webnovel

TERCYDUK

Keesokan harinya...

"Ra biasa ya... di meja pojok." Pinta Fadil tatkala ia masuk kedalam kedai, padahal Ara masih mengepel lantai dan tulisan di pintu kedai pun masih terbaca TUTUP. Ia melirik jam dinding masih menunjukkan pukul 06:30, harusnya setengah jam lagi pelanggan baru bisa masuk.

"Maaf.. bisa keluar dulu ga sebentar.. kedainya masih tutup". Ucap Ara menghampiri Fadil yang saat itu sudah duduk.

"Hhmm... kalo gitu bawain kopinya nanti aja, 29 menit lagi baru bawa kesini." Balas Fadil tanpa melihat lawan bicara, mata dan tangannya langsung fokus pada laptop.

"Terserah... !!!" jawab Ara ketus seraya berlalu meninggalkan laki-laki itu. Ia paling malas jika harus berdebat, Fadil hanya tersenyum sarkasme melihat tingkah Ara. Gadis itu melanjutkan pekerjaannya lagi.

Gree...eeettt. suara pintu kembali terbuka, Ara kembali menghentikan aktivitasnya. Kali ini ia semakin Emosi tatkala melihat Alfan yang juga ikut masuk, Ia pikir Alfan takkan pernah datang ke kedai lagi. Karena kejutekannya kemarin, tapi tak di sangka justru hari ini ia datang awal juga hanya berselang 5 menit dari Fadil.

"Hallo Ra... pesan seperti biasa ya, jangan lupa nanti sore kakak antar pulang dan Ara harus mau." ujarnya lembut tanpa memperhatikan keadaan sekitar.

"Kalian berdua kenapa siihh... seneng banget bikin Ara susah.. ga liat apa di depan itu bacaannya masih tutup." Teriak Ara berkacak pinggang, ia sudah merasa jengkel.

"Hhaa...!! berdua ??" gumam Alfan bingung, ia langsung celingak celinguk mencari sesuatu dan dari meja pojok Fadil mengangkat tangan kanannya tanda hadir sedang matanya tetap fokus pada laptop.

"Mampus dah gue..!!! Tadi dia denger ga ya gue ngomong ke Ara". Batinnya.

"Oh My God, Gue lupa hari ini ada urusan lain. Sorry Ra.. gue ga jadi.. Lu ga usah repot-repot bikinin gue kopi" pamitnya buru-buru, yang kali ini kata-katanya kembali 'formal'. Ia langsung membalikkan badan ingin keluar.

"BAPAK ALFANDO DWI SATYA KUSUMA.. APAKAH ANDA INGIN MEMBATALKAN KONTRAK KERJA SAMA KITA HARI INI ??!!!" Ancam Fadil, ia sudah berdiri Dengan posisi tangan bersedekap menatap Alfan.

"Shitdamn.." Rutuknya membatin, ia mengepalkan tangan kemudian berbalik seraya mengusap kepalanya canggung.

"Ok bapak Raffadil Eka Pratama yang terhormat.." lanjutnya lagi seraya melotot geram menatap Ara, Ia menghampiri meja laki-laki tersebut. Sedang gadis itu hanya tersenyum sinis sambil memanyunkan bibirnya dan bersedekap tangan juga tanda tak suka. Namun hal demikian justru membuat Fadil semakin kesal,

"MUTIARA PUTRI SURAMA, TOLONG BAWAKAN KAMI KOPI SEKARANG JUGA !!" Pintanya mendominasi, ia tak suka melihat Ara bersikap demikian pada Alfan karna gesture wajahnya tadi justru membuat Alfan apalagi dirinya semakin ketar ketir. Begitu cara Fadil meluapkan kekesalannya, ia mengabsen nama orang tersebut dengan nama lengkap.

"Sial.. apa maksudnya dia manggil aku kaya gitu bawa-bawa nama Ayah segala." batin Ara, ia hendak menghampiri meja Fadil sambil misru-misru namun tangannya ditarik sang paman yang saat itu sudah ada disampingnya. Ara hendak komplain namun laki-laki itu malah mengerjapkan matanya berkali-kali mungkin maksudnya ia harus mengalah, kemudian ia menarik tangan Ara ke dapur.

"Sorry bro... sebenernya gue ga berminat dateng ke sini.." ucap Alfan seraya menarik bangku kosong didepan meja Fadil, sombongnya kembali kumat.

"Bukannya Lo hampir tiap hari ya datang ke sini..!!" Tebak Fadil mendelik sejenak menatap Alfan, sebelum akhirnya ia larut kembali bersama laptopnya. Mulut Alfan menganga karna terkejut, ia menjadi salah tingkah.

"Jadi... apa sekarang ada yang perlu dijelasin ke gue.." lanjut Fadil lagi, kali ini tanpa menatap Alfan sama sekali.

"Guueeee....", laki-laki itu tidak melanjutkan perkataannya, ia terlihat bingung sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Ya ga da lah...!!". Ucapnya lagi merasa canggung.

"Sepertinya... ada yang hatinya sudah mulai melunak.. !!" Fadil kembali menebak.

"Maksud Lo apa nih ??" tanya Alfan mulai emosi, sedari tadi ia merasa Fadil sedang menginterogasinya.

"Lo udah mulai suka sama Ara ??" Kali ini Fadil menatap Alfan dengan lekat, ia juga menghentikan aktivitasnya.

"Gue... ?? yang bener aja bro.. hahaha... kan udah gue bilang dia bukan tipe gue, gue itu sukanya cewe yang cantik, lembut, baik, ga jutek kaya dia..!!" Sangkal Alfan.

"Lo tau sendiri kan Ara itu kaya apa.. jangan kan ketawa, senyum juga jarang... udah kaya macam robot Jepang gitu, Makanya cepet tua.. hihihi" tandasnya lagi. Ia tak menyadari bahwa ternyata Ara sudah ada dibelakangnya sedari tadi, membawa baki berisi dua gelas kopi. Alfan tersentak kaget tatkala Ara menaruh gelas itu tiba-tiba.

"A.. raa..!!" Pekiknya seraya menelan Saliva.

Sementara Fadil tersenyum sinis, ia memang sengaja memancing Alfan agar kata-katanya itu bisa didengar Ara karna dari kejauhan Fadil sudah melihat Ara hendak menuju ke arahnya.

"it's right.. ??" tanya Fadil menyedekapkan tangannya lagi, ia tersenyum sarkasme menatap kegugupan Alfan.

"iiii.. tuuu... ". Alfan tak mampu berkata-kata.

Ara melotot, ia berkacak pinggang di depan Alfan.

"Emang kakak pikir orang macam kakak juga masuk dalam kriteria Ara.. ?? ga .. ENGGAK SAMA SEKALI.. hhuu !!?" Sewotnya seraya berlalu.

Fadil tertawa Geli, ia begitu gemas melihat respon Ara yang menurutnya sangat lucu.. mimik wajahnya seperti anak kecil yang merajuk.

"Ara.. Ara.. kenapa kamu itu selalu bikin aku jantungan siih, bener-bener menggemaskan.." Ucap Fadil dalam hati, ia tak berkedip sedikit pun melihat Ara.

"Ra... ga gitu maksud kakak.. Eehh gue.. Sh*t !!" Makinya karna refleks, ia hendak mengejar Ara tapi tersadar karna sekarang ada Fadil di depannya. Sejujurnya ia merasa gengsi kepada Fadil karna selama ini ia tak jujur tentang perasaannya kepada Ara, sementara Fadil hanya mengendikkan bahu merasa tak bersalah.

"Jadi gimana... haahh ??" Cecar Fadil.

"Ok.. gue bohong.. Puas Lo sekarang..!!" Alfan mengaku dengan sangat kesal.

"It,s ok.. seenggaknya nanti gue ga di anggap menusuk dari belakang..!!"

"Jadi Lo naksir Ara.. ?? hebbhahaha.." Alfan tertawa datar, karna sebenarnya memang itu tidak lucu. Fadil tidak merespon pertanyaan laki-laki itu, karna dia tahu Alfan pasti cemburu.

"Santai aja bro, gue ga serius ko sama dia.. kalo Lo mau Ambil aja, tapi gue harap Lo ga nangis karna Ara itu super duper jutek.. Gue yakin dalam seminggu Lo bakal nyerah.." Lanjutnya lagi. Ada sesuatu yang sepertinya sangat menusuk dihati Alfan, ia terlihat meringis setelah mengucapkan kata-kata tersebut.

"Jujur... pertama gue emang ga gitu respect sama dia, tapi ga tau kenapa Minggu-minggu kemaren gue kepikiran dia trus.. dan senyumnya itu.. meski jarang terlihat tapi susah dilupain apalagi mukanya bikin melas." Ungkap Alfan dalam hati.

keduanya saling terdiam, mereka rupanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Jadi... gue harap Lo nyerah aja bro, ga gampang ngedeketin Ara.. daripada tar Lo sakit hati..!! lagian ya .. jangankan si Ara, pamannya aja tuh susah bener dideketin. Gue aja yang hampir sebulan deketin dia Ampe sekarang ga tau Alamat rumah dia dimana, nama panjang dia apa, no handphone nya berapa.. apalagi bokap nyokapnya.. susah bro". Alfan sangat berusaha membuat Fadil menyerah, ia sengaja berkata demikian padahal Alfan sebenarnya sudah tahu semuanya tentang Ara.

"MUTIARA PUTRI, 20 tahun, jln.iskandardinata no:43, SURAMA 53 tahun Wiraswasta, LISAH 49 tahun Karyawan swasta.. enggak punya handphone maupun telepon rumah."

Alfan langsung melongo mendengar penjabaran Fadil, ia hampir tersedak dengan kopinya sendiri.

"Gimana... apa gue bener ??"

"Bener... Eits maksud gue... bener-bener gue ga tau tentang Ara !!" Kilahnya.

"Sial.. ternyata Fadil lebih tau banyak tentang Ara dari pada gue, ternyata dibalik sikapnya yang selama ini cuek punya Antusias tinggi pada Ara, pantesan aja dia peduli banget." dumel Alfan membatin.

"Ini ga bisa dibiarin.." ocehnya lagi masih dengan suara hatinya.

"Jadi.. apa kali ini Lo bakalan bener-bener mundur dari kehidupan Ara ??" Suara Fadil kembali membuyarkan pikiran Alfan.

Laki-laki itu terlihat bingung, sontak ia melihat wajah Fadil dengan lekat seraya memincingkan mata... ada apa sebenarnya dengan Fadil yang saat ini sepertinya sedang menyuruh dia untuk menjauhi Ara. "Apa mungkin Fadil emang bener-bener suka sama Ara.. ??" batinnya lagi.