"Gue harap loe bisa benar benar berubah dan hanya Lina satu satunya wanita yang ada dihidup loe untuk sekarang ataupun nanti..."Evan mengutarakan harapannya diujung pembicaraan mereka.
"Dan gue juga berharap cinta yang loe miliki nanti untuk Lina harus lebih besar dari cinta yang gue punya untuk Lina sekarang. Walaupun gue gak yakin cowok yang suka berganti-ganti cewek setiap hari bisa setia pada satu wanita dengan cepat..."
Evan sebenarnya masih meragukan Reno. Jika bukan Lina yang memintanya untuk berhenti berjuang. Evan sebenarnya belum berputus asa untuk terus mengejar Lina,tapi dengan melihat Lina yang kemarin sangat berusaha menutupi semua kebohongan Reno dihadapannya, membuat Evan sadar cinta Lina hanya untuk Reno.
Lina biasanya tak pernah menyembunyikan apapun dari Evan bahkan sudah bertahun-tahun mereka tak bertemu dan begitu mereka dekat kembali. Lina menceritakan semua perjalanan hidupnya yang ia jalani selama tak ada Evan disisinya. Semuanya Lina ceritakan dari dia ditinggal menikah oleh sang mantan sampai susah senang yang ia alami hidup bersama keluarganya yang jahat.
"Loe bisa pegang janji gue.Gue gak akan menyakiti Lina,gue akan membahagiakan dia lebih dari yang loe bisa. Dan seperti tadi yang gue bilang istri gue selamanya hanya Lina dan cinta gue pastinya lebih besar dari yang loe punya..."Reno mengakhiri pembicaraan panjang mereka dengan berjabat tangan.
Reno senang karena Evan sangat terbuka padanya walaupun nada bicaranya selalu saja menyudutkannya tapi Reno paham pasti tidak akan mudah bagi Evan melepaskan Lina yang sudah menjadi segalanya di kehidupan Evan. Apalagi harus menyerahkan Lina pada orang seperti dirinya yang sangat pantas untuk dicurigai dan diragukan.
Evan menceritakan semua hal dikehidupannya yang bersangkutan dengan Lina,dari awal pertemuan mereka bagaimana mereka bisa berteman sampai bagaimana Evan tau jika Lina pernah menyukai Reno secara diam.Reno pun baru tau jika Lina cukup dekat dengan keluarga Evan termasuk dengan mendiang kakak Evan dan keluarga yang lain.
Reno mendengarkan semua cerita Evan dengan lapang dada karena siapa yang akan suka mendengar istrinya dipuja dan dipuji oleh laki laki lain, bahkan Evan berkali kali berkata jika Lina dan dirinya sudah seperti perangko yang selalu menempel berpelukan dan bersandar itu sudah hal yang biasa bagi mereka. Berkali kali juga Reno harus menahan emosinya karena Evan secara sangat terang terangan berkata jika dia tak pantas mendapatkan Lina.
Disepanjang perjalanan pulang menuju villa Reno mampir ke beberapa warung pinggir jalan untuk membeli titipan Lina. Tadi Reno sudah berkata pada Lina akan pulang sedikit terlambat karena ada beberapa urusan yang akan ia urus bersama kakaknya dan Reno pun melarang Lina untuk ikut karena takut Lina tau jika ia akan bertemu Evan.
"Semuanya jadi berapa buk..."tanya Reno begitu mendapatkan makanan yang ia pesan.
"Lima belas ribu aja dek..."Ibu tukang seblak itu menyerahkan satu bungkus seblak ketangan Reno.
Seumur umur baru kali ini Reno berburu kuliner dipinggir jalan seperti ini. Karena Lina meminta jangan dibelikan makanan diresto tapi harus di warung pinggiran jalan mau tak mau Reno menurut karena permintaan Lina tak ada apa apanya dibanding cewek cewek yang pernah ia kenal.Reno membeli satu porsi martabak telur,satu porsi martabak coklat susu dan satu bungkus seblak super pedas seperti yang Lina minta.
Ditengah kemacetan jalan yang padat Reno harus bersusah payah mencari parkiran mobil dan berjalan kaki untuk mencari semua makanan demi makanan yang Lina mau.Entahlah walaupun ini sedikit membuatnya repot dan emosi karena jarak satu pedagang ke pedagang yang lain yang cukup jauh membuat Reno harus berjalan bersama dengan orang lain dijalan yang sempit tapi Reno merasa senang begitu bisa mendapatkan semua makanan yang Lina mau.
Reno sampai divilla sekitar pukul sepuluh malam itu artinya sudah enam jam lebih Reno meninggalkan Lina sendirian divilla. Reno tak menyangka jika Evan akan mengobrol dengannya dengan sangat lama ditambah jalanan yang macet dan harus berburu kuliner membuat Reno tak bisa memperpendek waktu untuk pulang.
Begitu Reno turun dari mobil terlihat sang istri yang tengah duduk santai berbalut kain batik yang menyelimuti tubuhnya dan ditambah buku yang sedang dia baca. Reno mengembangkan senyuman diwajahnya begitu ia melihat sang istri tengah setia menunggunya pulang.
"Hey aku udah pulang loh..."Sapa Reno begitu ia sadar Lina tak mengetahui jika ia sudah pulang.
"Iya aku tau..."Lina menutup buku yang ia baca dan mulai memperhatikan sang suami seakan tengah mencari sesuatu.
"Kenapa gak disambut..."Reno duduk disamping sang istri sambil memperlihatkan wajah manjanya.
"Ini aku tungguin didepan..."Lina menyodorkan satu gelas teh hangat kepada Reno.
"Nih minum dulu anget kok..."Lina memperjelas maksudnya karena Reno terlihat mematung tak bergeming.
"Minumin donk..."Reno semakin memperlihatkan wajah manjanya.
Lina yang sudah mulai terbiasa dengan sikap sang suami akhirnya menurut. dia memperpendek jarak dengan Reno untuk mempermudah kegiatannya.
"Kakak udah makan..."tanya Lina lagi begitu selesai memberi teh hangat untuk sang suami.
"Belum kan kamu udah janji mau masak..."Reno merangkul Lina dan memeluknya erat.
"Ya udah yuk makan..."ajak Lina dengan membalas pelukan sang suami.
"Oh iya sebentar aku ambil dulu pesanan kamu dimobil..."Reno melepaskan pelukannya dan kembali berjalan menuju mobil.
"Nih semuanya persis seperti yang kamu minta..."Reno menenteng beberapa plastik yang berisi makanan yang ia beli tadi.
"Sungguh..."Lina terperanjat senang begitu mendengar perkataan sang suami dan dengan repleks berdiri ingin mengambil plastik yang Reno bawa.
"Nanti aja didalam..."Reno menarik tangan Lina yang akan meraih tentengan plastik dan langsung menariknya menuju kedalam rumah.
"Kamu dapat kain itu dari mana..."tanya Reno begitu melihat Lina melepaskan kain batik yang membungkus tubuh sang istri.
"Dari mba Tesa, kebetulan dia selalu bawa kain batik ini untuk selimutnya Angga tapi tadi secara ajaib Angga memberikannya padaku..."jawab Lina sambil menyiapkan makanan untuk sang suami.
"Kenapa kamu gak bilang aja tadi, nanti aku yang akan beli..."Reno menikmati pemandangan indah didepannya.
Istrinya terlihat sangat seksi dengan gaun tidur berwarna putih pendek mengekspos leher dan pundak mulusnya Lina dan sedikit menerawang. Jika dilihat secara serius mata Reno bisa melihat apa yang dipakai Lina dibalik gaun tidurnya itu. Apalagi kelincahan Lina saat sedang memanaskan masakan membuat Reno semakin terpesona.
"Nih ayo makan..."Lina membawa masakannya kemeja makan dan menyajikannya kepada Reno.
"Kamu udah makan..."
"Belum tapi aku mau makan ini aja..."Lina mengambil sebungkus seblak yang Reno beli.
"Waw..."ungkap Lina dengan wajah sumringahnya begitu melihat isi seblak yang Reno bawa.
Reno yang sadar Lina terlihat begitu senang ketika membuka bingkisan yang ia bawa tak terasa dia memandang kagum istrinya yang terlihat bahagia hanya dengan hal hal kecil yang ia berikan. Sangat jauh berbeda dengan perempuan perempuan yang pernah ia kenal, walaupun Reno membelikan mereka barang bermerek dan berkilau tapi ekspresi yang mereka pancarkan sangat berbeda dengan Lina yang terlihat tulus dan benar benar bahagia.
"Mau coba..."Lina menyodorkan satu sendok seblak kemulut Reno yang masih terlihat menatap kagum.
"Apa pedas..."tanya Reno memastikan walau dia yang membeli tapi bagi orang yang belum pernah mencoba apa itu seblak takkan tau level pedas dari masakan itu.
"Nggak kok,coba aja dulu..."
Akhirnya Reno membuka mulutnya perlahan.Merasakan rasa masakan yang baru saja ia coba dengan perlahan.
"Enak..."puji Reno begitu berhasil menghabiskan satu sendok seblak dari Lina.
"Ok ayo makan bersama..."Lina menarik kursinya untuk lebih dekat dengan kursi Reno. Disendoknya makanan Reno yang tersaji dalam piring dan membawanya kedalam mulut sang suami.
Senyuman diwajah Reno semakin mengembang begitu mendapat perlakuan yang sangat romantis dari Lina.Reno tak percaya Lina benar benar tau apa yang ia mau dan ia inginkan.
Lina dan Reno makan dengan sendok yang sama setelah Lina menyuapi sang suami dia ganti menyuapi dirinya sendiri.
"Satu sendok lagi..."rengek Lina begitu.menyuapi Reno disuapan terakhir
"Sebentar..."Reno meneguk segelas air sebelum dia menerima suapan terakhir yang berisi seblak pedas.
"Kakak mau mandi atau nggak..."tanya Lina begitu selesai memberikan satu sendok seblak terakhir.
"Mandi dong nanti bajunya tolong siapin ya..."pinta Reno dengan kembali meneguk satu gelas air.
"Iya nanti setelah aku selesai merapikan ini semua..."Lina beranjak dari duduknya untuk merapikan masakan yang masih tersisa banyak, karena tak disangka Reno lebih banyak memakan seblak ketimbang masakannya.
"Kak besok mba Tesa pulang,apa kita juga pulang..."tanya Lina seraya mengambilkan baju ganti Reno dilemari.
"Tergantung..."
"Tergantung apa..."tanya Lina penasaran karena jawaban Reno terdengar ambigu untunya.
"Sebentar lagi kamu akan tau..."Reno mendekatkan diri kepada Lina yang masih sibuk memilih baju untuknya.
"Nih..."Lina menyerahkan satu set pakaian kepada Reno tanpa membalikkan badan karena ia tau sekarang Reno tengah tepat berdiri dibelakangnya.
Reno memakai pakaian yang Lina beri dengan satu persatu.Di mulai dari celana dalam,celana training dan kaos oblong semuanya Reno pakai ditempat dengan jarak yang sangat dekat dengan Lina.
Cup...
Cium Reno dipundak Lina yang masih terbuka karena Lina yang belum memakai penutup.
Cup...
Kini Reno mencium pipi mulus Lin dan memeluknya dari belakang dengan erat.
"Terimakasih..."ucap Reno yang kini mencium leher Lina dengan lembut.
"Akh kak..."protes Lina begitu sadar Reno tak hanya menciumnya tapi juga sedang berusaha meninggalkan jejaknya dilehernya.
"Mau bergadang bersama..."ajak Reno begitu sudah meninggalkan satu jejak bibirnya di leher jenjang Lin tanpa peduli protes Lina tadi.