webnovel

UJIAN

"Araa....." suara Fadil terdengar dari kejauhan.

"Itu ka fadil.... bentar ya ka.." pinta Ara seraya berlari menghampiri laki-laki itu.

"Siapa laki-laki itu sayaangg..??" Tanya Fadil mendominasi, ia sedikit merengut sambil membetulkan rambut Ara yang lumayan berantakan tatkala Ara sudah berada di hadapannya.

"Hehehe... Itu teman Ara di perantauan dulu ka, ayo Ara kenalkan.." ajak Ara menarik tangan Fadil, namun Ara terkejut ketika melihat bangku itu sudah kosong yang ada hanya sekuntum bunga mawar pink yang tergeletak di atas bangku tersebut.

"Mana dia..?? jangan bilang dia minder dengan kakak" ujar Fadil yang sedari tadi memang sudah kesal menahan cemburu.

"Tsk.. Ka Fadil narsis banget..!! dia kan teman Ara ka, jauh-jauh datang dari perantauan hanya ingin bertemu Ara.." ucap Ara dengan begitu sangat polosnya membela laki-laki itu.

"Itu menurut Ara, lalu bagaimana dengan laki-laki itu.. apa dia juga sama.. ??" Tanpa diduga respon Fadil ternyata begitu sinis.

"Dari tatapan matanya saja sudah beda, jangan Ara pikir kakak ga melihatnya.. Asal Ara tau.. kakak sudah cukup lama memperhatikan kalian berdua. Dan bunga mawar ini cukup membuktikan kalau dia memang suka sama Ara !!" Ujarnya lagi, kali ini nada bicara Fadil lumayan tinggi.

"Iya ga mungkinlah ka.. kami baru dua kali ini bertemu.. mana mungkin dia langsung punya perasaan sama Ara..!!" Gadis itu mencoba menjelaskan.

"Meski sebenarnya dulu aku juga pernah mempunyai perasaan yang aneh padanya..!!" Ucapnya lagi dalam hati.

"Tapi yang Kakak lihat seperti itu!! Ingat ra, kakak ini laki-laki.. sudah pasti kakak tahu bagaimana sikap laki-laki jika mempunyai perasaan dengan wanita. Sedang Ara memberikan kesempatan itu padanya tanpa memikirkan perasaan kakak..!!" Bentak Fadil lagi. Ara hanya membuang muka sementara hatinya seakan ingin menangis, Ia tak pernah menyaksikan Fadil semarah itu padanya.

"Ayo pulang...!!" Lanjutnya lagi sambil mencengkram dan menarik tangan Ara dengan kuat.

"Lepas ka... sakit...!!" Isak Ara yang saat ini Airmata nya sudah tidak sanggup ia tahan, Gadis itu memegangi tangannya yang ditarik secara paksa dan hampir terjatuh. Spontan Fadil melonggarkan genggamannya, ia perlahan memapah Ara masuk kedalam mobil.

"Maaf Ra... kakak refleks. Ara ga papa kan.. ??" Tanyanya kali ini lebih lembut, ia melihat pergelangan tangan Ara yang memerah. Ara hanya mengangguk, ia tidak berani menatap mata Fadil.

"Ara kan tahu kakak sangat mencintai Ara.. Kakak ga suka kalo Ara dekat dengan laki-laki lain..!!" Fadil mengusap pergelangan tangan gadis itu.

"Dia hanya kenalan Ara Ka, kita ga begitu Deket..!!"

"Iya Ra.. Ka Fadil ngerti !! Tapi Kakak terlalu takut jika suatu saat nanti Ara justru jatuh cinta pada laki-laki itu dan pergi meninggalkan Kakak. Kakak harap Ara mau mengerti dengan perasaan Kakak ini." Fadil mengelus rambut gadis itu.

"Kak.. Ka Fadil juga tahu kan kepribadian Ara seperti apa..?? ga kan terjadi apa-apa antara Ara dan laki-laki itu..!! Ara hanya Cinta dan Sayang sama Kakak.." Wajah Ara memelas, sekarang ia sudah berani menatap wajah laki-laki itu.

"Justru itu Sayang yang membuat Kakak khawatir.. meski kalian hanya sekedar teman tapi jika selalu bersama seiring berjalannya waktu yang namanya Cinta itu akan hadir. Ga ada pertemanan yang murni antara dua orang laki-laki dan perempuan Ra.. Meski sedikit rasa itu tetap ada, meski tidak keduanya tapi kakak yakin salah satunya pasti mempunyai perasaan itu !!" Fadil seperti teringat akan masa lalunya, sementara gadis itu Hanya terdiam seperti masih mencerna kata-katanya.

"Kakak tahu sekarang Ara ga begitu.. tapi nanti..?? Apa Ara bisa mencegahnya jika itu terjadi..?? Apalagi Kakak tahu laki-laki itu sepertinya engga menganggap Ara sebagai layaknya temen.. Kakak justru melihat laki-laki itu seperti melihat kekasihnya yang sudah lama ga ketemu." Imbuhnya lagi. Ara masih terdiam, ia bingung harus berkata apa karena perkataan Fadil memang ada benarnya juga.

"Ra... Kakak ga ingin egois, Kakak juga ga ingin posesif.. tapi entah kenapa Kakak ga bisa membuang perasaan itu, Kakak terlalu takut jika suatu saat Ara akan benar-benar pergi dari hidup Kakak untuk laki-laki lain.."

"Sstt.. Ka.. jangan berkata seperti itu, Ara akan tetap Cinta sama Kakak.. Ara janji ga bakal bertemu laki-laki itu lagi, Ara ga ingin membuat Kakak khawatir lagi..!!" Gadis itu memeluk Fadil dengan menitikkan airmata.

"Iya Sayang Kakak tahu...!!" Laki-laki itu mengelus rambut Ara, ia melepaskan pelukan gadis itu dan mengusap air matanya.

"Tapi Kakak ga akan sejahat itu Ra.. Ara boleh berteman dengan laki-laki manapun, Ara juga boleh bertemu dengannya.. tapi Kakak mohon jaga perasaan Kakak dan sikap Ara. Jika dia sudah mulai menunjukkan perhatian yang lebih dan begitu mendominasi, tolong menjauhlah.. hindari dia untuk tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Karena kalo engga, mungkin Kakak yang akan menjauh dari Ara.. Kakak harap Ara ga benci dengan sikap Kakak ini !!"

Ara hanya mengangguk ia menyadari akan perbuatannya yang justru membuat Fadil cemburu, namun Ara berjanji akan meluruskan kesalahpahaman Fadil tersebut dan mematahkan pendapatnya tentang perasaan laki-laki itu.

"Baiklah ga usah dipikirin lagi.. Bagaimanapun itu Kakak minta maaf, mari kita pulang..!!" Fadil berusaha meregangkan ketegangan Ara karena masalah itu, ia memasangkan seat belt padanya dan kemudian melihat jam tangan.

"Tapi masih jam lima.. bagaimana kalo kita ke Caffe Mutiara' dulu..??"

"Jauh Kak... Ara capek pengen rehat, kaki Ara pegel-pegel..!!" Rengek gadis itu.

"Ayolah Sayang.. Soalnya Kakak sekalian mengambil berkas buat meeting besok..!! Ara sekalian istirahat di sana.. Nanti Kakak pijitin kakinya bagaimana..??" Lirik Fadil seraya mengedipkan matanya.

"Tsk... Ya udahlah Terserah !!" Gadis itu pasrah, ia melonggarkan sandaran kursinya kebelakang supaya lebih nyaman.

"Senyum dong jangan manyun kaya gitu..!!" Fadil mencubit bibir Ara pelan.

"Bodo Amat..!!" ujar Ara ketus, ia langsung memejamkan matanya. Laki-laki itu hanya tersenyum geli, ia kembali mengusap rambut gadis itu dan kemudian melajukan kendaraannya.

Sesampainya di Caffe Fadil melihat Ara masih tertidur pulas, ia tidak tega jika harus membangunkannya.. dengan begitu Fadil terpaksa meninggalkan Ara tetap di dalam mobil dan ia sendiri langsung masuk untuk mengambil berkas tersebut. Tidak berapa lama kemudian Fadil membawa segelas kopi dan camilan, ia langsung masuk kedalam mobil.

Mendengar suara pintu mobil tertutup Ara mengucek matanya pelan, ia meregangkan ototnya seraya menguap.

"Sudah bangun.. ?? ini camilan sore.." Fadil mengusap pipi Ara pelan dan memberikan camilan tersebut. Gadis itu terlihat Linglung, ia melihat cup kopi dari Caffe Mutiara' yang artinya Fadil sudah masuk kedalam Caffe tersebut.

"Emang kita udah nyampe..?? ko ga Bangunin Ara..??"

"Tadi Ara terlihat kecapean banget jadi Kakak ga tega buat banguninnya. Nih makan dulu camilannya..!!"

"Hhmmm terimakasih..!!! berkasnya bagaimana..??"

"Udah Kakak ambil juga.."

"Kita langsung pulang ya ka, jangan mampir-mampir lagi..!! Kepala Ara sedikit pusing."

"Oh.. kita mampir dulu ya sebentar ke dokter untuk periksa siapa tahu luka bekas Kemarin kambuh lagi." Fadil langsung panik.

"Astaga ka, ga usah lebay Ara hanya kecapean..!!"

"Yakin..??" Ara langsung mengangguk.

"Baiklah kalo begitu.."

Sesampainya di rumah setelah Fadil pamit, handphone Ara berbunyi. Ia mendapat sebuah pesan singkat dari Diqi.

"Maaf Ra, tadi kakak ada keperluan mendadak jadi ga sempat pamit".

"Iya ka, ga apa-apa ko..!!" Balasnya.

"Kalo ada waktu luang bisa ga kita bertemu lagi Ra ??" Membaca pesan tersebut hati Ara mula ragu, ia takut Fadil akan salah paham lagi padanya. Namun jika tidak bertemu bagaimana dia bisa meluruskan pendapat Fadil tentang perasaan laki-laki itu terhadapnya. Ara masih berpikir keras, ia bingung balasan apa yang harus ia kirim. Mungkin Karena sudah lama belum ada balasan Diqi kembali mengiriminya pesan.

"Ga bisa ya Ra..?? Ya udah kalo begitu selamat istirahat aja, maaf ya udah ganggu." Ara menghela nafas panjang, sepertinya ia memang harus bertemu lagi dengan Diqi.

"Baiklah Kak..selamat istirahat juga. Nanti Ara kabari kapan dan dimana kita bisa bertemu lagi, karena ada hal yang ingin Ara luruskan juga perihal tadi."

"Ok..!!" Balas laki-laki itu singkat.