webnovel

Kebenaran

Hari dimana Laura melanjutkan operasi pada kakinya akhirnya tiba juga,, dev, juga kedua mertuanya menunggu Laura diluar pintu operasi, begitu juga dengan kedua orang tuanya, juga sangat kakak yang baru kembali dari luar negeri, Lydia.

Mertua Laura nampak tidak suka menatap kedekatan Dev dengan Lydia, bagaimanapun Setelah gagalnya pernikahan Dev dengan Lydia ,, pandangan mereka terhadap Lydia telah berubah,, apalagi saat mereka tahu bahwa alasan kepergian Lydia karena untuk mewujudkan impiannya.

akhirnya Setelah sekian lama mereka menunggu,,pintu ruang operasi terbuka dan dapat mereka lihat Laura yang didorong keluar oleh para medis.

semuanya menunggu kesadaran Laura, namun hingga malam Laura belum juga sadar. hingga saat mereka hendak pulang, terlihat Laura membuka kedua matanya.

" sayang... kamu sudah sadar?" tanya mama mertuanya sambil menyeka air matanya. Laura tidak menjawab, namun memilih mengedarkan pandangannya. dapat dirinya lihat, ada mertuanya, orang tuanya, suaminya dan kakaknya. Laura terkejut namun dirinya segera tersenyum menangapi mertuanya. " iya ma,, Laura baik - baik saja" kata Laura lemah.

"kamu kenapa sih....Masa kakak pulang harus kamu sambut ke rumah sakit,, harusnya kamu jemput kakak dibandara" kata Lydia . Laura tersenyum dan meminta maaf. " maaf kan Laura kak,," kata Laura sambil tersenyum lembut.

kini tinggal dev saja yang berada di ruang rawat Laura, karena semua orang telah pulang.

Laura memandang dev yang sedang sibuk dengan hp nya. Namun dengan sisa keberaniannya Laura memanggil dev.

"Tuan..... tuan dev..." pangil Laura lemah. " ada apa,, tidurlah sudah malam" kata dev acuh, namun tidak kasar seperti biasanya. Laura tersenyum mendengar kata - kata yang keluar dari mulut sang suami. " Tuan....Laura minta maaf ya,,, kalau Selama ini Laura udah selalu membuat Tuan kesal, dan muak, karena melihat wajah jelek Laura ini, ....tapi....Tuan Tenang saja,, karena kakak sudah pulang..." ucapan Laura terhenti saat tiba - tiba dev menatap tajam dirinya.

Setelah berhasil menghilangkan keterkejutannya Laura berdehem sebentar dan melanjutkan ucapannya. setidaknya kalau dirumah sakit, dev tidak mungkin memukul, atau melakukan apapun pada dirinya. " maaf...maksudnya nona Lydia,,,karena nona Lydia sudah kembali,, jadi ....tuan bisa segera menikah dengan nona Lydia,, dan tuan tidak perlu khawatir,, Laura sudah mendaftarkan perceraian Kita, tinggal tunggu panggilan saja, tapi Laura sudah bilang tidak perlu mediasi segala, karena perceraian ini adalah pilihan Kita,,, dan tuan Tenang saja, laura tidak menuntut apapun , tidak juga dengan harta gono gini, dan semua sudah diutus oleh pengacara Laura" jelas laura .

dev terkejut mendengar setiap penuturan dari mulut istrinya Itu. Dirinya tidak menyangka Laura sudah menyiapkan semua untuk perpisahan mereka. bukankah Laura yang menginginkan menikah dengan dirinya, lalu kenapa dengan mudahnya Laura ingin bercerai dengan dirinya. Dev tidak habis pikir dengan istrinya Itu.

"apa alasan perceraian Kita?" tanya dev pada Laura. " karena Laura tidak bisa Punya anak" kata Laura sambil tersenyum. Namun berbeda dengan dev, dirinya sungguh2 terkejut dengan perkataan istrinya. " kenapa?" tanya dev lagi.

" apa lagi yang bisa Laura jadikan alasan selain Itu,,Tuan....tolong maafkan semua kesalahan Laura pada tuan ya,, ,dan tuan didalam dompet didalam lemari Laura, ada laptop laura juga tabungan laura,, Selama ini Laura bekerja paruh waktu,, jadi tuan Tenang saja ,, Laura tidak mengambil barang ataupun uang tuan,, nanti saat pulang....tuan ambil saja ya,, tabungan Itu,, untuk ganti bayar listrik juga air serta makan laura Selama tinggal di rumah tuan dev" kata Laura sambil tersenyum lagi.

Dev segera keluar dari kamar laura, karena tidak ingin mendengar perkataan Laura lagi.

saat Dev keluar dirinya bertemu dengan sahabatnya Levi.

" hei...bro...kok disini,, siapa yang sakit?" tanya levi. " laura,, dia baru operasi" kata Dev santai. "operasi?,, operasi apa?" tanya levi nampak khawatir. " kakinya , dia jatuh....dan dokter meminta operasi, agar tidak bertambah parah" jelas Dev. " oh....syukurlah...." kata levi lega. "kenapa?" tanya Dev lagi, karena dirinya curiga dengan kelegaan sahabat nya Itu.

kini dev sudah berada diruangan levi dengan sebuah berkas ditangannya. " apa ini?,, jelaskan ke Gua....apa ini bro!" kata dev sambil menghempaskan berkas yang dipegangnya. "seperti yang lo liat,, Laura lah yang mendonorkan ginjalnya untuk lo" kata levi santai. "bagaimana mungkin,,, ini tidak mungkin yang mendonorkan ginjal ke Gua Itu Lydia,, bukan Laura!" bantah dev tidak terima.

" nyatanya tidak,, kekasihmu sama sekali tidak pernah mendonorkan apapun untuk lo,, tapi Itu tidak penting sekarang,, yang penting....adalah....kondisi ginjal yang tersisa di tubuh istri lo,, bermasalah,,, " jelas levi. Dev semakin terkejut. " kenapa bisa begitu?" tanya dev lirih. bayangan dirinya menyiksa istrinya yang ternyata menjadi penyelamat nyawanya terbayang dalam benaknya. jeritan pilu, permohonan ampun Laura mengema memenuhi kepalanya. " mungkin....karena jatuh,, seperti yang lo omongin tadi, saat jatuh,, dia terbentur sesuatu" kata levi.

perkataan levi semakin membuat dev dalam penyesalan yang teramat dalam. air mata Tak dapat lagi dibendu,,, kini seorang Devril menangis tersedu - sedu, menangisi keadaan wanita yang Selama ini dia benci, wanita yang selalu dirinya hina. " lo harus kuat,, gimanapun dia butuh dukungan dari lo" hibur levi,, yang mengira dev menangis karena kondisi istrinya.

Setelah kondisinya lebih baik,, dev segera menuju ruang rawat Laura, dapat dirinya saksikan laura yang tengah terlelap,, dev hampiri laura dan memegang tangan laura dan memandang wajah istrinya dengan sayu. "maaf" hanya Itu yang keluar dari mulutnya.

Laura terbangun dari tidurnya dan mendapati tangannya di gengam sang suami. dirinya tersenyum, namun Setelahnya dirinya segera menarik tangannya. " pasti semalam aku mengigau,, Makanya kak dev jadi tidur disini" lirih laura. Dev terbangun dan langsung menatap Laura. dirinya ingin merengkuh laura kedalam pelukannya, namun terhenti karena ada dokter yang datang mengontrol keadaan laura.

Setelah dokter pergi ,, laura tidak dapat tidur kembali.

" kenapa tidak tidur lagi? apa kau lapar?" tanya Dev pada Laura. "ti..ti...dak kak,, ehm....tidak tuan,, Laura tidak lapar" kata Laura sambil tetap tersenyum. Hati dev terasa tercubit, karena panggilan Laura pada dirinya. " Jangan memanggilku lagi dengan tuan,, " hardik Dev.

Wajah laura memucat,,, dirinya Masih sangat takut dengan bentakan,." maaf" cicit laura lirih. mata Laura juga sudah berkaca- kaca sebentar lagi pasti dirinya Akan menangis.

Dev mengusap kepala laura sayang. "tidurlah" katanya lembut. Hati Laura menghangat dengan perlakuan dev padanya.

'terima kasih Tuhan... ternyata keputusanku untuk bercerai dengannya adalah tepat, karena dirinya menjadi baik seperti kak dev yang dulu' batin Laura bahagia.