webnovel

I was born to be a God

Aku sudah lelah bersaing menjadi Dewa di Awaland. Kini aku ingin menjadi manusia normal seperti kebanyakan orang lainnya setelah aku kembali ke dunia Nyata. Ya... Aku sudah pernah bersaing untuk menjadi Dewa di dunia lain. Dan itu melelahkan. Kau akan sadar betapa gilanya orang-orang yang terpilih untuk mengisi posisi Dewa. Dan ketika mengingatnya, itu Mengerikan. Jadi oke, masa kejayaanku sebagai Calon Dewa sudah berakhir, aku kalah, dan saatnya aku kembali ke Dunia Nyata. Tapi, aku merasa ini tidak akan berakhir secepat itu. Rasanya seperti... Aku dilahirkan kembali untuk menjadi Dewa di Dunia ini!

Mowly · ไซไฟ
Not enough ratings
25 Chs

Tenang dan Gelap 2

Juan mengatakan bahwa ia merasakan Firasat buruk.

ucapannya menimbulkan pertanyaan bagi Tamasha.

"Firasat buruk? Kau hanya terlalu lelah, Juan."

Tamasha yang logis dan cerdas memang terlihat tak begitu tertarik dengan hal-hal terkait Firasat, atau Insting.

"Naluri Dewa. Semakin terasah kemampuannya, semakin kuat Naluri Dewa yang dimiliki."

Zahal menanggapi ucapan Tamasha sekaligus menyikapi situasi itu.

Masriz, Nova, Tony, Icol, dan Dokter Eghar duduk dengan tenang sambil mendengarkan Juan, Tamasha, dan Zahal.

"Kurasa kau akan paham yang kumaksud jika mengerahkan kemampuanmu seluas mungkin, Bajingan..."

Juan beranjak dari posisi tidurnya. Ia duduk dan memandang Zahal dengan serius.

Tamasha tampak tak puas dengan tanggapan Juan, "Hey, Juan, jelaskan padaku apa maksudnya ini?"

Sebuah lonjakan tekanan yang hebat muncul disekitar Zahal.

Mengejutkan semua sosok diruangan itu.

"Apa-apaan!"

Juan terkejut dengan tekanan yang dalam sekejap membuat semua orang disana berkeringat dingin.

"Ahhhhh!!!!"

Suara teriakan yang tak asing bagi Juan dan Zahal mengejutkan Tamasha, Masriz dan kelompoknya.

"Rebella sampai terbangun akibat tekanan energimu..."

Juan tercengang hingga mengungkapkan gumamannya.

"Kak Juan...?"

Seluruh sosok didalam ruangan itu menoleh kearah datangnya suara barusan kecuali Zahal dan Rebella yang baru saja sadar.

Juan terperanjat, lalu berlari kearah adiknya.

Buakkkk!!!

"Adududuh!!!"

Leon meringis setelah kakaknya memukul ringan kearah pundaknya.

"Dasar! Membuatku Khawatir saja! Adik lemah!"

Suara Juan terdengar nyaring melengking, terdengar jelas ia berusaha menahan tangis.

Gelombang Energi kembali menekan untuk kedua kalinya dan membuat mereka semua merunduk, tak terkecuali Juan, bahkan Leon, dan Rebella yang baru saja sadar.

"Ap... Apa-apaan ini, Bajingan!"

Juan berusaha melawan tekanan yang diberikan Zahal.

Tamasha berusaja menoleh kearah Masriz dan kelompoknya yang juga terlihat merasa tertekan dengan Gelombang energi Zahal.

"Kau ini tanya apa? Aku memperluas kemampuan reseptorku hingga ke jangkauan Jawa Timur, jangan rewel!"

Zahal menjawab pertanyaan Juan barusan.

"He...Hei! Jangan bilang kau..."

Belum Ia menuntaskan kata-katanya, Gelombang energi berikutnya menekan lebih kuat, menyebabkan suara berdenyit dinyaris seluruh perabot, etalase, jendela, pintu.

Sosok-sosok disitu malah tersungkur bersujud menahan kekuatan gelombang itu.

"He..Hei, Juan! Lakukan sesuatu! Masa dari seluruh kemampuan yang kau miliki nggak ada yang bisa.... Ugh..."

Tamasha berteriak, suaranya makin lama makin pelan.

"I... iya, maaf!"

Juan berusaha berpikir keras.

'Baiklah. Ini kesempatan bagiku untuk melatih kemampuanku!'

Ia berusaha melakukan kombinasi kemampuan yang dimilikinya.

Hasilnya ia bisa mengangkat lehernya.

"Aku akan memperluas jangkauan kemampuanku! Sabarlah sedikit!"

Bukannya membantu, gelombang energi yang muncul dari Zahal semakin kuat.

"TELINGAKU MENDENGUNG! HEY HENTIKAN INI!"

Tamasha berteriak, sepertinya yang lain berusaha menutup telinga mereka masing-masing.

"Kualitas Kaca dan bahan lain di rumah sakit memang lebih baik dibanding bangunan lain, tapi seandainya gelombang ini menerpa bangunan diluar sini..."

Dokter Eghar berusaha keras mengungkapkan pemikirannya.

'Perlahan-lahan Gelombang tersebut teredam oleh kemampuan Juan...'

Tamasha bergumam.

'Tapi jika Kecepatan Redam Juan tak bisa mengimbangi kecepatan Zahal, bangunan disekitar sini akan remuk perlahan-lahan. '

Rasanya semua orang diruang itu memikirkan hal yang sama.

'Bajingan sialan! Ia mencoba mendeteksi keadaan sekitar dengan mengerahkan reseptornya, sekaligus berusaha melatihku dengan kondisi ini! Benar-benar kapasitas yang jauh untuk dikejar!'

Juan bergumam sambil berusaha mengerahkan energinya.

"Jika kau tak buru-buru memperkuat tingkat peredamannya, Gelombang berikutnya akan membuat Leon yang baru saja sadar kembali pingsan!"

Tamasha berteriak kearah Juan.

'Gadis ini benar-benar tahu bagaimana membangkitkan semangat kawannya!'

Tony terkejut dengan keputusan Tamasha untuk menjadikan Leon sebagai umpan motivasi Juan.

Benar saja, secara drastis lingkup kemampuan Peredaman Juan meluas dan meningkat.

Mereka akhirnya mampu untuk mengangkat tubuhnya, karena gelombang itu, beberapa diantara mereka bergetar untuk menyeimbangkan tenaga.

Hanya berselang satu detik, Tekanan berikutnya dari energi Zahal membuat mereka kembali merunduk tertekan.

"Sabar, radius reseptorku sudah mencapai 1200KM."

Zahal benar-benar tenang menyampaikan kata-katanya disaat semua orang berjuang melawan tekanan energinya.

Juan benar-benar terlihat mencoba untuk berdiri melawan tekanan itu, disaat yang sama kondisi disekitarnya terasa lebih baik.

"Bagus, aku sudah mulai terbiasa."

Juan menatap Zahal dengan pandangan tajam, seperti sebelumnya, tubuhnya kini bermandikan keringat.

"Sudah terbiasa ya? Sekarang akan langsung kukerahkan menuju Radius 3000Km..."

"APAAA?!!!! HEIII!!!!"

Semua orang kecuali Rebella dan Leon yang kelelahan berteriak mendengar ucapan Zahal.

Juan Terbelalak dan meningkatkan energinya secara drastis, hal itu terasa dari tekanan yang sudah tak terasa disekitarnya.

'Secara Otomatis radius 'Reduction' milikku sudah mencapai 50Km. Artinya aku harus meningkatkannya hingga 200Km sebelum Zahal menghancurkan area seluas 100Km!'

Tekanan berikutnya benar-benar terasa mengejutkan mereka, disaat yang sama Peredaman milik Juan sempat meredakan terkejutnya mereka.

"Rasanya seperti naik Roller Coaster!.. Aku merasa sedikit mual..."

Leon menanggapi kejadian itu. Suaranya terdengar lemah.

"Sore ini akan muncul berita menarik gara-gara kalian berdua..."

Nova berusaha meredakan ketegangan dengan Dark Jokenya.

"Sebentar lagi Juan akan jatuh pingsan gara-gara kejadian ini."

Dokter Eghar nampaknya berusaha menghibur dengan caranya sendiri.

"Berikutnya 7000Km ya..."

Zahal tampaknya bersenang-senang dengan kejadian itu.

Semuanya dipenuhi raut pucat mendengar kata-kata Zahal.

'Hebat! Aku jadi merinding!! Inilah perbedaan Kapasitas kami!

Jika hari ini aku nggak mengalami ini, mungkin aku benar-benar akan mati dalam 1 detik pertama melawan satu Dewa!'

Juan dengan wajah pucat berusaha tersenyum melihat sikap Zahal yang tak terduga.

"HIAAAAAHHHH!!!"

Juan berteriak kencang disertai Hawa Sejuk yang mengelilingi sekitarnya.

"7000Km itu berarti kurang-lebih jarak dari sini ke Iran atau Zelandia baru ya?"

Masriz mencoba berkelakar disaat seperti itu.

"Apa gunanya menggunakan kemampuan sampai kearah sana, dasar bocah!"

Tony mencoba menggertak Zahal.

"Justru harua seperti itu Ton, ini sebagai langkah pencegahan."

Icol membalas ucapan Tony.

'Setelah mendengar ucapanku mengenai 'Firasat Buruk', Bajingan ini langsung berinisiatif melakukan ini!'

Juan bergumam menahan kagum.

"Hawa dingin ini akan mempengaruhi lingkungan sekitar, kau akan terlihat sangat mencolok jika ada yang mencari sumber hawa dingin ini, Juan."

Nova mencoba menenangkan Juan.

"Nggak ada waktu lagi. Kemampuanku mendapat 'Nerf' didunia ini.

Aku akan menekan kemampuanku hingga 16000Km."

Zahal memasang wajah serius.

Sementara mereka semua makin murung mendengar ucapannya.

"Bersiaplah Juan! Tekanannya akan meningkat dua kali lipat dengan cepat!"

Suara Tamasha menggelegar sesaat.

.

..

...

"Tekanannya berhenti sebelum meningkat?"

Semua orang diruangan itu merunduk menutup telinga.

"Kita akan kedatangan tamu, persiapkan dirimu."

Zahal melangkah menuju sofa untuk pertama kalinya sejak kedatangannya. Disaat yang lain masih merunduk berlutut.

"Ah Iya, mereka nggak akan mengenaliku meskipun kau meyakinkan mereka bahwa kemampuan barusan adalah kemampuanku."

Zahal menambahkan ucapannya.

Masriz dan timnya saling memandang.

"Bocah ini bikin susah saja."

Tony berdiri dan bergegas menuju sofa, duduk disebelah Zahal.

"Ini sepertinya akan jadi moment hidup-mati pertamamu, Juan."

Juan merasa ucapan Icol barusan malah membuatnya semakin tertekan.

Mereka mencoba menenangkan diri dengan duduk ditempat ternyaman didekat mereka. Leon dan Rebella yang masih shock dengan kejadian itu tak banyak berkomentar.

Pintu ruang itu terbuka.

Juan, dan yang lain bersiap dengan segala kemungkinan.

"Mohon maaf! Sepertinya ada kejadian yang cukup berbahaya disekitar sini, demi keselamatan anda semua, kami pihak rumah sakit menyarankan untuk..."

Seorang perawat memasuki ruangan dan melayangkan pandangan kearah semua sosok didalamnya.

"Tenang Ana, ini Teman-temanku. Kami akan baik-baik saja disini."

Dokter Eghar menanggapi ucapan perawat itu.

"Oh, ternyata anda disini Dokter Eghar! Baik maafkan saya kalau begitu!"

Sejenak setelah meminta maaf ia meninggalkan ruangan itu.

"Ternyata Perawat..."

Tamasha mencoba merasa lega walaupun wajahnya tak menunjukkan itu.

"Jadi ternyata benar, semua ini ulahmu lagi, manusia Dewa!"

Suara yang tak asing bagi Juan dan Zahal terdengar.

Membuat Zahal tersenyum dingin dan Juan merinding.

'Sial... Bajingan ini benar! Mereka menyangka yang barusan adalah kemampuanku!'

Juan berdiri dan mencoba menenangkan diri.

Ia melihat kearah Zahal dengan raut penasaran, tujuan apa yang sebenarnya dilakukan hingga memancing tiga Dewa dari Bali sekaligus.

"Dua orang sekaligus! Apa gadis ini juga berniat menantang kami?"

Ashura melihat kearah Juan dan Tamasha. Membuat mereka berdua heran dan Tamasha menjadi ketakutan.

"Eh... Kami berdua? Lalu mereka ini?"

Tamasha menoleh kearah Masriz, Nova, Tony, Icol, dan Dokter Eghar yang tersenyum santai melihat kejadian itu.

"Selain kalian berdua dan dua orang diranjang itu, siapa lagi yang kau harap kami maksud?"

Ganesha berusaja menenangkan Ashura yang terlihat menggebu-gebu.

Air mata Tamasha mengalir deras.

"Kenapa aku harus terlibat dengan hal ini juga..."

Baik Zahal, Masriz, Nova, dan lainnya terkekeh melihat itu.

"BERISIK! KETIKA INI BERAKHIR AKAN KUHAJAR KALIAN!"

Tamasha berteriak marah dengan wajah menyeramkan yang membuat mereka terdiam serentak.

"Ashura, Gadis ini sepertinya gila sebelum melawan kita, kita abaikan dia, kasihan."

Ganesha meyakinkan Ashura bahwa Tamasha bukan lawannya.

"Dia gila karena terkena tekanan kemampuan pria ini! Benar-benar cowok Keji!"

Ashura mengangkat tangannya dan mengarahkannya ketubuh Juan.

"Kenapa kalian malah mengiraku gila!"

Tamasha berteriak lagi.

'Ini pasti kemampuan Bajingan ini!

Dia membuat dirinya, Masriz, dan orang-orang yang pernah menjadi moderator itu tak terdeteksi disaat yang sama saat ia mengerahkan kemampuan Reseptornya tadi?'

Juan melirik kearah mereka. Sekumpulan sosok yang sejak tadi bersamanya. Zahal, Masriz, Nova, Tony, Icol, Dokter Eghar.

"Jika aku mengatakan bahwa ada orang lain selain kami disini. Orang-orang yang memanipulasi keadaan hingga timbul kondisi seperti ini..."

Setelah ucapan Juan yang mengarahkan para Dewa pada merekapun tak membuat sosok-sosok itu bergeming, mereka terus tersenyum kearah Juan.

"Jangan buang-buang waktu, Manusia..."

Suara Ashura yang semakin rendah dan menggeram menunjukkan amarahnya.

"Dampak yang kau timbulkan dari kemampuanmu benar-benar mempengaruhi lingkungan."

Kini dengan ucapan Wisnu membuat Juan merasa tertekan.

"Cih... Sepertinya memang kalian sengaja menciptakan kondisi ini ya..."

Juan menoleh kearah yang sama lagi.

"Juan, sepertinya ini adalah saat untuk menguji kekuatanmu."

Tamasha mencoba menenangkan Juan.

"Hey, apa maksudmu Tamasha?"

Tamasha bangkit tanpa mempedulikan pertanyaan Juan.

"Baiklah, para Dewa. Ashura, Wisnu, Ganesha, aku akan mengakui bahwa memang dialah pelaku tekanan energi ini."

Tamasha menunjuk kearah Juan dengan senyum yang sama dengan senyum yang ditujukan Zahal, Masriz dan yang lainnya.

Setelah ucapan Tamasha, ia semakin yakin dan mantap.

"Jadi begitu..."

Juan berdiri dengan percaya diri. Entah percaya dengan kemampuannya, atau pasrah menerima kenyataan.

Ia menoleh kearah Rebella dan Leon yang tak bisa terlalu banyak berkomentar.

"Hoy, Juan... Kau bisa mengandalkanku!"

Suara Icol mengejutkannya. Setelah menoleh kearahnya ia segera memastikan untuk melihat reaksi para Dewa disekelilingnya.

Sosok-sosok yang besar tubuhnya memenuhi ruangan itu terlihat sama sekali tak menggubris ucapan Icol.

'Jadi benar, Ini membuktikan bahwa kapasitas Dewa sekalipun nggak berkutik dengan efek Manipulation milik Bajingan itu...'

Energi disekitar Juan meluap seketika.

'Perbedaan yang jauh ini, mungkin ini saatnya bagiku untuk mempersingkat jarak antara kami. Antara aku dan Zahal.'

"Baiklah, sepertinya memang harus seperti ini."

Juan menatap Ashura dengan semangat yang mantap.

Tamasha duduk di sofa melihat apa yang akan terjadi.

Tapi rupanya Ganesha melakukan sesuatu.

"Ruangan ini akan sedikit kurubah."

Benar, tak ada lagi ruang Vip, etalase, jendela, dan bangunan Rumah Sakit.

Semuanya menjadi tanah lapang yang dipenuhi cahayatak berujung.

"Wah-wah, seru juga bertarung ditempat seperti ini ya!"

Suara Zahal mengejutkan Juan dan Tamasha.

"Bahkan setelah berpindah ketempat seperti ini, efek Manipulation milikmu tidak goyah sedikitpun, Juan dan Tamasha masih harus banyak belajar darimu."

'Masriz sepertinya sengaja mengatakan itu untuk memprovokasi semangat Juan.'

Tamasha bergumam setelah ucapan Masriz.

"Para Dewa yang Agung, maafkan kecerobohan temanku dengan kekuatannya yang salah tempat, silahkan habisi saja dia jika kalian berkenan."

Raut Tamasha yang tenang setelah ucapan itu membuat Juan heran.

'Berani sekali Tamasha merendahkan para Dewa dengan ucapannya barusan.'

Juan mengerutkan dahi, melihat kenekatan gadis di belakangnya itu.

"Baik nona!"

Ganesha, Ashura, dan Wisnu serentak menanggapi ucapan Tamasha.

"WUAPPPAAAA???!!!"

Juan terkejut mendengar tanggapan ketiga Dewa itu.

Ia menoleh kearah Tamasha yang menunjukkan isyarat 'Peace' dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya sambil menyiratkan senyum kemenangan.

'Jadi Tamasha sendiri sudah berada dalam kapasitas yang bisa menundukkan mereka ya?

Sial, jadi aku yang paling tertinggal?'

Juan kembali melihat kearah Ashura.

"Sudah bisa kita mulai, tuan Ashura?"

Juan terlihat terbakar oleh semangat yang dengan perubahan sikapnya membuat Ashura menggeram penuh Amarah.

"Aku akan melenyapkan Kesombonganmu!"

Ashura mulai mengerahkan Energinya.

"Wah-wah-wah, kau akan lenyap jika menerima serangan itu mentah-mentah, Juan!"

'Diamlah, Icol. Dilihat saja aku sudah paham. Sejak Ganesha merubah tempat sekeliling kami, kurasa agar Ashura bisa mengerahkan kekuatannya tanpa ragu...'

"Kalian tak perlu menghemat energi disini, aku dan Ganesha menciptakannya tahan 100x lipat benturan 'Guillotine Fist' milik Ashura."

'Wisnu malah ikut-ikutan membuatku canggung...'

BLAAAAARRRRRR!!!!

BLAAAARRRRR!!!

BLAAAARRRR!!!

'Tiga... kurang tiga serangan lagi! Sial, walaupun tenaganya sekuat itu, ia tak perlu menghimpun terlalu lama!'

Juan melesat setelah menghindari serangan beruntun Ashura.

BLAAARRRR!!!!

'Benar! Persis seperti Zeus, dia bisa menerka pergerakanku, dan dititik ini aku sudah lebih berhati-hati dari sebelumnya.

Setiap kali aku menghindar kearah Tamasha atau Rebella, dia berhenti membidikkan serangannya.'

Juan melesat dengan cepat kearah Ashura persis dihadapan Tamasha.

BLAAARRRRRRR!!!!

'Bagus, sesuai dugaan, ia tak hanya bisa menyerang langsung dari arah depan!'

Wajah Juan terlihat semakin mantap dengan pandangan tajam kearah Ashura.

'Sekali ini akan kucoba Tehnik 'itu'...'

BLAAAARRRRRR!!!

Serangan Ashura tak satupun mengenai Juan.

"Kini ia semakin berkembang, tapi ia belum melancarkan serangan sedikitpun."

Zahal mengomentari pergerakan Juan dihadapan Tamasha dan yang lainnya.

Muncul Tiga bayangan Juan dari sekeliling Ashura.

BLABLALALARRRRR!!!

tiga serangan Ashura melenyapkan tiga wujud Juan sekaligus.

Tepat disamping kiri bawah Ashura muncul Juan yang lain yang menghantam pinggang kiri Ashura

BUMMMM!!!

"Kena!"

Tony tersentak hingga memukul tengkuk Icol.

"Hey-hey, tenanglah..."

Ganesha dan Wisnu tak menggubris pertarungan itu. Mereka terlihat tenang menunggu mereka berdua.

"Kau berkembang, Manusia!"

Ashura terlihat makin tenang setelah serangan Juan berhasil mematahkan salah satu dari enam lengannya.

"Untuk hitungan Manusia, ia cepat menyadari kekurangan Ashura."

Wisnu mengomentari pujian Ashura kepada Juan.

BLAARRRRRR!

BLAAAARRRRRR!

"Dua serangan Ashura kembali terbuang sia-sia."

Nova ikut berkomentar.

Bussshhhh!!!

Muncul Tabir Asap Hitam disekitar mereka semua yang menyelimuti sekeliling dengan cepat.

"Setelah Duplication untuk menggandakan diri, ia membuat tabir dengan Creation."

Zahal menambahkan komentar-komentar yang sudah sejak tadi membuat Tamasha gerah.

BLAARRRRR!!!

Kini serangan Ashura membuka tabir asap tersebut dan memperjelas penglihatan mereka.

Disaat yang sama tiba-tiba terjadi perubahan suhu yang sangat drastis!