webnovel

I Found

Aku dan kamu yang terpisah oleh jarak Aku dan kamu yang terpisah oleh waktu Aku dan kamu yang terpisah oleh kepercayaan Tapi itu dulu. . . Dulu aku dengan susah payah mencari mu Dulu aku dengan susah payah mencari kabar mu Dulu aku dengan susah payah mencari dimana keberadaan mu But now, i'm find you ---- Lalu kalimat aku dan kamu pun sekarang berubah menjadi kata kita

Unichias · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
26 Chs

Like a Moonwalk

(Jangan lupa tinggalkan jejak say, Minta Feedback dm atau comment aja!)

_________________________

Yevan berlari kecil memasuki area taman, Ia merotasikan bola matanya mencari seseorang, tak menunggu waktu lama Ia menangkap sosok yang di carinya.

"Rachel," panggil Yevan seraya berjalan menghampirinya.

Orang di panggil hanya diam, sesekali menyapukan punggung tangannya di kedua matanya.

"Kamu ada masalah?" tanya Yevan duduk di sebelah kiri Rachel.

Rachel mengusap matanya pelan, walaupun nihil hasilnya gurat kesedihan itu masih jelas terlihat di mata Yevan.

"Cerita aja, aku bisa jadi pendengar kok," ucap Yevan lagi.

"Aku enggak tau, Van." Mata Rachel kembali mengeluarkan bulir bening.

Tanpa aba-aba Yevan mengulurkan jemarinya menghapus bulir-bulir itu, Mungkin memang ini kelemahannya. setiap kali melihat seorang perempuan menangis Ia selalu mengingat almarhum Mamanya.

"Sssst ... jangan nangis lagi, kalau ada masalah cerita aja aku dengarkan, kok," gumam Yevan.

"Kamu belum tau?" tanya Rachel dengan suara bergetar.

Yevan mengernyit bingung. " Tau? tau apa?"

Rachel tetap menangis dalam diam, Sesekali Ia terisak. Yevan yang melihat kertas terkepal di dalam cengkraman Rachel terdiam.

"Itu kertas apa?" tanya Yevan.

Rachel diam.

"Hel, please dengar aku. kalau kamu ada masalah cerita dengan segera, jangan membuatku mencari cerita itu sendiri, kemarikan kertas itu," kata Yevan dingin lantas menarik tangan Rachel.

Setelah mendapatkan kertas itu Yevan segera membukanya lantas menggeleng tak percaya.

"Siapa yang udah ngelakuin ini?" tanya Yevan dengan tak percayanya.

"Enggak tau," jawab Rachel singkat.

"Hel ...."

"Ini semua salah kamu!" bantah Rachel memukul bahu Yevan keras, masih dengan tangis yang tak kunjung reda.

"Sejak kapan Rancho ngelakuin itu? apa semua itu benar?" tanya Yevan.

Lagi-lagi Rachel tak mengidahkan pertanyaan Yevan.

'kenapa Rachel enggak pernah cerita, lagipula siapa yang berani menyebarkan aibnya seperti ini? Apa Brazel? Fitri??'

"Rachel jawab pertanyaanku, kenapa kamu diam aja waktu kakak kamu ngelakuin hal bejat itu? kalian kan saudara kandung."

Rachel menggeleng."Kami bukan saudara kandung."

"Jadi benar ... yang di katakan anak-anak di kampus? rumor itu benar? tapi kenapa kamu enggak mau ngelapor sama polisi?? ini sudah termasuk pelece—"

"Aku mau, Van! mau! adik mana yang mau jadi pelampiasan kakaknya sendiri?! jawab aku adik mana?!" ketus Rachel di sela tangisannya. "Tapi, aku enggak bisa."

"Kamu bisa Hel, kenapa kamu bilang enggak bisa?? aku bisa kok, nyewa pengacara mahal biar kamu dapat keadilan itu."

"Enggak Van, mama punya segala cara buat nutupin kesalahan Rancho," ujar Rachel parau.

Lagi-lagi, Yevan mengulurkan jemarinya untuk menyeka air mata Rachel yang belum juga berhenti menetes kemudian Ia mengelus pundak Rachel pelan.

"Mama terlalu sayang sama Rancho sampai ngelupain anaknya sendiri," ujar Rachel.

"Sssst ... jangan ngomong begitu, sekarang kita ke kantor polisi ya," kata Yevan.

"Kamu jahat Van," ucap Rachel kemudian.

Yevan hanya mengangguk."Iya, aku minta maaf."

"Andaikan kamu tau rasanya jadi aku, mungkin kamu enggak bakal tega ninggalin aku," lanjut Rachel.

Yevan terdiam, Ini bukan akhir yang Ia inginkan, Ia yakin akan ada suatu keajaiban kalau Rachel bisa lebih tegas tak termakan rasa takut itu.

"Kamu bisa bahagia dengan wanita yang kamu cintai, sementara aku ...."

"Hel, kita bisa kok ngelapor sekarang."

"Enggak Van, makasih, aku udah cukup menderita dengan keadaanku apa belum cukup? keadilan sama harta ... pasti juga bakal berat sebelah," ucap Rachel.

"Nah, terus kamu mau gimana lagi? kamu mau begini terus??" tanya Yevan dengan penuh penekanan.

"Ini semua salah kamu!" ketus Rachel.

"Kalau ini memang salah aku, dengerin perkataanku barusan!" balas Yevan tak kalah kesalnya.

Seketika itu Ia merasa sangat bersalah karena bulir bening itu kembali jatuh melintasi pipi Rachel.

'laki-laki apa aku ini?! bodoh?! dia sedang ada masalah bodoh!'

"Maafkan aku, kita bisa bicarakan ini," ujar Yevan meraih tangan Rachel.

Namun, di tepis secara kasar oleh Rachel. Yevan menggigit bibir bawahnya, merasa bersalah.

"Hel, sekali lagi aku katakan ayo kita membuat laporan ke kantor polisi," ajak Yevan.

Rachel menggeleng cepat seperti anak kecil yang tidak ingin di ajak pergi ke dokter. Ia terus mengepalkan tangannya dengan berurai air mata.

"Bang, kalau punya pacar tuh di buat senyum jangan di buat nangis," celetuk seseorang yang tiba-tiba saja melintas.

Yevan menggaruk tengkuknya perlahan."Iya, Bang ini juga lagi di bujuk."

Setelah itu Yevan menarik lengan Rachel secara paksa pergi dari taman tersebut.

***

"Jadi kamu cuma butuh mayonaise, pepper, sama ...."

"Aku pengen makan salad, anak-anak juga harus makan sayur," potong Airen.

"Anak-anak suka sayur?" tanya Marshall.

"Di akali, kalau enggak makan sayur gimana mereka bisa tumbuh?" Airen balik bertanya kepada Marshall yang sibuk memilih lada bubuk di rak.

Sementara itu Airen mencentangi semua bahan makanan yang sudah terkumpul, Sesekali Ia melihat Marshall yang memilih lada dengan telaten.

'baru kali ini ada cowok telaten, selain Yevan'

"Ini banyak isinya, harganya juga terjangkau," kata Marshall menunjukkan sebuah botol ukuran 500ml yang di ambilnya dari salah satu barisan.

"Eungh, iya."

"Ren, kamu kurang Aqua?" tanya Marshall saat menyadari jawaban Airen yang sangat singkat.

"Enggak kok, habis ini kita cari brokoli ya," ucap Airen mengalihkan topik.

Marshall tersenyum tipis.

"Jangan-jangan kangen ... Yevan ya?" tanya Marshall dengan sedikit senyum menyindir.

"Kangen apa?" tanya Airen balik.

"Bukannya kamu menyukainya??" tanya Marshall.

"Suka bukan berarti cinta, lagipula untuk apa aku menyukai laki-laki sepertinya, cih! pendusta," ketus Airen.

Dengan cepat Ia mendorong troli belanja menuju area sayuran, tanpa menunggu Marshall yang tampak tersenyum gemas melihat tingkahnya.

"Kamu cemburu?" tanya Marshall kemudian.

"Cemburu apa? peduli sekali aku cemburu!" tukas Airen.

Marshall terkekeh."Kalau enggak cemburu, kenapa sewot gitu?? ayolah, aku tau Yevan orang yang gampang di bodohi ... aku yakin dia akan mengejarmu kalau Ia benar-benar mencintaimu."

"Aku tidak butuh dirinya," ucap Airen.

"Kalau diriku?" balas Marshall.

Airen terdiam cukup lama dengan beberapa wortel di tangannya. Marshall menggembungkan pipinya mengejek kecanggungan gadis di depannya itu.

"Ketawa aja sampai puas!" dengus Airen.

"Habisnya kamu lucu sih," ucap Marshall.

"Kamu pikir aku badut!" sinis Airen.

Marshall tertawa lepas karena Airen begitu cepat terpancing emosi, Ia memegangi perutnya yang terasa sangat sakit karena tertawa.

"Ketawa terus!"

"Marah terus ...."

"Siapa yang marah, kamu aja kegeeran!" balas Airen.

"Kok geer sih? kan, memang kamu yang marah—"

Tak menunggu lama sebuah cubitan mentah melayang ke pinggang bawah Marshall, Airen mencubitnya hingga terasa panas.

***

"Kamu di sini dulu ya," ucap Yevan sebelum beranjak pergi dari apartement Dorothea.

"Iya kak, di sini aman kok," sahut Dorothea bersahabat.

"Tap—"

"Tenangkan aja pikiranmu di sini, ada nyawa lain di tubuhmu," potong Yevan.

Rachel merunduk malu dengan perkataan Yevan barusan.

"Enggak, aku enggak ngomong kalau kamu selevel sama PSK di luar sana tapi, kamu harus bisa jaga calon bayimu," ucap Yevan.

"Benar Kak, waktu di Jerman aku juga punya teman yang hamil di bawah umur, karena dia belum siap dia minum obat peluntur kandungan tapi, sayang bukan janinnya aja yang pergi," sahut Dorothea.

"Kamu tau kan? menjadi sepertiku tidak mudah," gumam Rachel lirih.

"Aku mengerti, karena itu aku akan mencari keadilan untukmu." Yevan mencoba meyakinkan Rachel bahwa di dunia ini masih ada keadilan untuknya.

"Kak, lalu bagaimana dengan Kak Aisha?" tanya Dorothea.

"Aisha?" tanya Rachel.

"Iya, Kakak enggak kenal sama Kak Aisha??  eum ... Kak Aisha itu yang jualan Soto Lamongan di stand depan Ribermart," kata Dorothea.

"Oh dia ya, aku dengar kamu punya hubungan dengannya, Van," ucap Rachel.

"Iya, kami berteman ... Brazel yang memberitahunya, kan? kasus Aisha masih di selidiki polisi kok, kamu tenang aja," ucap Yevan.

setelah itu Yevan pergi dari apartement itu, Ia harus mempercepat proses kedua masalah ini, keadilan untuk Aisha dan Rachel.

Lagi-lagi, Yevan menggeleng  mengingat apa yang baru saja terjadi pada Rachel. Cukup sulit untuk menyimpulkan kehidupan Rachel berantakan. Ia hidup tertutupi oleh gelimang harta Ayah tirinya, dan baru saja Ia ketahui bahwa Rachel kerap menjadi pelampiasan nafsu kakak tirinya itu.

dan lebih parahnya, Ibu kandung Rachel menutupi segala kesalahan kakak tirinya agar nama baik keluarganya terjaga.

cih! apakah kehormatan anak lebih rendah dari egomu wanita tua?! egois sekali, padahal kamu juva seorang wanita.

TBC

don't forget for click star icon or comment .