webnovel

KEHANCURAN DUNIA

Tendagan pertama disusul dengan tendangan kedua, dengan badannya yang kecil dan lemah Rey menerima tendangan dari anak-anak tersebut.

Tanpa tau apa kesalahannya dan mulai memikirkan betapa sia-sianya dia percaya kepada mereka.

""Ternyata firasat ku benar lebih baik aku tidak menerima tawaran mereka, emang apa salah ku sampai aku haru dipukul begini.""

Anak-anak tersebut terus menendang Rey membabi buta tanpa ampun, dan tanpa rasa bersalah.

Entah karena mereka masih anak-anak mereka melakukan hal yang kejam terhadap yang lebih lemah.

Setelah merasa puas salah satu dari anak tersebut mengangkat Rey sambil memperlihatkan wajah puasnya setelah mengajar Rey sampai babak belur.

"Hey kamu tau kenapa kamu dipukuli?"

"T..tidak, emang salah ku aa?"

"Setelah dipukuli begini kamu masih belum tau apa salah mu, baik lah akan aku katakan. Kamu telah berani mengambil hal yang aku inginkan."

"Aa..aku tidak pernah merasa mengambil sesuatu darimu."

"Emang kamu tidak mengambilnya secara langsung, tetapi kamu tetap saja mengambilnya."

"Emang apa yang aku ambil dari mu! Ini pasti hanya alasan kalian agar dapat membullykukan."

"Tidak ini bukan sekedar alasan, kemarin saat sedang berjalan di toko mainan bersama ibu ku dan melihat mainan robot yang aku incar, aku langsung bergegas memberi tau ibuku."

"Terus apa sala...."

"Oops, aku belum selesai bicara, kamu mau tau apa salahmu. Disaat aku kembali dengan ibuku mainnya sudah tidak ada, dan aku melihat mu membawanya. Berarti kamu mengambil barang yang aku inginkan."

"Mana aku tau kalau kamu juga mau membeli robot itu."

Anak tersebut tambah kesal melihat Rey. Dia tetap membentak Rey dan mengeluarkan semua umpatan yang dia tau entah dari mana.

Rey hanya bisa membisu melihat anak itu karna sudah tidak ada stamina untuk berdebat.

"Mana kutau mamak kau, kamu pasti tau kan, aku yakin sekali kamu mengetahuinya. Dasar anak cacat tidak tau diri."

"Dasar pa***k, anak lo***e, kerdil, tak tau diri."

Pandangan Rey mulai kabur, nafasnya mulai lemah dia pun pingsan.

Melihat Rey yang pingsan anak-anak itupun panik dan pergi meninggalkan Rey di lapangan yang tambah gelap

Sesaat setelah anak-anak tersebut pergi Rey tersadar dan langsung menangis, sambil melihat langit malam yang dipenuhi bintang dan bergumam tentang keadaannya.

""Kenapa?, Kenapa aku terlahir cacat? Apakah kalau aku tidak cacat mereka tidak akan melakukan hal seperti ini kepadaku.""

Ditengah gumamnya Rey melihat bintang jatuh, bintang yang sangat terang itu melayang diatasnya.

Tidak hanya satu Rey melihat banyak bintang yang berjatuhan, Rey pun memejamkan mata dan berharap kepada bintang jatuh tersebut agar dirinya dapat sembuh dari kecacatan yang terjadi pada dirinya.

""Semoga ada keajaiban yang terjadi pada diriku.""

Suara gemuruh pun terdengar kencang dimana-mana. Rey yang lemas tak berdaya kaget mendengarnya.

Dengan sekuat tenaga Rey berdiri dan melihat ke arah suara tersebut.

Betapa terkejutnya Rey melihat bintang-bintang jatuh itu jatuh ke bumi.

Menyebabkan suara gaduh yang besar, Rey langsung bergegas menuju ke rumah.

Disaat dia mulai melangkah sebuah kristal besar jatuh dan menancap tepat di jantung Rey .

Rey tersentak dan langsung tak sadarkan diri.

"Ada apa ini?, Kenapa di sini gelap."

"Oh iya, tadi ada sesuatu yang menusuk dadaku. Apakah aku sudah mati?"

Di tengah renungannya, Rey melihat hal-hal buruk yang terjadi padanya.

Rasa sakit yang selama ini dia rasakan berubah menjadi amarah.

Amarah yang memuncak dan entah dari mana semua amarah itu datang dari anak tersebut.

Disaat amarah itu memuncak terdengar suara samar-samar yang masuk dalam pikiran Rey

"Kenapa kau tidak hancurkan saja dunia ini, hahaha."

"Ayo terima kekuatan ini hancurkan dunia bersama ku."

Rey pun kehilangan kendali atas pikirannya dan mulai masuk dalam kegelapan yang lebih gelap.

Kristal yang menancap di dada Rey seakan terserap ke dalam dirinya. Semua luka yang dia terima hilang entah kemana.

Rey mendadak diselimuti sesuatu yang gelap dan entah dari mana berasal, mata Rey terlihat kosong tapi penuh akan amarah.

Hal-hal di sekitar Rey mulai bergetar, dan suara nyaring terdengar dari arahnya

Lonjakan energi itu pun meledak meluluh lantakkan sekitarnya, tubuh Rey yang lemah kembali berisikan luka-luka karena tidak tahan dengan ledakan energi tersebut dan tak sadarkan diri

"Di...dimana ini, kenapa aku kembali di tempat gelap ini?"

"Perasaan apa yang aku rasakan barusan kenapa rasanya sangat puas?"

"Hahahaha."

Terdengar suara tawa entah dari mana, mengejutkan Rey

"Siapa di sana? Jangan bersembunyi, tunjukkan dirimu."

"Aku adalah kekuatan yang selama ini kau cari, bagaimana rasanya apakah kau puas?"

"Ya, aku puas sekali dengan kekuatan ini, tapi di mana aku. Kenapa disini gelap sekali."

Samar-samar terlihat sebuah sosok makhluk bersayap keluar dari balik kegelapan. Betapa terkejutnya Rey melihat makhluk itu.

Makhluk yang selama ini hanya dia lihat di buku dongeng mendadak muncul di depannya.

"Ka...kamu adalah naga."

"Hahaha, aku tidak menyangka makhluk dari dunia ini tau aku."

Disaat Rey tercengang melihat naga yang berdiri di depannya, dia teringat dengan hal yang terjadi padanya.

Samar-samar dia teringat tentang ledakan yang terjadi pada dirinya, dia pun mulai mencemaskan mama dan adiknya yang ada di rumah.

"Hay, tuan naga bagaimana cara saya bisa kembali?"

"Hmmm, kenapa kau sangat ingin cepat kembali, temani aku di sini sebentar."

"Bukannya saya tidak mau tapi saya memiliki hal yang harus saya lakukan."

"Baiklah kalau begitu pergilah dan cepat kembali, aku tidak mau terlalu lama di sini sendiri."

"Baik, tapi bagaimana cara saya kembali kesini."

"Kau pergilah dulu nanti aku aku yang akan memanggilmu"

Suara sang naga mulai menghilang bersamaan dengan kegelapan, kepala yang pusing mulai terasa.

Cahaya yang datang entah dari mana muncul, menarik Rey kembali ke tempat seharusnya dia berada.

"Dimana ini, kenapa tangan ku diinfus?"

"Mama, kenapa mama tidur sambil duduk?"

Suara yang ditunggu oleh seorang ibu terdengar membangunkannya dari tidurnya, dan memberikan rasa lega yang tak tergambarkan dan air mata yang terus mengalir

"R...Rey, kamu akhirnya sadar. Mama sangat mengkuatirkan kamu Rey, kamu kenapa pergi ngak bilang-bilang sama mama."

"Kamu mau mama jantungan?"

Rey yang melihat mamanya kembali setelah lama tak sadarkan diri, juga turut menangis melihat celotehan mamanya yang sudah lama tidak dia dengar.

Setelah melepaskan rindu Rey menjelaskan hal yang terjadi padanya, dan menyembunyikan fakta bahwa dia di hajar dan bertemu dengan naga. Walaupun dia masih ragu itu nyata atau tidak.

Mama Rey pun marah mendengar bahwa anaknya yang lemah ditinggalkan sendirian, Rey yang tidak ingin mamanya marah meminta mamanya memaafkan mereka.

Dengan berat hati mamanya Rey memaafkan mereka karena keadaan.

Rey yang tidak ingin suasana canggung terus berlanjut dan merubah topik pembicaraan.

"Mama, adik bagaimana keadaannya baik-baik sajakan?"

"Iya, adik kamu baik-baik saja soalnya saat rumah kita hancur, mama lagi bawa adik kamu buat cari kamu Rey"

Betapa kagetnya Rey mendengar rumahnya hancur.

"Terus kita mau tinggal dimana, ma?"

"Kita pindah ke rumah oma mu, syukur rumah oma tidak apa-apa"

"Kalau papa bagaimana ma?, Kata mama, papa pulang kemarin."

Suasana yang hampir mencair mendadak kembali canggung. Rey pun heran melihat mamanya terdiam, bibir mamanya pun bergetar.

"Rey sebenarnya kamu sudah 3 hari tidak sadarkan diri."

"P....papa kamu kecelakaan saat hampir sampai ke rumah."

"Pa..papa kamu meninggal karna kecelakaan itu Rey!!"

Rey terkejut mendengar apa yang dikatakan mamanya.

"Ke..kecelakaan, kenapa papa sampai kecelakaan, ma? Kenapa?"

"Sa..saat hampir sampai rumah tiba-tiba ada suara gemuruh dan ada gempa, papa kamu kehilangan kendali saat nyetir karna gempa."

"Lalu mobil papa, mo..mobil papa menabrak tiang listrik dan terbakar."

Rey yang sadar dari mana asal gempa tersebut mulai menyalahkan dirinya sendiri, dan kehilangan kendali.

Hal-hal di sekitarnya mulai bergetar, memberikan perasaan yang tak asing kepada mamanya.

Sang mama yang sadar dengan apa yang terjadi pada anaknya, langsung memeluknya erat-erat.

"Rey, ini bukan salah kamu Rey. Jadi tidak usah menyalahkan dirimu sendiri."

"Rey, sadar Rey!, Sadar!!"

Rey tersadar dan menangis sambil memeluk mamanya dengan erat.

"Rey, ini semua bukan salah mu, bintang yang jatuh dari langitlah yang salah."

"Dan untuk yang baru saja terjadi, jangan bilang kepada siapa pun dan sembunyikan dari semua orang."

"Hiks...hiks..baik ma."

"Udah jangan cengeng."

"Mama pergi dulu keluar lihat adik kamu, kalau ada apa-apa panggilan suster ya."

Rey berjalan menuju jendela dan menatap jendela rumah sakit.

Betapa terkejut melihat penampakan kota yang hampir hancur. Rey terheran dengan pemandangan tersebut.

"bagaimana bisa aku dirawat dalam ruangan tunggal?"

"seharusnya rumah sakit pasti penuh dengan pasien. Apalagi dengan kehancuran kota yang parah begini."

"Yah sudahlah, untuk apa terlalu dipikirkan aku kan masih kecil "

Ruangan tempat Rey dirawat mendadak menjadi tempat gelap.

Rey merasa lelah berpindah tempat terus tanpa tau apa yang terjadi.

Di tengah kegelapan tersebut, sang naga menampakkan dirinya lagi. Rey yang melihatnya merasa marah karena hal yang menimpa papanya.

"Oi naga, ini semua salah mu."

"Hahaha, ada apa bocah? Kenapa kau tiba-tiba marah begitu?"

"Karenamu...., Karenamu papa ku meninggal!"

"Kenapa itu jadi salahku, kau sendiri yang ingin menghancurkan dunia ini."

Rey melihat ke bawah, tidak menerima apa yang dikatakan oleh naga tersebut.

"A..aku tidak salah, ini semua salahmu."

"Hahahahah, papamu itu meninggal karena kekuatanmu bocah. Terima saja kenyataan dan jangan menyalahkan orang lain."

"Tidak ini bukan kekuatanku, ini adalah kekuatanmu. Aku tidak ingin kekuatan ini."

"Oi bocah, kau yang ingin kekuatan ini aku mendengarnya sendiri, jangan menolak kenyataan, hahaha."

Raut sedih mulai terlihat dari wajah Rey yang menyesali karena menerima kekuatan tersebut.

"Ta....rapi aku ti... tidak tau akan seperti ini huaksssssss."

"Hei, hei bocah jangan nangis seperti ini. Kalau ada yang melihat."

"Aku bisa dikira orang jahat karenamu"

"Ba...baiklah hikss."

"Sekarang bagaimana? aku tidak mau kekuatan ini."

"Kau kira kekuatan itu seperti telapak tangan, bisa kau bolak balik kapan pun."

"Itu risiko kau karena menerima kekuatan yang besar."

"Ingat kekuatan yang besar, menimbulkan risiko yang besar juga."

"Aku tidak tau itu, dan aku juga tidak tau bagaimana cara menggunakan kekuatan ini."

Rey menatap sang naga dengan sungguh-sungguh, sambil melihatkan wajah sedihnya.

"Hey, kenapa kau menatapku begitu hah?"

"Kau harus tanggungjawab."

"Tanggungjawab untuk apa hah?"

"Karena kekuatanmu yang kau berikan tidak dapat ku kendalikan, kau harus bertanggungjawab."

"Jadi maksudmu kau mau aku jadi gurumu, kau kira jadi murid naga itu mudah."

"Aku tidak, memintamu jadi guruku."

"Karena kekuatan yang kau berikan papa meninggal, mana sudi aku jadi muridmu."

"Terus kau ingin aku berbuat apa?"

"Aku ingin kau mengajariku mengendalikan kekuatanku."

"Apa bedanya dengan aku jadi guru kau haaa?!"

"Beda! Ini tanggungjawab karena memberikan kekuatan ini."

"Hmmmm. Baiklah lagi pula aku tidak ada kerjaan."

Rey terpana karena permintaannya diterima oleh sang naga tersebut.

"Apa yang kau lihat? Kau kira ini akan mudah mengendalikan kekuatanku itu."

"Aku tau itu."

"Kalau begitu hari-hari kau akan seperti neraka setelah ini, dasar bocah."

Seperti itulah awal dari perjalanan Rey. Kehancuran dan kebahagiaan yang jauh di depan sana, sudah menunggunya.