webnovel

I Found

Aku dan kamu yang terpisah oleh jarak Aku dan kamu yang terpisah oleh waktu Aku dan kamu yang terpisah oleh kepercayaan Tapi itu dulu. . . Dulu aku dengan susah payah mencari mu Dulu aku dengan susah payah mencari kabar mu Dulu aku dengan susah payah mencari dimana keberadaan mu But now, i'm find you ---- Lalu kalimat aku dan kamu pun sekarang berubah menjadi kata kita

Unichias · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
26 Chs

Lonely

"Di dunia ini banyak perubahan yang tidak bisa manusia atur, perubahan bersifat alamiah, cepat dan pasti. perubahan bisa merubah seseorang menjadi sangat baik ada juga yang menjadi sangat buruk."

"Turut berduka cita Yev, semoga semua amal ibadah almarhum dan almarhumah di terima oleh‐Nya," kata Radya kepada Yevan yang terduduk lesu di kursi.

"Yev, ikhlas kan mereka ... jangan berlarut - larut dalam kesedihan, kamu harus bisa bangkit," timpal Andre.

Yevan menunduk. "Aku takut."

"Yevan ... di sini ada aku, ada Andre, Yudhit, juga Marshall. apa yang kamu takut kan? kita yang akan nemenin kamu Yev," ucap Radya.

"Aku enggak bisa, Rad! ini terlalu cepat buat aku!" ketus Yevan menangkup wajahnya dengan tapak tangan.

terlihat jelas bahwa Ia merasa sangat kehilangan, Ia tidak tau harus berbuat apa setelah ini. semua semangatnya hilang dalam satu peristiwa tak terduga.

Ia ingin berteriak sekeras mungkin melepaskan segala penat dan gundah di dalam hatinya. Ia tidak sanggup karema bukanlah waktu yang tepat.

Memori - memori kecil selalu tergambar jelas di otaknya. di mana Ia selalu merasakan kasih sayang utuh kedua orangtuanya.

"Yevan enggak bisa Ma ... Pa ... kenapa kalian begitu cepat ninggalin Yevan?? Yevan masih butuh kalian berdua ...."

lagi dan lagi butiran bening terjatuh dengan bebas melintasi pipi ranum Yevan, matanya sudah cukup sembab begitu juga pucuk hidungnya yang memerah karena tersumbat.

"Kepergian itu pasti ada Yev, kita sebagai manusia enggak bisa mencegahnya. itu semua Tuhan yang mengatur, sebagai mahluk-Nya kita patut mengikhlaskan segala ketentuan-Nya."  Radya menepuk pelan bahu sahabatnya itu seolah bisa menyisipkan rasa tenang.

"Benar Yev, kita harus mengikhlaskan segala sesuatu ketentuan Tuhan," timpal Yudhit.

"Aku bisa ikhlas ... tapi, ini terlalu cepat. aku enggak sanggup mengurus perusahaan besar itu sendirian, aku enggak sanggup hidup sendirian. kalian ngerti itu," ucap Yevan di selingi isakkan tangis.

"Yevan, aku turut berduka cita ya ... aku enggak nyangka om Ronald dan tante Esther cepat banget perginya. padahal ... aku pengen banget jadi menantu mereka." Rachel berdiri di hadapan Yevan dengan seulas senyum.

Entah bagaimana bisa Rachel berkata seperti itu di waktu yang salah. Yevan berdiri dan menatap sinis gadis di hadapannya itu.

"Please ! Rachel ini bukan waktu yang tepat buat ganjen! kamu terlalu berlebihan!" pekik Yevan kesal.

"Sudah Yev, sudah! biarin aja orang sinting ini meracau," kata Yudhit.

Yevan menggeleng gemas karena nya. Ia tidak tahan lagi berdiri di pemakaman, Ia terlalu lelah memikirkan kejadian ini.

"Ayo kita pulang, Yevan perlu waktu untuk sendiri," ajak Radya kepada Andre dan Yudhit.

dengan kompak mereka membantu Yevan berjalan, Tak lupa mereka menghentikan Rachel yang hendak mengikuti Yevan ke rumah.

***

Malam sudah semakin larut namun, Yevan masih saja duduk di balkon kamarnya menatap bintang yang gemerlap di bingkai oleh langit hitam legam. Rumahnya kini sangat sepi tidak ada hangatnya canda tawa.

Tok! tok! tok!

"Masuk,"

Pintu terbuka dan masuklah Andre dengan nampan berisi makan malam untuk Yevan.  

"Yevan, ini aku bawa makan malam buat kamu," kata Andre menyodorkan nampan tersebut.

Yevan menggeleng pelan lantas berkata, " Enggak nafsu makan."

"Apa - apaan  ini, ayo dong Yev ...  sesuap aja kalo perlu jangan gini," gumam Andre.

"Beneran ... aku enggak nafsu makan," kata Yevan.

"Jangan gitu, Van!"

Yevan mengerutkan dahi, perasaannya sangat kacau hari ini. benar - benar kacau hingga Ia tak mampu memikirkan hal lain.

banyak beban yang harus Ia panggul sekarang ini.

"Kamu mikirin apa sih?" tanya Andre kemudian karena merasa terabaikan.

Yevan mengulas senyum. "Aku hanya memikirkan bagaimana ke depannya, apa aku harus putus kuliah untuk melanjutkan bisnis Papa."

"Yevan, aku yakin. kamu bisa melakukannya, jangan merasa kamu hampa tanpa mereka berdua di dunia ini ... percaya pada ku mereka akan tertanam di sanubari mu selamanya," kata Andre.

"Aku mengerti," ucap Yevan.

"Bagus! aku yakin Tuhan punya rencana lain, sekarang kamu harus makan."

Yevan beringsut menghindari Andre, Ia meringkuk di atas kasurnya dengan kepala tertutup bantal.

"Makan aja, aku mau langsung tidur."

(Jangan lupa tinggalkan jejak)