webnovel

I Found

Aku dan kamu yang terpisah oleh jarak Aku dan kamu yang terpisah oleh waktu Aku dan kamu yang terpisah oleh kepercayaan Tapi itu dulu. . . Dulu aku dengan susah payah mencari mu Dulu aku dengan susah payah mencari kabar mu Dulu aku dengan susah payah mencari dimana keberadaan mu But now, i'm find you ---- Lalu kalimat aku dan kamu pun sekarang berubah menjadi kata kita

Unichias · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
26 Chs

One Day One Think

(budayakan vote dan comment, karena membuat cerita itu tidak mudah)

"Selamat pagi, Pak."

Yevan mengulas senyum tipis membalas setiap sapaan yang di lontarkan oleh beberapa karyawan perusahaannya.

Ia terpaksa datang ke perusahaan peninggalan ayah sesuai dengan permintaan pengacara keluarga  widuantoro

"Selamat pagi, Pak Yevan." Seorang pria tambun dengan rambut memutih menyambut Yevan dengan sebuah uluran tangan.

"Pak Yacob, apa hari ini saya sudah ...."

"Belum, Pak. oh ya perkenalkan ini adalah Joselin sekretaris almarhum pak Ronald," kata pengacara memperkenalkan seorang perempuan dengan kulit sensual dan berpakaian elegant formal.

"Senang bertemu dengan anda, Joselin." Yevan mengatakan hal itu tanpa mengulurkan tangan pada Joselin.

"Senang bertemu dengan anda, Pak Yevan ... sebelumnya saya juga turut berduka cita atas kepergian pak Ronald," balas Joselin.

Yevan mengangguk. " lalu Pak, apa yang harus saya lakukan hari ini?"

"Hari ini Pak Yevan berkenalan saja dulu dengan lingkungan perusahaan," ucap pengacara itu.

"Baik kalau begitu, Joselin kamu bisa antar saya ke ruangan?" tanya Yevan.

"Tentu saja, Pak." Joselin mengangguk cepat lantas Ia berjalan membimbing Yevan masuk ke dalam sebuah elevator.

Yevan dan Pak Yacob mengikuti Joselin dengan seksama, keduanya sangat khidmat mendengarkan Joselin menjabarkan setiap detail perusahaan tambang itu.

Seperti sedang merekam Yevan mendengarkan setiap hal yang di jelaskan oleh Joselin.

"Pak Yevan, bisa memimpin meeting esok hari kalau Bapak mau," kata Joselin.

"Hmm, akan saya coba."

Yevan kembali dengan dunianya sendiri, memikirkan banyaknya buku yang harus Ia baca agar mengerti tentang dunia pertambangan.

"Ini ruangan Pak Yevan," ucap Joselin saat sampai di depan pintu mahoni dengan tag besar bertuliskan  'CEO'

Yevan menarik napas berat, lalu membuka pintu tersebut. tanpa basa basi lagi Ia di hadapkan dengan ruangan besar berisi meja kerja besar dan beberapa sofa di tengah ruangan.

Mata nya sibuk mengelilingi ruangan tersebut, hingga matanya tertuju pada sebuah figura berukuran besar yang membingkai foto keluarganya.

Lagi - lagi Yevan menarik napas kesal. " Accept undangan yang sebelumnya kamu batalkan Joselin kita butuh  banyak patner saat ini agar perusahaan ini tidak tumbang mendadak."

"Tapi, Pak bukankah hal itu justru membuat relasi bisnis kita berubah pikiran?" tanya Joselin.

"Ikuti saja kata - kataku," ucap Yevan lantas  Ia mulai duduk di kursi kantor milik almarhum ayahnya.

"Baik Pak!" Joselin segera  beranjak pergi ke ruang lobi untuk menghubungi semua mantan relasi bisnis perusahaan mereka.

Sementara itu Pak Yacob selaku pengacara keluarga Widuantoro duduk di hadapan Yevan lalu Ia memgeluarkan sebuah berkas.

"Yang lainnya silahkan Pak Yevan baca sendiri," ucap Pak Yacob.

Yevan mengambil berkas tersebut dengan tatapan bingung, Ia selalu was - was saat menerima tuntutan baru yang di minta oleh kedua orangtuanya dalam surat wasiat.

Yevan membuka berkas itu dan membaca dengan seksama alinea terakhir, kemudian Ia bergumam sendiri.

"Pak Yevan mengerti, kan?" tanya Pak Yacob.

"Saya tidak yakin, Pak ... tapi, saya akan berusaha." Yevan mengembalikan berkas itu.

💐💐💐

clung!

Suara batu itu terdengar memekakkan telinga sangking nyaringnya. namun, pria dengan tubuh atletis itu tetap duduk termenung di tempatnya. menggenggam beberapa buah batu.

Pikiran jauh menelisik ke suatu tempat, sama sekali Ia tak menghiraukan pelayan yang baru saja meletakkan pesanannya di meja.

beberapa hari yang lalu aku merasakan bahagia di tempat ini karena seseorang, namun ... hari ini aku tidak tau di mana orang itu berada.

"Van," panggil seseorang.

Yevan menoleh. " Eh Mar, udah lama?"

Orang yang di tanya hanya menggeleng pelan, lantas duduk di samping kiri Yevan. tanpa melepas sepatu kets nya.

"Kenapa lagi?" tanya nya.

"Enggak tau, aku bingung," jawab Yevan.

"Bingung, sebabnya pasti ada," balas Marshall.

"Mar, aku kangen Airen." Yevan membuang batu - batu yang di genggamnya lantas merebahkan tubuhnya di atas karpet rotan yang mengalasi tempat makan itu.

"Hari ini dia juga enggak masuk," kata Marshall.

"Dia ke mana, sih?" tanya Yevan.

"Ya mana aku tau, kamu pikir aku dayang nya gebetanmu," sinis Marshall.

"Aku benar - benar butuh dia sekarang," ucap Yevan.

"Hadeh! jangan melow nanti aku ngikut mewek!" sentak Marshall menyikut biseb Yevan.

"Aku masih mikir Mar, kenapa aku bisa sehari ngerasain bahagia banget namun, di hari lainnya aku ngerasain kesepian."

"Yeah, it's same to me but, i think god have any reason for it bro ...," jawab Marshall.

Yevan menghela napas panjang lantas kembali duduk menarik beberapa menu pesanannya yang nyaris dingin, Marshall pun menepuk bahu Yevan.

"Van, di dunia ini enggak semua hal harus ada jawabannya."

"Maksudnya?" tanya Yevan bingung.

"Pasti kamu ngerti," gumam Marshall memghiraukan pertanyaan Yevan yang menggantung.

TBC say, masih penasaran kan cerita kelanjutannya gimana ....

jangan lupa vote dan comment ya say