webnovel

I Love You, Kak Laras!

"Kakak mau bilang sesuatu," ujar Andra dengan nada bertanya. "Sesuatu?" tanya Laras, mengulang kata belakang yang Andra ucapkan. "Bener, 'kan?" Andra berhore-ria tidak jelas. Gadis berponi itu menggeleng dan memegang kepala. Ia mulai takut kalau tahun terakhirnya di masa SMA akan berakhir nahas, karena kehadiran sosok Andra yang selalu saja mengikutinya. Semenjak awal bertemu ketika masa orientasi, Andra tak henti-henti mendatangi Laras. Sekalipun datang hanya untuk menyapa tanpa menyampaikan hal yang penting, Andra akan tetap melakukannya. Hal itu membuat si gadis berponi merasa jengah dan kesal, rasanya ia ingin pergi yang jauh ke tempat di mana tidak ada seorang Andra. Padahal gadis itu terus menolak, tapi anak laki-laki berkulit putih itu terus saja mengejarnya. "Andra, aku kan udah bilang kalau kamu jangan gini terus," ucap Laras lirih nan hati-hati. "Gini gimana?" Andra tampak tak mengerti. Laras menghela napas panjang dan memejamkan mata sesaat. "Kita itu nggak seumur, Ndra. Harusnya kamu juga tau." "Tapi aku mau seumur hidup sama Kak Laras," sahut Andra dengan cepat. Bagaimana tanggapan Laras tentang hal tersebut? Langsung saja ikuti kisahnya di "I Love You, Kak Laras!" karya Author Ampas. Created by: Ampass_Kopi23 Jatim, Jum'at, 20 Agustus 2021

Ampass_Kopi23 · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
195 Chs

UKS

"Kok, nggak bilang dari tadi, sih?!"

Andra lekas berdiri dan berlari sekencang mungkin menuju ke lapangan utama. Sementara Bima mengembuskan napas panjang dan menggeleng. Entah sudah ke berapa kalinya ia mengembuskan napas panjang melihat kelakuan sang adik.

"Moga aja Laras kagak gila dikejar-kejar tuh anak," gumamnya berharap tak akan ada sesuatu yang tak menyenangkan.

Segera Bima melangkah keluar setelah memastikan tak ada anak kelasnya yang tak mengikuti pelajaran olah raga. Ia tak langsung menuju lapangan, melainkan ke ruang peralatan terlebih dahulu. Di mana di ruang tersebut segala macam peralatan bersemayam, ada peralatan olah raga, peralatan pramuka dan kegiatan lain pun lengkap ada di sana.

Bima mengambil beberapa peralatan olah raga, seperti bola voli dan bola sepak, ia juga menggantung sepasang raket di punggungnya dan juga shuttle cock di saku celana olah raganya.

Dalam perjalanan menuju gedung barat, ketua panitia itu mendengar suara teriakan dari lapangan. Karena merasa sangat tak asing dengan suara tersebut, ia pun mulai berlari. Takut kalau Andra kembali berbuat onar dan mengganggu Laras berlebihan.

"Andra!!" teriak Bima saat hendak sampai pada kerumunan orang-orang di tengah lapangan.

Segera dijatuhkannya bola-bola di tangannya, lantas Bima memilah kerumunan dengan paksa. Sejenak ia terkejut melihat Laras yang tengah duduk dengan baju yang basah, juga beberapa gelas minuman yang tampak berserakan.

"Laras!" Bima kontan jongkok dan hendak membantu Laras. Diliriknya Andra yang juga telah duduk di samping Laras, hendak membantu gadis berponi itu pula.

"Bima," rengek Laras lirih, menatap Bima dengan puppy eyes-nya.

"Lo apain Laras?" tanya Bima sangat ketus pada Andra.

"Kagak gue apa-apain, nying! Gue juga baru sampek tiba-tiba udah nyungsruk aja Kak Larasnya," jawab Andra membela dirinya.

"Nggak penting, Bim! Bantuin aku berdiri dulu!!" sentak Laras pada Bima. 'Orang-orang ngga guna, dari tadi liatin doang, kagak bantu berdiri. Malu banget!' lanjutnya dalam hati, merutuki mahluk-mahluk yang sedari tadi hanya mengerubungi ia yang tengah terjatuh.

"Ayo, Kak, aku bantu berdiri." Andra kontan menarik tangan Laras yang terulur pada Bima.

"Eh?!" Laras terkejut dan kontan melotot pada Andra.

Terlambat untuk Laras memprotes tindakan Andra. Anak laki-laki berkulit putih itu telah membantunya kembali berdiri. Saat hendak kembali terjatuh karena kakinya yang sakit, Andra dengan sigap menangkap tubuh Laras dan menopangnya.

Bima berdecak. "Lo kenapa bisa sampek jatuh gini sih, Ras?" tanya Bima yang keheranan.

"Orang jatuh kagak bisa berdiri bukannya dibawa ke UKS, malah diomelin." Andra melirik tajam pada Bima, yang dibalas lirikan yang lebih tajam pula.

"Tadi ada bola gelinding ke kaki pas aku bawa minum, jadinya jatuh." Laras berusaha melepas tangan Andra dari menopang bahunya.

"Bim! Yok, pimpin warming up dulu!" teriak Angga dari tepi lapangan. "Ras, lo mending ke UKS aja, deh!"

"Ayo, Bima! Biar Laras ke UKS aja, nggak ikut pelajaran olah raga dulu nggak apa-apa," tambah sang guru olah raga.

"Duh, iya aku mau ke UKS, tapi siapa yang anterin? Kakiku kayaknya keseleo, deh," ujar Laras kesal pada keadaan.

Bima melepas tas raket yang menggantung di punggungnya dan memberikannya pada Andra. Ia menyuruh adiknya untuk memberikan ini pada anak-anak kelasnya, karena ia hendak mengantar Laras ke ruang unit kesehatan sekolah.

Dengan ekspresi kesalnya, Andra menolak.

"Gue aja yang anterin, gue gendong juga bisa." Hampir saja Andra mengangkat tubuh Laras, beruntung Bima mencegah dan memarahinya.

"Abis ini lo ada pelajaran, Bego! Emang kagak balik ke kelas?" tanya Bima pada Andra.

"Halah, anak baru paling dikasih jadwal doang. Yuk, Kak Laras! Biar Andra anterin ke UKS." Andra kembali berusaha membopong tubuh Laras.

"Eh!" Laras mencegahnya. "A-aku dianter Bima aja, deh. La-lagian kamu kan, abis ini ada jam pelajaran," tolaknya dengan hati-hati.

"Nggak apa-apa, Kak. Itung-itung aku jalan-jalan ngapalin semua tempat di sekolah."

"Tapi ..., gimana? Bima?"

Laras kebingungan dengan keadaannya. Di satu sisi ia tak mau diantar oleh Andra, tapi tak bisa mengatakannya begitu saja. Memang ia sedikit tidak enakan pada orang lain. Di sisi lain ia ingin Bima peka dan berinisiatif memaksa untuk mengantarnya, agar ia tak perlu repot-repot menolak Andra.

"Woy! Bima!" teriak teman-temannya dari lapangan.

"Iya!" jawab Bima ikut teriak. "Ya udah. Anterin Laras, jangan macem-macem dan langsung balik ke kelas! Sekali lagi, jangan macem-macem!"

"Loh? Tapi- eh?! Bima!"

Tanpa peduli dengan teriakan Laras, Bima langsung menuju ke tengah lapangan. Ditaruhnya raket beserta shuttle cock ke tepian dan langsung mengambil posisi di depan, untuk memimpin pemanasan sebelum berolah raga.

Laras yang tengah mendesis kesal pun terpaksa harus mau diantar oleh Andra. Anak laki-laki itu justru senang dengan hal tersebut. Ia terus-terusan tersenyum setelah mendengar ucapan Bima yang membiarkannya mengantar Laras ke UKS.

'Bakal gue kenang jasa lo, Bro!' teriak Andra dalam hati.

"Ya udah, ayo," ajak Laras lirih.

Andra sedikit tersentak dan langsung mengangguk cepat sembari tersenyum. Ia langsung meraih tangan Laras dan membantunya berjalan dengan baik. Sadar atau tidak, Andra tersenyum sangat cerah di saat Laras justru mengalihkan pandangannya ke lain arah.

'Bima jahat banget, sih!'

***

"Di mana, Kak, UKS-nya?" tanya Andra saat mereka kembali sampai di gedung timur.

"Di samping ruang guru." Laras menunjuk ruangan yang tak jauh dari mereka.

Akhirnya Andra mengantar hingga Laras merebahkan diri di kasur ruang kesehatan. Setelah itu bukannya pergi, Andra justru duduk di samping ranjang tidurnya. Melihat hal tersebut, Laras hanya bisa diam sejenak sebelum akhirnya bisa mengatakan apa yang ingin ia katakan.

"Kamu ... nggak balik ke kelas, A-Andra?" tanya Laras lirih. 'Bener Andra nggak, sih, namanya?'

Andra menggeleng kuat. "Kakak mau ganti baju, nggak?"

"Hah?!"

***

"Adek lu, kok, nggak balik-balik, Bim?" tanya Angga di tengah langkah larinya.

"Udah balik kali, mungkin kita aja yang nggak liat baliknya," jawab Bima dengan santai.

"Harusnya kita udah liat, dong, kalo adek lu balik. Orang kelasnya aja di sana."

Bima diam sejenak. Benar juga apa yang dikatakan oleh Angga. Seharusnya ia dan anak-anak kelas 12 IPA-2 melihatnya yang kembali ke kelas, mengingat kelas tersebut tengah berolah raga di lapangan utama, yang tempatnya berada di depan gedung kelas 10.

"Bener juga," gumam Bima, dengan langkah larinya yang melamban.

"Nah, nah!! Itu si Andra 'kan?" Angga menunjuk pada anak laki-laki yang tengah berlari ke arahnya.

Bima yang mendengar pun ikut menoleh ke arah yang dituju oleh Angga. Benar saja sang adik tengah berlari sangat cepat ke arahnya.

"Bemo!!" teriak Andra terdengar payah.

*****

Lamongan,

Kamis, 09 September 2021