"Stop Fadil !! jangan bertanya seperti itu lagi..!!" Wanita itu terlihat emosi.
"Baiklah.. Aku mengerti, Maaf tadi Aku sudah bicara kasar padamu."
"Kamu tahu.. kita berteman sudah lama, please Dil.. jangan ungkit masalah itu lagi. Ini pilihan ku, tolong jangan benci dia..!!" Wanita itu sudah mulai menitikkan airmata.
"Iya maaf...!! Aku hanya kasihan padamu Ki.." Fadil menghampiri wanita itu dan mengusap air matanya, ia juga mengelus kepalanya. Sepertinya Fadil sangat peduli pada wanita tersebut.
"Terimakasih Dil.. dari dulu kamu memang selalu peduli padaku..!!" Tiba-tiba wanita itu langsung memeluknya.
Keduanya justru larut dalam mengenang kisah persahabatannya dulu di sekolah, saking harunya Fadil sampai melupakan Ara yang saat ini masih menunggunya di taman.
"Aku tahu sebagian teman-teman mungkin mengira kita berdua sudah jadian, tapi Aku min..."
"Sudah lah Ki.. tolong jangan bahas itu juga..!!" Fadil langsung memotong perkataan wanita itu, ia kemudian teringat janjinya dengan Ara.
"Malam ini Aku masih ada acara.. jadi harus segera pergi..!!" Fadil melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 18:00, ia sudah membiarkan Ara menunggunya selama dua jam.
"Kasihan Ara..!!" batinnya.
"Baiklah Aku juga pamit..!!" Keduanya pun keluar dari ruangan tersebut.
"Kamu hati-hati di jalan.."
"Kamu juga.." Fadil kemudian masuk kedalam mobilnya, Setelah mengantar wanita tersebut masuk kedalam mobilnya sendiri.
Keduanya pun melajukan kendaraannya di tujuan masing-masing.
Namun Di tengah perjalanan..
"Sial.. ada apa nih mobil..!!" Wanita itu menepikan mobilnya yang hampir tak bisa jalan, Untung ia berhasil menepi. Ia buru-buru keluar untuk mengecek mobilnya tersebut, namun wanita itu tidak bisa menemukan penyebabnya. Tiba-tiba sebuah mobil mendekatinya dengan pelan, orang yang mengendarai mobil itu pun keluar menghampiri wanita tersebut.
Sementara itu..
Sesampainya di taman tempat Ara menunggu, Fadil terlihat shock. Ternyata ia salah sudah mengizinkan kekasihnya itu di temani oleh seorang laki-laki meski keduanya hanya bersahabat. Ara nampak bahagia begitu juga dengan Diqi, matanya tidak lepas dari wajah kekasihnya itu. Tiba-tiba Handphone Diqi berbunyi, ia kemudian pamit kepada Ara untuk menerima panggilan tersebut.
"Siapa Ka.. ??" Tanya Ara tatkala Diqi sudah kembali duduk disampingnya.
"Bukan siapa-siapa, hanya sekretaris yang melaporkan meeting tadi sore..!!"
"Oh..!!' Respon Ara pendek.
"Heemmm... sudah jam segini Ra, kenapa Fadil belum datang juga. Harusnya ia tidak perlu egois menyuruh Ara menunggunya selama ini..!! Apa biasanya Fadil seperti itu..??" Diqi nampak khawatir, ia melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 18:20. Lampu taman sudah mulai menyala, begitu juga dengan lampu jalanan.
"Ga juga, ka Fadil laki-laki yang bertanggung jawab.. ga biasanya dia memang terlambat seperti ini." Ara ikut melihat jam di handphone nya.
"Apa sudah ada kabar..??"
Gadis itu menggelengkan kepala.
"Apa sebaiknya Ara pulang bersama Kakak, Anginnya sudah lumayan tidak bersahabat..!!"
"Berhenti mempengaruhi Cewe gue.. !!" Spontan Fadil menarik tangan Ara Hingga membuat keduanya terkejut.
"Kak Fadil..!!" Gadis itu terperanjat.
Bukannya minta maaf pada Ara karena sudah terlambat datang, Fadil justru menariknya dengan kasar.
"Ayo kita segera berangkat.. ini sudah telat..!!"
"Aw.. ka Fadil, pelan-pelan.. Ara bisa jalan sendiri..!!" Gadis itu memelas.
"Apa Anda bisa sedikit lembut, kasihan Ara..!!" Diqi mengikuti keduanya.
"Bukan urusan lho..!!" Bentaknya dengan tetap memegangi tangan gadis itu seraya melanjutkan langkahnya menuju mobil.
"Ara lemah sekali, apa sengaja minta perhatian pada laki-laki itu..??" Bentaknya lagi yang kali ini ia tunjukkan pada kekasihnya.
Ara langsung terdiam, meski benar-benar sakit namun ia tidak berani merengek lagi karena respon Fadil justru semakin menyakitinya.
"Ara itu cewe bro.. Sudah pasti dia kesakitan jika digenggam seperti itu, jangan kasar lah..!!" Diqi pantang menyerah membuat Fadil supaya bisa melepaskan pegangannya pada Ara.
"Gue bilang bukan urusan Lo..!!" Kesabaran Fadil kini sudah mencapai puncaknya, ia melepaskan genggamannya pada Ara dan kemudian mendorong tubuh Diqi hingga hampir terjatuh.
"Ka Diqi..!!" Gadis itu refleks ingin menolong Diqi namun Fadil langsung mencegahnya.
"ARA CEPAT MASUK..!!"
"Tapi Ka Fadil ga harus kasar pada Ka Diqi..!!"
"KAKAK BILANG MASUK !!" Bentaknya lagi.
Gadis itu hanya membuang muka dan kemudian masuk kedalam mobil sesuai perintah Fadil.
"Gue harap ini terakhir Lo ngedeketin cewe gue lagi..!!" Setelah berucap seperti itu, Fadil kemudian ikut masuk ke dalam mobil dan langsung melajukan kendaraannya.
Di tengah perjalanan..
"Ara kenapa ngelanggar perintah kakak..??" Fadil masih nampak emosi.
"Kakak yang kenapa...?? bukankah Ara sudah memberitahukan sore itu bahwa Ara bersama ka Diqi..Dan Kakak mengizinkannya!!"
"Iya Kakak tahu, tapi apa harus sedekat itu ngobrol nya..??"
"Dekat apanya kak... kita berjauhan, Kakak ga liat ditengah antara Ara dan ka Diqi ada sebuah kotak..?? ada tas Ara juga..!!"
Fadil terdiam, tadi ia tidak sempat melihat karena sudah terlanjur terbakar emosi karena cemburu..(Lo ga nyadar bro, padahal harusnya Ara yang emosi saat Lo ngobrol bersama wanita itu. Sudah lupa waktu bahkan ada kontak fisik juga..!!😏 bagusnya Ara ga liat.)
"Tapi tetap aja Kakak ga suka Ra..!!"
"Terserah Ka Fadil mau percaya atau ga.. Ara udah berusaha jujur, dari sore juga Ara udah berusaha ngasih tahu. Harusnya kakak itu bersyukur Ara mau nungguin kakak hampir 3 jam..!!" Gadis itu berhenti sejenak untuk mengatur nafas.
"Jika saja kakak ga egois, kenapa Kakak ga biarin Ara pulang terlebih dahulu.. kemudian kakak jemput Ara di rumah..!!"
"Tapi itu.."
"Tapi itu terlalu jauh dan buang waktu kan..?? Karena kakak pikir meeting kakak ga sampe malem kaya gini..!! Ok Ara ngalah, makanya Ara setuju nungguin kakak di taman..!!" Gadis itu memotong perkataan Fadil.
"Tapi di taman Ara sendirian ka, hampir 3 Jam.. untungnya ada ka Diqi yang mau nemenin Ara, bisa bayangin jika Ara tetap sendiri sampe gelap kaya gini..?? Apa Kakak ga da rasa khawatir sedikitpun terhadap Ara..??"
"Ok.. Kakak emang salah.. tapi kakak beneran ga suka Ra..!!"
"Terserah kalo Kakak emang ga suka, trus kakak maunya gimana..!? Ara minta maaf jika memang itu sudah menyakiti Kakak.. Dari tadi Ara udah berusaha ngertiin Kakak" Ara masih berusaha memahami laki-laki itu, meski bukan salahnya dan tangannya juga masih terasa sakit. Sejujurnya ia merasa Fadil kali ini berbeda Ia bukan seperti Fadil yang ia kenal.
"Entahlah yang pasti saat ini kakak ga mood..!!"
Ara memegang tangan kiri Fadil dengan pelan, ia ingin laki-laki itu bisa lebih tenang namun tak disangka Fadil justru menghindarinya.
"Kakak sedang menyetir..!!" Kilahnya.
Gadis itu langsung membetulkan posisinya dan membuang muka, sejujurnya ia bingung dengan sikap Fadil yang sekarang. Namun sekali lagi, Ara tidak ingin membuat Kekasihnya itu terlalu lama menahan kesal hingga ia pun berusaha membuka suara kembali.
"Kita ga jadi ke butik ka..??" Ara berusaha memecahkan keheningan didalam mobil.
"Terserah... jika tetap ke butik mungkin kita akan telat..!!" jawab laki-laki itu dengan ketus.
Ara menghela nafas panjang, sepertinya Fadil memang sudah tidak peduli padanya.
"Stop.. berhenti di sini..!! lebih baik Ara pulang, Ara ga mau ikut di Acara pertemuan itu..!!"
"Apa maksud Ara..??" Fadil merespon tanpa sedikitpun menghentikan kendaraannya.
"Percuma Kak, yang ada nanti di sana kita tetap berantem. Kakak juga ga mood kan.. ??"
"Ara marah hanya karena kita ga mampir ke butik dulu..?? Minder dengan penampilan Ara saat ini..?? atau jadi ga bisa tebar pesona karena tidak ganti baju..??"
"Bukan seperti itu kak..!!"
"Ya udah.. berarti biarin aja seperti sekarang..!! Kakak ga bakalan malu ngenalin Ara ke temen-temen Kakak meski penampilan Ara cuma kaya gitu." Lagi-lagi respon Fadil ketus.
Ara tidak habis pikir dengan semua perkataan Fadil saat ini, kenapa semuanya harus berubah dalam sekejap. Padahal semalam keduanya masih bersikap romantis, begitu juga sore tadi. Tapi masa iya hanya gara-gara Diqi kekasihnya itu harus sekasar ini kepadanya.
"Mungkin Ka Fadil hanya kecapean aja karena ngurusin kerjaannya..!!" Suara hati Ara mempositifkan pikirannya, ia tidak ingin berpikiran yang tidak-tidak pada kekasihnya itu. Meski sejujurnya ia sangat terluka.