webnovel

Hati-hati Dengan Wanita Itu!

"Memangnya Papa mau punya Mama baru?"

Sontak pertanyaan Neza membuat Maria memalingkan muka dan membuang pandangannya ke luar jendela. Sesaat mereka terdiam, Neza yang berada dalam pangkuan Maria pun bergeming. Namun, tak lama kemudian Neza meronta.

"Aku mau duduk di belakang saja!" ucap Neza yang sudah berdiri dan melangkah di antara jok yang di duduki Raffa dan bangku yang Maria sandari. Wajahnya yang semula ceria kini berubah drastis. Kelam dan murung.

"Hati-hati, Sayang!" cegah Maria, namun gadis kecil itu sudah keburu melangkah ke kursi tengah mobil yang mereka naiki dan langsung berbaring sambil menyembunyikan wajahnya.

"Neza kenapa? Papa kamu cuma bercanda kok," hibur Maria sambil mengelus-elus kepalanya. Ia harus membalikkan badan agar tangannya yang duduk di depan bisa menggapai kepala Neza yang berada di jok tengah.

"Tidak ada yang bisa menggantikan Mama kamu di hati Papa."

Bujukan Maria sepertinya hanya sia-sia belaka. Neza tetap menenggelamkan kepala dan menutupinya dengan tangan dan bantal kecil yang ada di dalam mobil itu. Maria kembali membalikkan badan dan melirik ke arah Raffa. Lelaki itu seperti tak pernah terjadi apa-apa. Ia masih sibuk dengan kemudinya dan menatap lurus ke depan.

"Kalau bicara mesti hati-hati, Pak! Anak seusai Neza itu sangat peka. Mengganti figur Mama dalam hatinya itu bukan hal yang mudah, apalagi untuk bahan candaan. Itu sama sekali tak lucu."

Raffa tak menanggapi ucapan Maria yang terdengar ketus. Mereka hanya terdiam sampai mobil yang mereka naiki memasuki area parkir di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta Barat.

"Oke, kita sudah sampai," ucap Raffa sambil menarik rem tangan yang ada di sebelah paha kirinya. Ia menoleh ke arah Neza yang sudah duduk dengan wajah yang masih terlihat murung.

"Neza mau makan apa, Sayang? Yuk kita turun."

"Enggak! Neza masih kenyang. Papa saja yang makan, Neza mau tunggu di dalam mobil saja!" ketus Neza. Tangan mungilnya memainkan tali tas gendong yang sekarang ada di pangkuannya.

"Lho ... kok begitu, kan tadi Neza yang minta Papa ajak Bu Maria makan sama Neza, kok sekarang Neza berubah?"

"Pokoknya enggak ya enggak. Neza mau tidur saja."

Neza kembali membaringkan tubuhnya di atas jok mobil tengah dengan posisi tertelungkup. Sementara Raffa yang melihat reaksi Neza segera turun dari kursi kemudinya dan keluar lalu membuka pintu tengah di mana Neza berada dan mengangkat tubuh anak itu.

"Duh anak Papa yang cantik, masa ngambek sama Papa." Raffa membopong keluar tubuh Neza keluar. Namun anak itu meronta dan tak mau digendong sama papanya.

"Enggak mau ... Enggak mau!" teriak Neza histeris. Ia mulai menangis. Raffa terpaksa melepas Neza dan membiarkannya kembali masuk ke dalam mobil dan menutup kembali pintunya.

Raffa berjalan ke samping pintu dekat Maria dan mengetuk kacanya.

"Tolong bujuk Neza dong Maria!" pinta Raffa setelah Maria membuka kaca jendela. Namun maria hanya menggeleng.

"Pak, sebaiknya antar saya kembali ke sekolah saja. Lebih baik kita batalkan makan siang ini." Ucap Maria dingin.

"Lho kok kamu kayak begitu. Kita kan sudah sampai, masa batal?" ucap Raffa tak puas dengan ucapan Maria. Namun, Maria hanya memalingkan muka dan memandang Neza yang acuh tak acuh menangis sesenggukan di belakangnya.

"Neza masih memikirkan ucapan papamu tadi? Jangan diambil hati, Sayang! Papamu hanya bercanda."

Meski Neza sudah tak berteriak, namun air matanya masih mengalir dari kedua sudut matanya. Tubuh kecilnya bergetar menahan sesak yang ia rasakan. Maria mengambil inisiatif untuk turun dari kursinya dan berpindah ke belakang lalu duduk di samping anak didiknya itu. Sementara Raffa masih berdiri di depan pintu tengah menatap kedua wanita yang berbeda usia selayaknya ibu dan anak.

Maria menarik tubuh Neza ke dalam pelukannya.

"Dengar ibu baik-baik, Sayang. Tidak ada yang bisa menggantikan mama di hatimu dan papamu. Dia akan terus hidup abadi bersama kalian. Jadi ... jangan pernah berpikir kalau Ibu akan mengambil papamu atau membuatnya melupakan mamamu."

Neza mendongak menatap wajah Maria yang begitu dekat dengan wajahnya. Ia memejamkan mata ketika Maria mencium keningnya.

"Ibu janji tidak akan mengambil papa dari Neza?" ucap Neza seraya membuka matanya.

Maria tersenyum. "Ibu janji! Ibu dan papamu hanya teman lama, makanya Ibu panggil papa kamu 'Mas'! karena itu adalah bentuk hormat kepada orang yang lebih tua. Sama kayak Neza panggil Ibu dengan sebutan 'Bu'. Bukan berarti Ibu itu ibunya Neza, kan?"

Neza mengangguk pelan. Kedua tangan Maria lalu mengusap pipi Neza.

"Sekarang senyum, Dong! Jangan cemberut terus. Kalau cemberut nanti cantiknya hilang."

Neza mulai tersenyum, ia lalu menarik tubuhnya dari dekapan Maria.

"Neza takut, Bu! Kata tante Dwi, kalau papa menikah lagi, nanti Neza dapat mama yang galak, papa jadi enggak sayang lagi sama Neza. Terus lupa sama Neza dan Mama."

Maria mengangkat kedua alisnya. "Tante Dwi? Siapa tante Dwi?" tanyaku penasaran.

"Adik mamanya Neza," ucap Raffa menyela pembicaraan mereka. Dari kaca jendela mobil yang terbuka. Raffa menjulurkan kepalanya ke dalam dan menatap anaknya yang sudah mulai tenang.

"Sekarang Neza sudah tidak marah lagi, kan? Bagaimana kalau kita makan? Kasihan, kan! Bu Maria sudah bela-belain ikut kita, tapi Neza ngambek dan nggak mau makan."

Neza masih terlihat ragu, ia masih belum mau melihat ke arah papanya.

"Ayo dong, Neza! Lihat Ibu Maria! Dia sudah baik sama Neza, masa Neza mau membiarkan Ibu Maria menahan lapar."

"Oke, deh!" ucap Neza akhirnya.

Mendengar jawaban putrinya, Raffa segera membukakan pintu mobilnya untuk membantu Maria dan Neza turun dari dalam mobil.

"Neza mau jalan atau Ibu gendong?" tanya Maria menawarkan.

"Kalau minta gendong, memangnya boleh?" tanya Neza malu-malu.

"Ya boleh, dong! Ibu itu paling suka kalau lihat Neza tersenyum, rasanya ingin peluk Neza terus." Maria langsung mengangkat tubuh Neza dan menggendongnya. Namun belum sempat mereka melangkah. Seorang wanita muda memakai rok setinggi paha dengan blus semi transparan tiba-tiba menghampiri mereka.

"Hai ... Mas Raffa! Hai Neza!" wanita itu langsung cium pipi kanan dan pipi kiri Raffa. Kemudian berjalan mendekati Neza yang dalam gendongan Maria.

"Ini calon istri baru kamu, Mas?" tanya wanita itu menunjuk wajah Maria tanpa melihat ke wajahnya.

"Tante Dwi!" sambut Neza tak mengacuhkan ucapan wanita itu.

"Jaga sikapmu, Dwi! Dia adalah Bu Maria, guru kelas Neza!"

"Maria, ini Dwi. Tantenya Neza!" Raffa mengenalkan wanita yang ia panggil Dwi itu kepada Maria.

Neza yang semula berada di gendongan Maria meminta turun dan langsung mendekap tantenya. Seolah tak menggubris ucapan Raffa, Dwi langsung berjongkok dan membuka kedua tangannya untuk menyambut pelukan Neza.

Wanita itu berbisik di telinga Neza.

"Hati-hati dengan wanita itu. Bisa saja ia ingin mengambil papa darimu."