webnovel

LATE GAME

Dilain tempat, Rina bersama dengan kelompoknya berada dalam krisis yang sangat serius.

"Apa? Jadi makanannya hanya satu kotak dan dikirim 1x15 jam."

[Rina : SUMMONER]

Rina sangat marah melihat persediaan yang diberikan hanya berisikan satu kotak makanan.

"Tidak usah ribut gitu Rin. Bawa santai aja, anggap puasa."

[Aisyah pemimpin kelompok nan baik hati dan sholeh : ARCHER]

"Benar kata Aisyah. Anggap aja puasa."

[Siska sang wakil kelompok yang tegas : WARRIOR]

Siska menyahut kata Aisyah dengan tegas.

"Aaarrgh!!. Aku belum biasa puasa full."

"Udah gede puasa masih belum full? Malu dikit napa. Aku kelas 4 udah full nggak bolong-bolong."

"Aku ngak bisa Siska, makanku banyak."

"Emang seberapa banyak?"

[Riska adik kembar Siska yang perhatian : MAGE]

Riska penasaran seberapa banyak makan Rina sampai membuat dia sangat marah.

"Dua piring sekali makan, aku makan enam kali. Hehehe."

"Masa sih? Badan kamu langsing gitu, aku aja makan tiga kali sehari ngak langsing-langsing."

[Desi sang tameng tim : WARRIOR]

"Hehehe. Mana aku tau, mungkin keturunan. Keluarga kamu aja mungkin gemuk-gemuk Des."

"Apa katamu Rina?!! Dasar body shaming."

Desi sangat jengkel dengan kata-kata yang keluar dari mulut Rina.

"Udah jangan bertengkar Des, kamu juga Rin jangan gitu."

"Oke, kalau gitu aku minta maaf Des."

Rina meminta maaf dengan tulus kepada Desi dengan tulus dan memperlihatkan wajah memelas.

"Oke aku maafin. Jadi gimana nih? Kita bagi rata aja atau gimana Aisyah?"

"Kalau menurutku ya dibagi rata aja dulu, seterusnya kita makan buah-buahan sekitar aja nanti. Gimana?"

"Kalau aku setuju-setuju aja. Kalau kalian gimana siska, Riska, Rina?"

"Kalau aku sama Riska setuju juga, Kalo kamu Rin?"

"Kalau beracun gimana?"

"Aku udah coba tadi aman-aman aja kok."

"Ya, mau gimana lagi. Pasrah aja deh."

Rina tanpa kecewa dengan hal yang terjadi, tapi dia tetap tabah dengan keadaan.

"Karena semua setuju, ayo kita bagi."

"Eeeh... Kotak persediaannya mana?"

Desi terkejut melihat persediaan tiba-tiba menghilang.

"Tadi disana kok."

Rina menunjuk ke arah persediaan tersebut diletakkan sebelumnya.

"Hahahahahahah!!!! Terimakasih makanannya."

Seorang gadis terlihat di atas pohon bersiap untuk kabur.

"Oi, kamu siapa?"

Mereka terkejut melihat gadis yang entah dari mana datangnya.

"Hahahaha... Kejarlah kalau mau tau."

Dia menjulurkan lidahnya menghina Rina dan kelompoknya.

"Dasar bajing*n. Tunggu jangan lari."

Rina marah dan langsung bersiap mengejarnya.

"Rina jangan kejar dia."

Aisyah memegang tangan Rina agar tidak pergi.

"Kenapa ngak kejar!? Jelas-jelas dia curi makanan kita Syah."

"Kalau itu jebakan gimana?"

"Aku ngak peduli, aku akan kejar dia. Bye."

Rina melepaskan genggaman tangan Aisyah dan langsung pergi.

"Tunggu. Dasar kelas kepala malah pergi sendirian, semuanya tunggu di sini! Aku akan nyusul Rina."

"Kami juga ikut."

"Jangan!! Kalau kita kena jebakan semua bisa-bisa kita tereleminasi."

"Baiklah kalau gitu. Hati-hati."

"Oke. Bye."

Rina terus mengejar sipencuri itu tanpa memikirkan adanya jebakan.

""Dasar bod*h. Dia mengejar tanpa perhitungan.""

"Semuanya keluar!!! Aku berhasil bawa satu."

Rina dikepung oleh musuh, akan tetapi dia tetap tenang. Dia hanya memerdulikn persediaan yang dicuri.

"Dasar bod*h, berlari kesarang buaya tanpa pikir panjang."

"Apa? Sarang buaya, lebih mirip sarang semut."

"Dasar lon*e, rasakan tembakanku ini 'Mana Arrow'."

Rina terkena tembakan dari musuh dan langsung terkapar.

"Rasakan itu, makanya jangan banyak lagak."

"Sasa, kenapa dia belum mengilang?"

"Entah, ayo kita periksa bersama."

Mereka mendekati Rina dengan waspada. Disaat salah satu dari mereka mencoba menyentuh Rina, tubuh Rina tiba-tiba berubah menjadi air.

"Apa-apaan ini?"

Rina keluar dari balik pohon dengan senyumannya, melihat musuhnya yang tertipu melihat jebakannya.

"'Aqua : Prickly'."

Air tersebut membentuk duri-duri panjang dan tanjam, menusuk semua musuhnya yang lengah.

Mereka tidak dapat berbuat apa-apa dan langsung tereleminasi.

Aisyah yang mengejar Rina yang datang terkejut melihat pemandangan tersebut. Tak disangkanya Rina begitu kuat.

"'Aqua : Cancel'."

Air tersebut menjadi sosok wanita yang perkasa dan kemudian menguap dan menghilang.

"Dasar lemah. Sok keras pula."

"Rina, dasar keras kepala. Kalau ada apa-apa gimana?"

"Kan nggak terjadi apapun. Jadi nggak perlu khawatir."

"Aku tidak nyangka ternyata makhluk panggilanmu kuat."

Rina mengalihkan pembicaraan ke persediaan agar Aisyah tidak banyak tanya.

"Syah liat deh, di sini banyak persediaan."

"Wah benar, kalau begini kita bisa tenang untuk sementara. Tapi kenapa mereka bisa punya banyak persediaan?"

Rina menundukkan kepalanya sambil memikirkan pertanyaan aisyah.

"Mungkin mereka mencurinya dari kelompok lain."

"Bisa jadi. Kalau gitu ayo balik, teman-teman pasti cemas."

"Ayo."

Mereka berdua bergegas kembali dengan membawa persediaan melimpah.

Setibanya di sana. Riska langsung menyambar mereka dengan pelukan.

"Kalian kok lama sekali? Apa ada yang luka?"

Riska membolak-balik tubuh Rina dan Aisyah melihat apakah ada luka.

"Nggak ada yang luka Ris. Kamu ngak usah cemas, aku kan kuat."

Riska dan yang lainnya lega melihat mereka berdua kembali dengan selamat.

"Oh iya. Kalian coba lihat ini."

Rina memperlihatkan hasil rampasan mereka.

"Wahhh... Kalian dapat dari mana persediaan sebanyak ini?"

Desi menanyakan hal tersebut dengan wajah penasaran.

"Kami menemukan ini sesudah mengalahkan mereka."

"Berarti mereka sudah banyak mengeleminasi pemain dong."

"Kalau begitu kita harus lebih berhati-hati mulai sekarang, agar hal seperti ini tidak terjadi lagi."

Siska mengingatkan hal tersebut kepada kelompoknya sebagai wakil kapten

"Benar kata Siska, kita harus lebih berhati-hati mulai sekarang."

"Udah-udah. Kita makan aja dulu, hal gituan nanti aja dipikirkan."

Sambil melihat persediaan, Rina sudah tidak tahan melihat makanan yang ada di depan matanya.

"Dasar orang lagi serius malah mikirin makanan mulu."

Desi menggelengkan kepalanya melihat perilaku Rina.

"Grrrrrurrrrk."

Suara perut Desi berbunyi kencang membuat Desi tersipu malu.

"Hehehe. Kalau gitu kita makan aja dulu."

"Ayo. Kita makan semuanya."

"Kalian makan aja dulu aku sholat sebentar. Kalian nggak sholat?"

"Aku halangan."

Rina dan Desi langsung menjawab Aisyah dengan serentak

"Kami berdua kristen."

"Sorry. Aku nggak tau, kalau kalian kristen."

"Nggak papa kok. Santai aja."

Aisyah merasa bersalah karena hal tersebut. Dia merasa menyinggung Siska dan Riska.

Siska dan Riska memaafkan Aisyah. Karena mereka tau Aisyah tidak bermaksud menyinggung mereka.

"Sekali lagi aku minta maaf ya."

"Iya nggak papa sungguh."

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, sudah 12 hari mereka masuk dunia buatan.

Tetapi mereka belum menemukan kunci sama sekali.

Rina dan kelompoknya sedang bertarung dengan sengit melawan ogre titan.

"Rasakan ini 'Aqua : Water Cannon'."

Makhluk panggilan Rina menembakkan air tekanan tinggi ke arah monster itu.

Dada monster itu langsung berlobang karena serangan dari Rina.

Setelah mengalahkan monster tersebut ternyata hanya keputus asaan.

"Aaaaahhh... Ini sudah monster ke 3 yang kita hadapi."

Desi berteriak sambil memengangi kepalanya dengan kedua tangannya.

"Kita haru bagaimana sekarang? Kalau begini terus kita bisa gagal."

Riska memandangi temannya dengan wajah cemas.

"Tenang dulu semuanya kita pasti bisa. Waktunya masih banyak."

"Iya benar kata Aisyah kita harus tenang."

Kata-kata yang lembut dari Aisyah dan didukung oleh sikap tegas dari Siska membuat Desi dan Riska menjadi lebih tenang.

"Kakau gitu kita istirahat sebentar aku capek. Sekalian bahas strategi."

Rina, Desi, Dan Riska beristirahat. Sedangkan Aisyah dan Siska memisahkan diri untuk mengatur apa yang akan dilakukan seterusnya.

"Kita harus bisa mendeteksi monster yang ada kunci. Kalau kita menyerang setiap monster yang kita temui itu hanya menghabiskan waktu."

"Benar Syah. Pencarian kita jadi melambat karena pertarungan sia-sia seperti sekarang."

"Kita sudah terlalu lama di sini, dan tidak ada keterangan batas waktu dalam game ini. Entah kita sudah kehabisan waktu atau gimana?"

"Jam tangan kita belum memberikan informasi juga setelah pengumuman persediaan kemarin, jamnya rusak atau bagaimana sih."

Siska memukul-mukul kaca jamnya dengan jari telunjuknya berharap adanya informasi yang datang.

"Bipbipbip.."

Tiba-tiba jam tangan mereka berbunyi. Siska sempat terkejut takut jamnya rusak.

"(Informasi penting)"

<Late Game>

[SMP]

[Kunci : 2]

[Monster : 1]

[Tim Aktif : 5]

_________________

[SMA]

[Kunci : 1]

[Monster : 2]

[Tim Aktif : 13 ]

"(Good luck)"

Aisyah dan Siska terkejut melihat pengumuman tersebut. Mereka bedua langsung berlari ke kelompok.

"Rina, Riska, Desi. Ka...kalian melihat pengumumannya juga kan."

Aisyah langsung bertanya setibanya di sana, dengan nafas yang masih sesak.

"Iya kami melihatnya. Ini gawat kuncinya tinggal 2, monsternya juga masih banyak."

Desi menjawab pertanyaannya Aisyah dengan wajah panik.

"Tidak usah panik. Panik tidak akan menyelesaikan masalah. Lebih baik kita terus bergerak."

Aisyah meyakinkan Desi agar tidak panik.

"Bai....."

"Aaaarrrgghhh."

Saat Desi mulai tenang mendadak ada ogre titan yang datang.

Ogre Titan tersebut lebih besar dan tanpak lebih kuat dari sebelumnya.

"Semuanya bersiap-siap. Strategi kita sama seperti sebelumnya."

Aisyah langsung memberikan komando kepada kelompok.

Monster tersebut melancarkan serangan-serangan dengan gada yang ada ditangannya.

Desi menahan serangan demi serangan dengan perisainya. Sedangkan siska menyerang di saat ada celah dengan pedangnya.

Aisyah dan Rani mendukung serangan dari belakang. Dan Riska memperkuat kekuatan Desi dengan sihir.

"Monsternya sangat kuat aku tidak tahan lagi."

"Manaku juga mulai habis."

Tidak hanya Desi, Riska juga mulai lelah dengan memberikan dukungan untuk Desi.

"Aaarrgghhh....."

Monster itu mengayunkan gadanya dengan lebih kuat. Desi yang tidak sanggup menahan serangan tersebut terpental karena serangan tersebut.

Desi tereleminasi karena serangan yang kuat tersebut.

"Dasar monster sialan. 'Vertical Slash."

Siska yang marah karena temannya tereleminasi, langsung melompat maju dengan gegabah.

Tidak tinggal diam monster itu kembali mengayunkan gadanya.

Siska yang terkejut dengan serangan itu, tidak dapat menghindar dan tereleminasi.

"Gawat kita harus mundur."

Aisyah memberikan aba-aba mundur.

Raisa yang kelelahan karena kehabisan mana tidak dapat bergerak.

"Kalian tinggalkan saja aku, yang penting kita harus lulus."

Monster yang tepat berada di belakang Raisa mengayunkan gadanya ke arah Raisa.

Aisyah yang tidak tega melihat Raisa berlari ke arah Raisa sekuat tenaga, sayangnya tepat Aisyah datang gada tersebut menghempaskan mereka berdua.

Mereka berdua langsung tereleminasi karena serangan tersebut. Rina yang melihat temannya tersebut mendadak diam.

Dia berdiri dan hanya diam. Monster yang melihat Rina hanya berdiri langsung berlari ke arah Rina.

Monster tersebut berlari sambil bersiap-siap mengayunkan gadanya. Terlihat dari wajah Rina sebuah senyuman tipis.

"'Aqua : Slash'."

Tepat saat gada monster itu mulai melayang ke arah Rina. Gada tersebut langsung terpotong-potong.

Monster itu tidak tinggal diam, dia mengganti serangannya dengan pukulan.

Rina tetap berdiri tidak bergerak.

"Ternyata kau cukup gigih."

"'Aqua : Shield'."

Sebuah perisai air mementalkan serangan monster itu.

"'Aqua : pushing'."

Makhluk panggilan Rina membentuk sebuah serangan persegi yang didorongkan ke arah monster tersebut.

Monster yang melihat serang itu, mencoba menahan dengan kedua tangannya. Sayang kekuatan monster itu tidak cukup untuk menahan serangan itu dan terpental jauh.

"Aaaaah. Leganya, karena merekasudah tidak ada lagi. Aku tidak perlu lagi menyembunyikan kekuatan ku."

"Kalau begitu mari bersenang-senang. 'Aqua : Fusion'."

Aqua menyatu dengan Rina. Membentuk sebuah zirah dan pedang serta perisai.

Rina bergerak ke arah monster itu dengan kecepatan tinggi. Monster yang mencoba bangun langsung disambar dengan sebuah serangan cepat dari Rina.

Rina melewati monster itu dengan serangannya.

"Aaaarrrrrggghh."

Monster itu teriak kesakitan karena serangan Rina. Sekujur tubuhnya menyemprotkan darah keluar.

"Wahhh... Masih bertahan ternyata. Karena aku sudah cukup bersenang-senang dengan mu mari kita akhiri ini. 'kil'."

Rina mengayunkan pedangnya, mengeluarkan pancaran energi yang mengerah ke monster itu.

Monster itupun langsung mati terpenggal.

"Kalau nggak dilarang sama abang Rey. Mungkin aku sudah lulus dari tadi."

Sebelumnya Rey sudah melarang Rina untuk menunjukkan kekuatan penuhnya di depan orang-orang.

"Rina, nanti di sekolah kamu jangan terlalu menunjukkan kekuatanmu."

"Emang kenapa bang?"

"Abang takut kamu nanti dimanfaatkan sama orang. Dan kalau mau berteman cari teman yang royal dan tidak semena-mena."

"Baiklah kalau gitu."

Sebuah kunci keluar dari mayat monster tersebut.

"'Aqua : return'."

"Jadi ini kuncinya. Tinggal ambil ajakan?"

Rina mengambil kunci tersebut dan langsung dikirim ke depan asrama.

Teman-teman Rina juga langsung dikirim ke sana. Mereka terkejut karena dikirim ke depan asrama.

"Bukannya ini asrama?"

Desi bertanya kepada teman-temannya sambil kebingungan.

Teman Rina yang lainnya pun bingung dengan keadaannya.

Sosok pria mendekati mereka berlima.

"Selamat kalian lulus. Silahkan masuk ke kamar sesuai nomor kunci kalian."

Mereka gembira dan langsung berlari ke arah asrama.

Di tengah perjalanan mereka berhenti dan menanyakan apa yang terjadi kepada Rina.

"Rina, sebenarnya apa yang terjadi?"

Tanya Riska kepada Rina dengan wajah penasaran.

"Iya Rin. Emang kamu berhasil mengalahkan monster itu sendirian?"

Siska juga ikut menanyakan kepada Rina.

"Asal kalian tau aja Rina kuat lho. Saat persediaan kita dicuri, dia mengalahkan para pencuri itu dalam satu serangan."

Aisyah memuji Rina sambil tersenyum. Rina yang mendengarnya tersipu malu.

"Wah beneran. Kenapa kamu nggak langsung ngalahin monster itu aja? Kalau tau gitu aku nggak perlu capek-capek nahan serangan monster itu. Aku marah sama kamu Rin."

Desi melipatkan tangannya di dadanya dan memalingkan wajahnya.

"Aku nggak sekuat itu kok. Kebetulan aja saat monster itu menyerang Aisyah dan Riska aku langsung sembunyi. Lalu dia mencoba mencari-cariku, saat dia lengah aku menyerang tepat di dadanya. Terus monster itu mati."

Rina berbohong tentang apa yang terjadi pada teman-temannya.

"Oooh jadi gitu. Kalau gitu aku ngak jadi marah deh. Maafin aku ya karena salah paham sama kamu Rin."

"Ngak papa kok. Kalau gitu yok masuk ke kamar."

Rina merangkul teman-temannya menuju kamar dengan wajah gembira karena berhasil lulus.