada yang mengatakan bahwa mereka meminta logistik tambahan, serta menyiapkan uang remunerasi dan honorarium untuk keluarga mereka yang gugur dalam perang. Daniel menyetujui hal itu, dan juga mendengarkan nasihat Harriet untuk menghemat lebih banyak uang yang mereka pakai untuk kebutuhan sehari-hari kastil.

Bukannya Harriet takut mereka kekurangan, tetapi mereka sedang dalam perang. Ini juga bentuk solidaritas bagi rekan mereka yang pergi berperang.

Saat Harriet mendaki menara sore itu, suasana hatinya terasa lebih baik dari sebelumnya. Ia membawa beberapa handuk dan kain untuk membersihkan tubuh Liam seperti biasa, dan beberapa maid mengikuti di belakangnya sambil membawa basin air panas dan air biasa.

Ia membuka pintu dan menahannya agar para maid bisa masuk membawa air di basin, dan mereka tidak menyadari pria yang akan mereka bersihkan telah duduk menyandar di ranjang.

“Oh, selamat sore, Madam?”

Pria itu terlihat terkejut melihat Harriet datang dengan para maid membawa setumpuk handuk.

Harriet dan para maid juga terkejut hingga mereka terpaku di tempat mereka berdiri.

“...Milord,” Harriet tercekat.memandang pria berambut pirang panjang dan bermata emas itu bertingkah dan bicara seperti seorang yang baru bangun dari tidur siang.

Melihat Harriet seperti ini membuat pria itu mengerutkan alisnya dalam-dalam. “Jangan bilang kau…”

Harriet pun melihat apa yang diperhatikan Liam, bahwa ia membawa handuk-handuk dan para pelayan membawa air untuk membersihkan tubuhnya.

“I-i-ini tidak seperti yang Anda pikirkan!”

Harriet melemparkan tumpukan handuk di tangannya ke sofa dan mendorong pergi para maid yang mengikutinya. “Panggil Sekretaris Daniel dan para tabib sekarang! Terimakasih!”

Para maid dengan tanggap mundur dan pergi, sementara Harriet dengan cepat menutup pintu ruangan itu dengan keras karena panik.

Ia masih menghadap pintu karena tidak bisa menoleh pada suaminya yang sempat menatapnya curiga. Namun tiba-tiba, tempat ia berdiri menjadi semakin redup. Seseorang yang lebih tinggi darinya berjalan mendekatinya.

BAM!

Harriet tersentak kaget melihat dua tangan kekar menjebaknya di depan pintu. Liam mendekat ke punggungnya, menindihnya tubuh mungil Harriet di antara tubuh kekarnya dan pintu, lalu dengan lembut berbisik di telinga wanita itu.

“Jadi setiap hari Madamku lah yang memandikan aku?”