webnovel

KALAH SAING

Sementara itu di sebuah restauran mewah..

Setelah panggilan Ara terputus, Kiara masih memegangi handphone Fadil. Ia nampak shock ketika melihat wallpaper pada handphone tersebut menampilkan Foto Ara yang sedang tersenyum dengan sangat manis. Jika melihat dari segi pose Ara, sepertinya foto tersebut di ambil Fadil tanpa sepengetahuan Ara sendiri karena pada gambar tersebut Ara tengah menopang dagunya diatas meja seraya menatap laptop dengan santai.

Entah apa yang sedang di saksikan gadis itu namun yang pasti mimik wajahnya menampilkan senyum yang begitu indah. Yah.. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa Ara tidak termasuk dalam kategori gadis yang cantik, namun jika sudah tersenyum ia akan membuat siapapun terpesona. Ara tidak suka berdandan seperti yang lainnya, bahkan ia juga jarang tersenyum hingga Penampilannya yang sangat sederhana seakan lebih membuat dirinya berkesan seperti tidak ramah dan jutek.

Namun Sejujurnya Ara adalah tipe gadis yang setia dan murah senyum, siapa pun yang sudah mengenalnya akan bisa menilai bahwa sifat Ara tidak sekeras kelihatannya karena gadis itu akan bersikap ramah kepada orang yang bersikap baik juga padanya. Mungkin foto itu di ambil ketika Ara masih menjadi sekretarisnya dulu di Caffe Mutiara.

Ara memang tidak suka Selfi apalagi foto berdua dengan kekasihnya itu, oleh karenanya Fadil sering mengambil gambar Ara secara diam-diam dan tentunya tanpa sepengetahuan gadis tersebut. Karena jika sampai Ara mengetahuinya, ia akan memaksa Fadil untuk segera menghapus foto itu.

Jika sampai saat ini foto Ara masih aman menjadi wallpaper di handphone Fadil, berarti gadis itu belum mengetahuinya karena meski sudah menjadi sepasang kekasih Ara tidak akan pernah mencampuri urusan pribadi Fadil begitu juga dengan handphone nya. Ia tidak akan berani mengutak Atik handphone tersebut meski kadang Fadil Suka teledor terhadap alat komunikasinya itu.

Tidak seperti Kiara yang hanya sebagai sahabatnya saja sangat berani menjawab panggilan di handphone laki-laki tersebut, maklum mungkin Kiara merasa bahwa tidak ada rahasia diantara dirinya dengan Fadil bahkan merasa sangat akrab oleh sebab itu ia berani menyentuh apapun yang dipunyai sang sahabat termasuk handphonenya itu.

Untuk yang kesekian kalinya Kiara merasakan hatinya tidak begitu nyaman, lagi-lagi ia merasa tidak rela jika Fadil dekat dengan wanita lain.

"Huh...!!" Kiara mendengus, ia masih memandangi foto Ara itu dengan lekat.

"Manis siihh, Tapi Biasa aja..!!" imbuhnya lagi.

"Kenapa Alfan dan Fadil Ampe segitunya ngejar cewe ini ?? belum lagi Cowo yang kemaren..?! Apa bagusnya.. masih juga cantikan Aku kemana-mana!!" Gumamnya dengan terheran-heran, sementara ia sendiri sudah lama mengejar atasannya namun sampai sekarang belum berhasil.

Memang.. jika dibandingkan dengan dirinya sudah pasti bagaikan langit dan bumi, Ara hanya seorang gadis kampung yang tidak pernah merawat penampilannya sedangkan Kiara sudah pasti selalu melakukan perawatan mewah. Bahkan dengan sahabat-sahabatnya saja Yanti dan Hana masih cantikan mereka, apalagi dengan wanita Anggun seperti dirinya sudah pasti gadis itu tidak ada apa-apanya. Namun Kiara lupa dengan satu hal, bahwa ketulusan hati itu bisa menjadikan seseorang terlihat lebih indah.

"Apa yang sedang kamu lakukan dengan handphone ku Ki..??" Tiba-tiba Fadil bersuara, ia baru saja keluar dari kamar kecil. Saat ini Keduanya memang sedang ada pertemuan di sebuah restauran untuk jamuan makan malam, sebagian klien sudah berpamitan namun Fadil dan Kiara masih berada di tempat tersebut.

"Oh ya Dil sorry, tadi Ara telpon.. tadinya ga mau Aku angkat tapi takut penting jadi terpaksa Aku yang angkat soalnya dia telpon sampe tiga kali.. sorry... karena udah lancang.!!" Ujarnya seraya menyerahkan handphone tersebut. Wanita itu nampak gugup, ia tidak ingin hanya karena masalah sepele seperti itu Fadil justru membencinya.

"Lalu apa yang dikatakan Ara..??" Dengan sigap Fadil menyambar Benda tersebut, ia langsung mengecek handphone nya untuk memastikan panggilan tersebut atau mungkin ada pesan baru yang sudah di buka oleh sahabatnya itu.

"Ga sempet Dil, panggilannya terputus. Sepertinya di sana itu sinyalnya ga bagus.."

"Oh ya..??" Tanpa pikir panjang Fadil langsung menghubungi Ara kembali, ia takut gadis itu kenapa-kenapa.

"Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi..!!"

"Astaga Ra, kamu kenapa..??" Sekali lagi Fadil mencoba menghubungi Ara, namun tetap saja yang terdengar suara merdu wanita legand itu.

"Aku akan segera pergi menemui Ara, kamu ga pa-pa kan balik sendiri..?? Nanti Aku pesankan taksi." Fadil langsung membenahi barang-barangnya.

"Tapi Dil.."

"Maaf Ki.. Aku buru-buru..!!" Fadil langsung meninggalkan Kiara seorang diri.

Wanita itu hanya bisa menatap punggung Fadil yang semakin lama semakin menjauhinya, Ia tidak pernah melihat sahabatnya tersebut begitu panik dan gelisah. Andai Mas Pras nya itu bisa bersikap seperti Fadil, mungkin Kiara tidak akan sekeras ini memperjuangkan cintanya kepada laki-laki itu.

"Mas Pras..!!" panggilnya pelan, Ia kemudian mencoba menghubungi atasannya itu.

"Hallo mas dimana..??"

"Oh.. belum sampai apartemen..??"

"Hujan..?? Di sini ga ko Mas..!!"

"Acaranya berjalan dengan lancar, tapi.. hanya Aku yang belum pulang.. Mas bisa jemput..??" Kiara nampak ragu-ragu meminta tolong pada laki-laki yang dicintainya itu.

"Oh.. baiklah kalau begitu !! ga usah mas, biar nanti Aku cari sendiri taksinya.. iya.. bye..!!" Kiara langsung mengakhiri panggilannya, sedang matanya sudah mulai berkaca-kaca.

"Lagi-lagi seperti ini.. kenapa Mas Pras selalu menolak ku, Aku kurang apa Mas..?? sepertinya Aku emang ga pernah berarti di hidupmu..!!" Perlahan namun pasti Airmata wanita itu mulai berguguran, ia sudah tidak sanggup menahan kesedihannya itu.

"Dengan Ibu Kiara..??"

"Iya saya sendiri..!!" Kiara langsung menyeka air matanya.

"Taksi yang dipesan sudah datang Bu, sekarang sedang menunggu di luar..!!"

"Pesanan atas nama Bapak Sandykiawan Prasetya ??" Wanita itu nampak tersenyum simpul, ia tidak menyangka Mas Pras nya juga ternyata bisa perhatian seperti itu.

"Bukan Bu, tapi pesanan atas nama Bapak Raffadil Eka Pratama..!!"

Senyum Kiara langsung memudar ternyata dugaannya salah, ia baru menyadari bahwa dari dulu sampai sekarang yang selalu peduli, perhatian dan pengertian pada dirinya itu hanyalah Fadil seorang.

"Ok terimakasih..!!" Kiara langsung bangkit, ia keluar dari restauran tersebut dan kemudian menuju taksi yang sudah dipesankan Sahabatnya itu.

Kembali ke tempat di mana Ara terjatuh..

"Ra.. Apa yang sedang kamu lakukan di sini !!" Diqi langsung menghampiri Ara yang masih menangis dan bersimpuh di tepi jalan seraya memungut serpihan handphone nya.

Semula Diqi hanya ingin menolong gadis yang sepertinya sedang membutuhkan bantuan itu, karena tanpa sengaja ia melihat dari kejauhan gadis itu nampak memprihatinkan. Namun siapa sangka rasa pedulinya itu justru menghantarkannya kepada gadis yang ternyata sudah sangat ia kenal.

Diqi melemparkan payungnya dan langsung memeluk gadis yang nampak sangat ketakutan tersebut.

"Ka Diqi..hiks..?!"

"Tenang Ra, Kakak disini..!!" Ucapnya berusaha menenangkan, Hatinya sakit melihat gadis yang sangat ia cintai itu dalam keadaan terpuruk dan menyedihkan.

"Kenapa Ara seperti ini..?? di mana Fadil Ra..??"

Ara hanya menggelengkan kepalanya pelan, ia tetap menunduk bahkan tidak merespon dekapan Diqi. Kedua tangannya masih ia letakkan di atas tanah, sedang wajahnya ia tenggelamkan pada dada bidang laki-laki itu.