webnovel

SSH

12 tahun lalu saat penduduk bumi mendapat kekuatan super, mereka mulai melawan invasi dari monster yang datang.

Mereka dibantu oleh manusia pendatang, elf dan dwarf, melawan monster-monster tersebut.

Walaupun dengan kekuatan yang ada mereka masih terdesak dan harus merelakan beberapa wilayah.

Wilayah tersebut bukannya tidak dapat ditaklukkan, tetapi daerah tersebut menjadi tidak mungkin ditinggali.

Hal tersebut karena gejala alam yang aneh terjadi di daerah itu, membuat manusia tidak dapat melakukan apapun soal itu.

Wilayah itu akhirnya diisolasi dan butuh izin khusus untuk masuk.Tidak hanya itu korban yang berjatuhan membuat penyerangan tersebut dihentikan.

Belajar dari hal tersebut, 3 tahun kemudian pemerintah dunia membentuk asosiasi hunter dan mengelompokkan mereka menjadi beberapa tingkatan.

Dengan mengukur mana pada tubuh mereka mereka dikelompokkan, dan diberi izin berdasarkan tingkatan mereka untuk masuk wilayah yang dulu tidak dapat ditaklukkan.

Tidak hanya itu, dari rekomendasi 4 haluan agar generasi selanjutnya dapat bertahan lebih baik dari generasi sebelumnya, dibuat sekolah khusus untuk orang-orang yang awakening.

Rey dan Rina melihat sekeliling sambil memerhatikan sekitarnya, melihat banyaknya anak murid baru yang datang.

"Bang, Rina pergi ke sana boleh?"

"Ngak."

"Kalau ke sana."

"Ngak."

"Dahlah, aku tetap pergi."

"Eeeeh, nanti nyasar gimana dengan abang aja dulu."

"Baiklah."

Rey masih memerhatikan sekelilingnya apakah aman atau tidak. Walau dia sering mengganggu adiknya tetapi sebagai abang dia tetap harus memerhatikan adiknya apa lagi di tempat baru.

""Hmmm... Sepertinya aman.""

"Oke dik, silahkan pergi lihat-lihat sana."

"Lah. Tadi nahan, sekarang ngusir."

"Emang kamu mau ngekor abang mulu."

"Hmm... Ngak."

"Kalau gitu silahkan tuan putri yang cerewet, katanya mau lihat-lihat sekeliling."

"Terima kasih pangeran sok keren, bye, bleeek."

"Dasar!! Uuagh..."

"Lari...."

"Hei, kalau ada apa-apa telpon abang."

Rey yang ditinggal sendiri oleh Rina, duduk di tempat duduk taman sambil memperhatikan adiknya.

Rey memandang ke langit melihat indahnya langit yang cerah.

""Kalau bukan karena Rina ngak bakal sekolah disini, padahal aku ingin hidup damai.""

""Rencananya aku ingin sekolah di sekolah biasa, hidup damai dengan kekuatan ini. Tapi karena Pemerintah sialan itu kami kami disuruh sekolah disini.""

""Emang banyak yang berharap sekolah disini, apalagi fasilitas yang bagus memiliki bandara pribadi dan masa depan yang terjamin. Tapi bagiku ini bukan apa-apa, satu-satunya alasanku ada disini karena Rina.""

""Rina sangat bersemangat untuk dapat sekolah disini, setelah lulus sekolah dasar dia langsung ikut tes masuk kesini. Aku yang baru lulus SMP dengan rencana masuk sekolah biasa jadi terseret untuk menjaganya.""

""apa yang bisa aku pelajari disini? Lagi pula aku telah belajar semuanya langsung dari sumbernya.""

Tiba-tiba langit yang cerah berubah menjadi hitam.

"Hei bocah, lama tak bertemu?"

"Oi naga sialan ngapain, mangggil gue di depan umum ha? Kalau ada yang curiga gue tiba-tiba ngilang gimana?"

"Dasar bocah jadi selama ini kau pikir aku manggil kau kesini sama raga mu juga."

"Jadi maksud kau hanya jiwa ku aja yang datang ke sini, ragaku ngak ngikut?"

"Jadi selama 12 tahun kau baru sadar bocah, dasar gob**k."

"Terus tubuhku gimana?"

"Ya di tempat kau tadilah."

"Keadaannya gimana?"

"Seperti orang tidur, kalau ngak seperti orang linglung."

"Terus ngapain kau baru bilang sekarang bambang, jadi ngapain gue harus sembunyi dulu sebelum masuk kesini."

"Hei bocah, itu salahmu sendiri ngak nanya. Dasar bod*h."

"Kalau gitu aku balik lagi aja, malas liat muka naga jelek sepertimu."

"Hei tunggu dulu, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu."

"Apaan?"

"Kalau tidak mendesak, jangan gunakan mana nagamu. Gunakan aja mana murnimu."

"Kalau itu aku tau, tak perlu kau ingatkan. Lagipula aku ingin hidup damai."

"Aku hanya mengingatkan, soalnya kau itu P.I.K.U.N."

"Apa kata kau haaaaa?!"

"Tak usah banyak lagak, aku juga ngak mau hidup susah bersamamu. Ingat aja pesanku."

"Baiklah, kalau cuman itu. Aku bye."

Rey kembali melihat langit, sambil memperhatikan adiknya.

"Ding dong, ding dong. Kepada seluruh murid baru silahkan datang ke depan gedung asrama, lalu berbaris. Bagi murid SMA di gedung putih dan murid SMP di gedung biru. Laki-laki barisan kanan, perempuan barisan kiri.ding dong, ding dong."

Rey mendengar pengumuman tersebut langsung memanggil Rina dan pergi ke depan gedung asrama.

"Wah ramainya."

"Ya iyalah, namanya aja sekolahan."

"Itu aku juga tau, ngak bisa lihat adiknya senang aja."

"Heeee. Kalau gitu abang pergi baris dulu ya."

"Oke, aku juga pergi kebetulan udah ada temen."

Di depan terlihat gedung asrama yang megah, dan tampak para senior keluar melihat ke arah kami.

Tidak hanya itu, juga ada panggung yang di atasnya berdiri para guru yang berdiri dalam posisi siap. Seorang pria nampak berjalan menuju mikrofon.

"Kepada kepala sekolah, hormaaaaaaaat grak!!"

"Tegaaaaaaak grak!!"

"Halo semuanya, selamat siang bapak adalah kepala sekolah SSH. Kalian pasti capek dari perjalanan jauh. Oleh karena itu, bapak mengumpulkan kalian kesini untuk pembagian asrama kalian.

"Seperti yang kalian lihat asrama kita cukup kecil untuk kalian semua, terlebih sebagian telah diisi senior kalian dan murid yang baru naik tingkat. Mungkin sisanya hanya muat kurang dari setengah kalian semua."

"Terdapat masing-masing dari asrama SMA dan SMP, 85 kamar pria dan 75 kamar wanita."

"Setiap kamar dapat diisi 5 orang, jadi kalian akan dibagikan kamar berdasarkan game yang sudah disepakati guru sejak lama."

"Sekarang kalian pindah ke gedung auditorium. Di sana akan dijelaskan bagaimana pemilihan kamar kalian."

Disalah satu jendela gedung asrama tampak 2 pria yang sedang berbincang.

"Hei Adam, menurutmu ada yang kuat nggak diantara mereka semua."

"Apanya yang kuat?, aku yakin mereka hanya buangan yang tidak dapat masuk di JSH (JAVA SCHOOL HUNTERS."

"Jangan pesimis begitulah, aku yakin diantara mereka pasti ada yang niat dari awal ingin masuk kesini."

"Seterah kau Baim, lebih baik kita mengurus persiapan turnamen antar 5 sekolah."

"Kita adalah murid terbaik sekarang, tugas kita harus mengharumkan nama sekolah dan mencatatkan sejarah bagi sekolah kita."

"Bukannya mengurus murid baru yang hanya setengah hati masuk kesini. Jadwalnya sudah mepet."

"Baiklah, kalau gitu mari kita mulai rapat persiapannya. Semuanya sudah disini?"

Di dalam ruangan yang berisikan murid-murid hebat yang sedang mempersiapkan perang mereka.

Dilain tempat, di dalam gedung auditorium murid berkumpul, di depan mereka tampak sebuah portal besar yang bediri dengan kokoh.

"Baiklah, kalian semua sudah bekumpul disini. Kalian semua akan memasuki portal ini, seperti yang kalian lihat terdapat dua portal dengan dua warna berbeda."

"Yang berwana biru untuk murid SMP dan putih untuk murid SMA. Pria portal yang sebelah kanan dan wanita sebelah kiri."

"Kalian akan diberikan jam tangan, pada jam tersebut terdapat kolom. Buat kelompok berisikan 5 orang, lalu tuliskan id jam mereka pada jam kalian."

"Setelah itu kalian masuk ke dalam portal, kalian akan dikirim ke dunia buatan."

"Di sana kalian harus mencari kunci asrama kalian yang tersebar acak dalam tubuh monster, jadi kalian harus mengalahkan monster tersebut kalau mau mendapatkan kunci.

Kalian bebas memakai kekuatan kalian tidak perlu takut terluka, kalian akan otomatis keluar kalau menerima damage yang besar atau mendapat kunci."

"Dan kalian bebas menyerang monster ataupun kelompok lainnya."

"Sampai sini ada pertanyaan? Silahkan angkat tangan, yang ditunjuk silahkan bertanya."

Beberapa murid mengangkat tangan mereka untuk bertanya.

"Yang di depan bapak, kamu mau tanya apa?"

"Siap, Kalau kami dikeluarkan karena menerima damage besar apakah kami boleh masuk lagi pak?"

"Bagi yang dikeluarkan karena menerima damage besar berarti kalian gugur, dan kalau kalian keluar karena dapat kunci kalian boleh tinggal sesuai nomor kunci tersebut, apakah jelas."

"Terus bagaimana jika ada salah satu anggota kelompok kami dikeluarkan karena damage besar dan salah satunya mendapatkan kunci?"

"Dia yang dikeluarkan karena damage besar beserta anggota kelompoknya dapat masuk ke kamar sesuai nomor kunci yang didapatkan. Jadi intinya asalkan ada salah satu anggota kelompok yang dapat kunci semua anggota kelompok nya mendapatkan kamar, sampai disini mengerti."

"Siap, mengerti."

"Ada lagi yang akan bertanya?"

"Saya pak."

"Apa yang ingin kamu tanyakan?"

"Bagaimana kalau ada yang tidak mendapatkan kelompok?"

"Itu deritanya, berarti dia harus berjuang sendirian. Paham?"

"Siap paham"

"Kalau begitu kalian bapak kasih waktu 15 menit mencari anggota kelompok, silahkan."

"Siap."

Murid-murid gaduh dalam mencari kelompoknya, walaupun ada beberapa yang sudah berkelompok dari awal.

Sedangkan Rey hanya melihat kiri kanan dikerumunan tersebut tanpa ada niatan mencari kelompok.

"Hmmm nanti pasti ada yang ngajak, untuk apa susah-susah cari orang."

15 menit kemudian, Rey hanya sendirian.

"Baiklah, apakah kalian siap memasuki portal."

"Siap pak."

Seorang anak dengan santainya mengangkat tangan.

"Kamu kenapa angkat tangan?"

"Pak saya belum dapat kelompok?"

"Kamu naik ke atas sini!! Apakah ada orang bod*h bin pengecut lainnya yang tidak dapat kelompok?"

Di barisan perempuan, Rina melihat sosok yang dia kenal.

""Dasar abang bod*h, buat malu aja""

"Rina, bukannya itu orang yang kamu panggil abang tadi di gedung asrama."

"Ti...tidak, aku tidak kenal."

"Yakin? Hahahaha, ngak perlu malu gitu juga kita kan udah temenan."

"Hehehe, oke."

"Btw, abangmu ganteng juga ya?"

"Dekil begitu kau bilang ganteng, blwek.".

"Jangan gitulah gimanapun dia abangmu lho."

"Kamu liatin aja tingkahnya, baru sadar nanti."

"Oke, mari kita liatin."

Rey berdiri dengan gagah dan tanpa bersalah, menatap kerumunan murid yang menertawakannya.

"Baiklah, ada yang mau berkelompok dengannya?"

"Karena tidak ada, kamu kembali ke barisan."

"Siap pak."

Dipertengahan langkah turunnya Rey kembali lagi ke atas panggung.

"Kenapa kamu naik lagi?"

"Saya mau bertanya pak."

"Hmmm.. karena kamu bod*h silahkan bertanya, Hahaha."

"Kalau misalkan saya dapat kunci kamar asrama, berarti satu ruangan tersebut untuk saya."

"Hahahaha, pertanyaan menarik dari anak bod*h sepertimu. Tapi benar semua isi kamar tersebut hanya milikmu."

"Satu hal yang pasti, monster-monster di sana tidak selemah yang kau bayangkan."

"Baiklah, kalau begitu saya kembali."

"Silahkan."

Ditengah perjalanan Rey ke bawah, terhenti karena ada murid yang mengangkat tangannya.

Terlihat seorang pria dengan wajah cupu berkacamata dia berjalan menuju panggung.

"Saya ingin berkelompok dengan dia pak."

"Wah ternyata ada satu pengecut lagi yang dari tadi bersembunyi, apakah masih ada?"

"Kalau tidak ada kalian kembali ke barisan."

"Siap pak."

Mereka berdua berjalan ke bawah dengan percaya diri dan tampa rasa malu.

""Gawat gimana ini, ngapain aku angkat tangan bodohnya aku berharap dengan pria ini.""

"Hei kau, ngapain tunjuk tangan."

"Kau kira kau bisa sendiri melawan monster-monster itu?"

"Bisa, kau kira aku lemah?"

"Bukan begitu."

"Udah jangan banyak bacot, cukup lihat dan perhatikan. Nanti kau tinggal nebeng aja di kamar asrama sama aku, lagi pula aku bosan kalau sendirian."

"Baiklah."

""Gawat ternyata dia lebih idi"t dari yang aku kira, bisa langsung tersingkir aku kalau begini. Dahlah daripada sendirian.""

"Oh iya nama kau siapa?"

"Syein, panggil aja sei, kalau kamu?"

"Cih kek banci. Kalau aku Rey Barokah, panggil aja Rey."

Pak kepala sekolah memulai seleksi asrama nya apakah Rey dapat bertahan dan lulus dalam seleksi tersebut.

"Baiklah, anak-anak kita mulai seleksinya saya dan para guru akan mengawasi lewat monitor,semua siap?"

"Siap pak."

"Tunggu apalagi majuuu!!"