webnovel

BERTEMU LAGI

Satu Bulan kemudian...

"Ara udah siap.. ??" Fadil bertanya ketika Ara keluar dari rumahnya. Hari ini Ara ada panggilan interview kerja, setelah bulan kemarin menaruh surat lamaran kerja pada sebuah perusahaan produk sepatu.

Fadil dan Ara baru meresmikan Hubungannya sekitar satu bulan yang lalu, namun semakin hari hubungan keduanya semakin terlihat harmonis. Dengan keadaan Ara yang saat ini akan kembali bekerja membuat Fadil seakan ekstra perhatian bahkan terlalu over.

"Sayang.. apa ga sebaiknya kerja di Caffe lagi, biar jadi sekretaris Kakak aja. Dengan begitu Kakak bisa selalu memantau Ara..!!" Fadil mengelus kepala Ara ketika keduanya sudah berada di dalam mobil.

"Ga bisa ka, Ara ga mau dibilang cuma numpang hidup pada pekerjaan kak Fadil aja..!!"

"Siapa bilang.. Caffe itu kan udah atas nama Ara, jadi otomatis sudah menjadi milik Ara..!!"

"iihhh apaan siihh, orang namanya doank ko 'Caffe Mutiara' juga.. Aslinya kan masih punya Kakak."

"Iya.. tapi secepatnya Kakak akan urus pemindahan kepemilikan itu, atau Ara mau sekarang juga Kakak urus pemindahannya.. ??" Fadil buru-buru ingin memutar balik Kendaraannya.

"Kakak... apaan siihh." Ara langsung memeluk lengan kiri Fadil dan menyandarkan kepala di bahunya supaya laki-laki itu mengurungkan niatnya.

"Baiklah kakak cuma becanda..!!" Fadil menepuk pipi Ara dengan pelan.

Semenjak meresmikan Hubungannya tersebut, Ara selalu bersikap manja pada Fadil. Terlebih lagi Fadil selalu memanjakan gadis itu, ia benar-benar memperlakukan Ara seperti layaknya anak kecil Apalagi jika Ara mengeluhkan sesuatu di tubuhnya, maka Fadil akan selalu mengajaknya ke rumah sakit. Kekhawatirannya memang sangat berlebihan, padahal kadang Ara hanya mengalami sakit kepala biasa.

Namun keadaan demikian tak membuat Ara jenuh atau bahkan terganggu, ia justru merasa senang karna dengan begitu setidaknya Ara tahu bahwa Fadil memang sangat menyayanginya. Apalagi keduanya memang belum pernah berpacaran, pernah dekat dengan seseorang tapi Tidak pernah meresmikan hubungan hingga keduanya sama-sama belum berpengalaman. Mereka belum mengerti bahwa posesif pada sebuah hubungan itu justru akan membuat keduanya selalu mengalami kesalahpahaman yang tidak semestinya.

"Nanti kalo udah selesai langsung hubungi kakak ya..!! inget jangan telat makan, jangan ganjen.. jangan nakal..!!" Fadil menasehati Ara seperti menasehati anaknya yang akan pergi ke sekolah. 😁

"Iya Ka... Ara denger." Gadis itu hanya menurut, ia tahu jika dirinya bicara yang tidak-tidak Fadil akan lebih panjang lebar menceramahi nya. Laki-laki itu kemudian mengecup kening Ara, merapikan rambutnya juga mengelus pipinya.. seperti tidak rela melepaskan Ara pergi dari sisinya.

"Terimakasih sayang karena sudah mau menuruti perkataan kakak..!!"

"Hhmmm..." Jawab Ara hanya dengan gumaman karena dirinya harus segera keluar dari mobil tersebut.

Siang harinya..

"Hallo ka, Ara hari ini ternyata langsung kerja.. mungkin sekitar jam 4 baru bisa keluar..!!"

"Iya..!!"

"Iya Kak Fadil sayang..!!"

"Hu,um.. Miss you too."

"Iihhh apaan siihh ka, ga mau banyak orang..!!"

Ara terlihat canggung mengamati keadaan sekitar, ia tengah menerima telepon dari Fadil di kantin ketika usai makan siang. Papa bear nya itu pasti sedang berulah lagi, Ara pun langsung mengakhiri panggilan tersebut dan mengirimi Fadil pesan.

"Mmmuuaaccchhh.." dringgg..!! pesan pun terkirim.

"Baiklah meski cuma tulisan tapi kakak tetap berterima kasih..!!😭..!!" balas Fadil, lengkap dengan emoticon nangisnya. Gadis itu hanya mengulum senyum, tidak habis pikir Laki-laki yang dulu begitu kaku bisa sebucin itu.

* * *

Di suatu ketika...

Malam itu handphone Ara berbunyi, dengan sigap Ara mengambil handphone tersebut. Sebuah nomor baru terlihat menghubunginya, semula Ara ragu tuk menerima panggilan itu namun karna penasaran ia pun langsung mengangkatnya.

"Hallo siapa ini...??" ucap Ara, namun disebrang sana masih belum ada yang menjawab sapaannya. Ara kembali melihat handphone nya, siapa tau panggilan itu sudah keburu berakhir sebelum sempat ia angkat. Dan ternyata panggilan tersebut memang sudah tersambung, bahkan waktunya pun masih berjalan.

"Hallo.. niat ngomong ga siih..?? kalo ga da yang penting Aku matiin nih..!!"

"Hallo juga Ra, apa kabar.. ??" Suara laki-laki dari balik handphone itu pun membalasnya, Ara terdiam... ia bingung namun sedikit menebak nebak karna suara itu seperti tak asing baginya.

"Hallo ra, Ara masih di situ kan.. ?? Ini Kak Diqi.. kita pernah ketemu di taman ketika Ara kerja merantau dulu. Masih ingat kan.. ??" Ucapnya lagi.

Deg.... Ara langsung shock, ia tak percaya jika malam ini akan mendengar suara laki-laki asing di taman itu kembali.

"Kak Diqi.... ?? ini beneran kak Diqi ??" Ara masih tak percaya.

"Iya Ra.. ini kakak.. AMS..!!"

"Apa itu AMS..??"

"Ahmad Mohaimin Sodiqi" Diqi berusaha melucu, karena selama ini Ara yang ia kenal jarang tersenyum. Airmata Ara seakan malu ingin masuk lagi ke mata gadis itu karena mendengar lelucon Diqi yang begitu garing.

"Kakak tahu nomor Ara dari siapa ?? Maaf... waktu pulang kampung dulu Ara ga sempat pamit." Ujar Ara semangat.

"Iya Ra ga apa-apa..!! kakak tahu dari yanti, sekarang dia kerja lagi di sini. Kenapa Ara ga ikut... ??" Tanya laki-laki itu lagi.

"Oohh... iya ka, di sini Ara sudah kerja jadi ga bisa ikut Yanti." Jawab Ara dengan suara lembutnya.

"Apa kita bisa bertemu... ?? ada hal yang ingin kakak bicarakan pada Ara. Kebetulan Kakak di mutasi di daerah sekitar tempat tinggal Ara..!!"

"Tentu saja ka, banyak hal yang ingin Ara ceritakan juga. Kakak masih bersedia kan jadi bahu Ara.. ?? Hehee..". Canda Ara sambil tertawa dengan polosnya.

Laki-laki itu pun membalasnya dengan candaan juga, Meski ia sedikit merasa bingung karena saat ini Ara terlihat lebih ceria.. terdengar lebih banyak tertawa di bandingkan dulu. Namun itu juga yang membuat Diqi semakin berhasrat ingin menemui gadis itu, ia bersyukur ternyata Ara sudah lebih ceria dibandingkan tiga tahun yang lalu. Hingga keduanya larut dalam suasana kebersamaan seperti mengulang masa di taman dulu.

Ara kemudian menentukan lokasi pertemuannya di sebuah taman yang lokasinya tidak begitu jauh dari tempatnya bekerja. Setelah laki-laki itu menyetujui usul Ara keduanya pun mengakhiri panggilan tersebut.

Sore harinya ketika bel pulang berbunyi, Ara segera berjalan menuju sebuah taman dengan terlebih dahulu memberitahukan Fadli tuk bisa menjemputnya di taman tersebut. Karna Ara juga ingin mengenalkan Fadil kepada Diqi, ia tidak ingin menyembunyikan apapun dari kekasihnya itu.

Sesampainya di taman Ara melihat seorang lelaki tengah duduk di sebuah bangku panjang, laki-laki itu kemudian melambaikan tangannya pada Ara. Tanpa pikir panjang Ara langsung menghampirinya.

"Heeyy... maaf lama, ka Diqi" Sapa Ara dengan sangat canggung, hampir 3 tahun keduanya baru bisa bertemu lagi dan ini pun baru pertemuan kedua nya bagi Ara setelah di taman tempat perantauan dulu.

Sedang Diqi dari dulu sudah beberapa kali memperhatikan Ara dari kejauhan hingga ia hapal betul dengan wajah Ara.

"Apa kabar Ra." Diqi nampak pangling melihat perubahan Ara, Ia seakan terkesima dengan penampilan Ara saat ini. Kesederhanaannya tidak berubah, namun senyum manisnya itu yang membuat Ara berbeda dari tahun-tahun kemarin. Dada Diqi semakin bergejolak hebat, ia tidak berkedip sedikit pun memandangi wajah gadis itu.

"Iya baik... apa kakak baik-baik aja ??" Ara mengayunkan tangannya didepan wajah Diqi yang seperti patung tidak bereaksi. Sontak laki-laki itu langsung tersadar, ketika Diqi mempersilahkan Ara duduk tanpa canggung Ara pun langsung mengungkapkan suasana hatinya saat ini.

"Kak Diqi tahu kejadian apa saja yang Ara alami selama hampir tiga tahun ini..?? Terimakasih.. karena berkat motivasi Ka Diqi, Ara bisa lebih terbuka menjalani hidup.."

Gadis itu menceritakan semua kisahnya itu kepa Diqi, kebahagiaannya bersama Fadil, kondisi keluarganya bahkan sampai pekerjaan semuanya ia ceritakan. Tanpa berpikir sedikit pun bagaimana perasaan Diqi terhadapnya, meski laki-laki itu terkejut dan shock namun matanya tak berkedip sedikitpun menyimak cerita Ara yang sesekali memukul bahunya dengan pelan sambil tertawa bahagia. Hingga ia merasa tak tega jika harus merusak suasana itu, bunga mawar yang ia selipkan di balik jaket untuk gadis itu pun tak jadi ia berikan.