webnovel

I Found

Aku dan kamu yang terpisah oleh jarak Aku dan kamu yang terpisah oleh waktu Aku dan kamu yang terpisah oleh kepercayaan Tapi itu dulu. . . Dulu aku dengan susah payah mencari mu Dulu aku dengan susah payah mencari kabar mu Dulu aku dengan susah payah mencari dimana keberadaan mu But now, i'm find you ---- Lalu kalimat aku dan kamu pun sekarang berubah menjadi kata kita

Unichias · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
26 Chs

Coffee Break

" Papa Mama aku akan pulang terlambat  hari ini."Kata Yevan saat menarik beberapa lembar roti tawar di meja makan.

Esther , Mama  Yevan hanya menghela napas pelan menanggapi perkataan anak semata wayang nya lalu Ia menyodor kan segelas susu.

"Mau kemana kamu? "Tanya Ronald kepada anak semata wayang nya itu.

"Mau ngerjain tugas geofisika buat ujian akhir nanti Pa,"Ucap Yevan kepada Ronald.

"Sampai jam berapa??"Tanya Esther.

"Mungkin malam Ma, Tau sendiri kan kalau Teman-teman nya Yevan itu hobi ngaret."Kata Yevan dengan wajah ingin tertawa.

"Ya sudah kalau begitu,asal kamu kabarin Mama pulang jam berapa."Pesan  Esther.

Memang Ia sangat memperhatikan keseharian Yevan dari A sampai Z ,Bisa di bilang bahwa Yevan memiliki keluarga yang sungguh sempurna di banding teman-teman nya.

Kedua orang tua nya sungguh dekat dengan nya, mereka sering menghabis kan liburan di suatu tempat bersama .

sungguh keluarga yang indah ...

"Ya sudah Ma Pa, Yevan berangkat ya."Kata Yevan setelah mengemas bekal nya.

"Lho ?"

"Udah jam 7 Ma Pa, Takut ketinggalan udara segar nanti."Jawab Yevan dengan senyum khas nya.

Esther dan Ronald hanya tertawa mendengar hal itu,Walaupun anak orang kaya Yevan tetap saja menggunakan Sepeda lipat untuk pergi ke kampus

Tapi hal itu tidak menutupi jikalau Ia orang berada.

🍓🍓🍓

"Mau bareng sampai depan??"Tanya Yevan saat memberhenti kan sepeda nya di dekat seorang perempuan yang berjalan dengan memeluk tumpukan buku.

Perempuan itu menoleh dengan Canggung, Ia menunduk dan menggeleng pelan entah karena apa.

"Tenang aku orang baik kok,"Ujar Yevan.

"enggak terima kasih, tapi kampus ku udah dekat."Jawab Perempuan itu.

"Tunggu deh, Kamu Airen kan ya??"Tanya Yevan dengan mata memincing .

Benar saja ,perempuan itu mendongak di kala mendengar nama nya di panggil.

"Nah kan!!" Cetus Yevan.

"Kamu kenal aku?"Tanya Perempuan itu dengan bingung.

"Seminggu yang lalu di Galeri lentera 14 februari."Jawab Yevan.

"Eum ... begitu ,Kamu masih ingat nama ku."Gumam Perempuan itu.

"Kamu juga kuliah di sini?"

Perempuan bernama Airen itu mengangguk pelan

"Di mana??"

Airen  menunjuk sebuah gang di seberang gedung pencakar langit,Yevan pun mengangguk mengerti lantas Ia mengulur kan tangan untuk mengambil buku-buku Airen tanpa menunggu jawaban nya terlebih dahulu.

"Ayo berangkat ...." Kata Yevan.

"kemana?? " Balas Airen bingung.

"Kuliah , Aku mengerti kampus yang kamu maksud itu ... kampus ideolis kan ? Aku juga kuliah di sana,"Ujar Yevan.

"Tap—"

"Sudah ayo berangkat."Celetuk Yevan dingin.

"Yev !! tungguin !!"Teriak Marshall pada Yevan yang baru memarkir sepeda nya di parkiran kampus.

"Kenapa sih ?? pagi-pagi udah kayak burung beo aja."Sengit Yevan kesal.

"Yeu ... tumben boncengin cewek ,Siapa??"Tanya Marshall penasaran.

Yevan tersenyum tipis mendengar pertanyaan teman nya tersebut, namun Ia meninggal kan Marshall yang masing bertanya-tanya apa yang terjadi pada sahabat nya itu.

"Jawab lah!! astaga !" Teriak Marshall membuat beberapa mahasiswa yang ada di parkiran menoleh menatap nya aneh.

"Diam! enggak malu apa di lihatin orang sekampus."Kata Yevan acuh.

Marshall mengedik kesal ,dan menyejajar kan langkah nya dengan Yevan.

"Jawab bro,Dia siapa ? pacar mu?? kamu enggak jomblo lagi dong."Runtut Marshall .

Refleks Yevan menyikut dada Marshall dan berjalan lebih dulu tanpa menunggu Marshall dengan rasa nyeri nya.

Yevan masuk melalu pintu pintas yang berada di sebelah utara lobi utara,Pintu tersebut adalah jalan paling  cepat untuk ke kelas Yevan sendiri.

"Yev ...."Seseorang memamnggil nya dengan Nada Manja.

Yevan berbalik menoleh mendapati seorang perempuan berbadan sintal dengan tinggi 168 cm dan rambut panjang sepunggung berwarna merah kecoklatan.

Ia adalah Rachel, Mereka tidak ada hubungan serius namun bukan berarti Rachel tidak mengharap kan posisi terbaik di hidup laki-laki tampan dan kaya seperti Yevan.

"Ada apa ?"Tanya Yevan dengan alis naik satu.

"apa kamu bisa temani aku nanti siang ke kantin?? Brazel dan Fitri enggak masuk hari ini."Kata Rachel tanpa basa-basi,tak lupa ia memainkan jemari nya di hadapan Yevan.

Yevan menggaruk daun telinga dengan Jari kelingking ,berpikir sesuatu.

"Bagaimana ya,"Ujar Yevan.

"Tolong lah aku enggak bawa bekal hari ini."Kata Rachel.

"Memang nya kapan kamu pernah bawa bekal ??"Tanya Yevan membuat perempuan itu menggigit bibir bawah nya.

"Tap—"

"Lihat aja nanti kalau aku enggak keluar berarti aku sibuk, Kalau aku keluar berarti aku bisa nemanin kamu."Gumam Yevan acuh.

Lantas Ia melanjut kan perjalanan nya ke kelas.

"Jadi Yev ... kamu juga belum kenal dekat dengan perempuan yang kamu bonceng tadi??"

di sela-sela kelas pun Marshall masih gencar menanyai Yevan perihal Airen ,Yevan yang jengah memutuskan untuk memakai Headphone yang setiap hari Ia bawa.

Marshall mengerucutkan bibir nya seperti Seorang perempuan yang merajuk karena batal kencan.

"Michelle Airen ... dia membuat aku tertarik ... padahal tidak ada yang mencolok di dalam diri nya .... "

Yevan tak sengaja mengkhayal sosok Airen yang baru saja Ia temui ,Dagu nya tertopang dengan tangan kokoh nya.

"Dia udah punya pacar  atau belum ya ...." Gumam Yevan.

Marshall menoleh dan menyikut lengan Yevan agar melepas Headphone nya ,Karena sekarang seluruh mata memandang nya.

"A-apa?"Tanya Yevan polos.

"Yevan ... kamu enggak nyimak materi yang saya jelaskan ??"Tanya Dosen yang mengisi kelas Yevan.

"Nyimak kok Pak! nyimak!"Jawab Yevan Cepat.

"Beneran?? Tadi lagi bayangin siapa Van?"Tanya Dosen tersebut perlahan mendekati Yevan.

"Oh itu Pak, Saya lagi menghafal dialog  tugas Theater Pak,Minggu ini harus rampung Pak."Kata Yevan seperti Kancil yang berkelit.

"Sini Headphone nya."Kata Dosen tersebut.

Yevan menghela napas panjang, Bukan masalah tak mempunyai uang untuk membeli Headphone baru. Namun Ia malu mengatakan kepada kedua orang tua nya jika Headphone nya di sita oleh dosen karena Ia mengkayal tentang perempuan.

tidak akan pernah lagi Ia mengulangi hal yang sama.Dengan berat hati Ia menyerah kan Headphone tersebut dan melanjut kan pelajaran yang di berikan oleh Dosen itu.

🍓🍓🍓

"Kamu benaran akan menemani ku makan siang??"Tanya Rachel saat melihat Yevan keluar dengan kotak bekal nya.

Yevan tak menjawab pertanyaan itu melainkan langsung duduk di salah satu kursi kantin,Yang sedang kosong.

"Cepat pesan makanan."Kata Yevan dengan acuh, Ia membuka kotak bekal nya dan merobek Roti tawar yang di bawa nya.

"Kamu bawa bekal ? bagaimana kalau besok kita makan bekal bersama ?"Tanya Rachel.

"Cepat pesan makanan,"Ujar Yevan lagi .

Mau tak mau Rachel pergi ke meja pemesanan ,Meninggal kan Yevan yang sedang sibuk menikmati bekal nya.

Tanpa di sadari di ujung kantin duduk lah Sosok Airen dengan Laptop nya yang berdiri tegak

cukup memakan waktu yang lama untuk Yevan menyadari bahwa di sana  ada Airen.

Yevan mengemasi Bekal nya dengan cepat dan menghampiri Airen ,Meninggal kan Rachel yang masih mengantre di meja pemesanan.

"Hai ...."Sapa Yevan agak canggung.

Airen mendongak, dan menatap bingung Yevan yang tiba-tiba berdiri di hadapan nya.

"Kamu bawa bekal tapi masih makan di kantin??"Tanya Airen.

Yevan menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

"Duduk,"Ucap Airen.

"Kamu lagi apa?? kok ke kantin bawa Laptop segala ... btw kamu ambil jurusan apa??"Runtut Yevan.

"Aku enggak lagi ngapa-ngapain ,Cuma ngedit naskah aja ... Aku ambil jurusan pendidikan Satra Prancis,"Ujar Airen.

"Hmm ... suka negara Prancis?"Tanya Yevan.

Airen mengangguk pelan tanpa melihat Yevan.

"Enggak heran sih ... kamu emang cocok belajar tentang negara Romantis itu,"

"Hah?! "

" Maksud nya Prancis kan negara nya bagus ... banyak tempat-tempat yang buat mata enggak ngedip ... seperti mu."Jawab Yevan.

"Tunggu ... maksud mu apa? Aku enggak ngerti ...."Gumam Airen.

"Lup—"

"YEVAN!!KAMU KOK NINGGALIN AKU SIH , KAMU MALAH NEMENIN DIA!!"

Rachel tiba-tiba saja memukul bahu Yevan dan duduk di salah satu kursi, Menghadap mereka berdua.

"Ngeselin tau gak!"Ketus Rachel.

"Lagipula kamu udah di sini ... sudah makan makanan mu ."Kata Yevan. Acuh.

"Nyebelin banget sih,"Ucap Rachel.

"maaf ya kalau aku ganggu kalian."Gumam Airen.

Yevan mengibaskan tangan nya dengan maksud bahwa itu tidak benar

Rachel mengedik kesal melihat Yevan yang begitu perhatian dengan Airen.

"Kamu enggak pesan makanan??"Tanya Yevan memecah kan kecanggungan Airen.

"A-aku udah pesan makanan tadi,"Ucap Airen Tercekat.

"Enggak mau pesan lagi??"Tanya Yevan.

Airen menggeleng pelan.

"Udah lah aku makan sama Marshall aja!"Rachel mengangkat nampan nya dan berlalu pergi dari meja mereka.

▭⎼▭⎼▭⬚۪۪❁۫۫᭢₍☁⁾۪۪❁۫۫᭢⬚▭⎼▭⎼▭

"Kenapa kamu suka minum Americano? "Tanya Yevan di sela-sela keheningan.

"Enak,"Ucap Airen.

"Oh iya lupa, kapan kamu pindah ke sini?? baru aja atau udah lama??"Tanya Yevan lagi.

"Aku baru 3 hari di sini,"Kata Airen.

"Orang baru, berarti kamu harus aku temani biar enggak nyasar."Gumam Yevan dengan senyum khas nya.

Senyum dengan kedua dimple yang menghiasi pipi nya,membuat Airen terdiam sebentar

"Aku bisa ingat alamat dengan cepat."Gumam Airen.

"Aku enggak tanya tentang alamat tapi tebengan ...."Gumam Yevan lagi.

"Woi Yevan!! Udah masuk ngapain masih disini?! ayo ke kelas!"Sebuah panggilan membuat Airen ikut menoleh.

Di ujung sana, Berdiri lah Marshall dengan wajah garang nya. Mungkin karena takut di hukum oleh Dosen yang akan mengisi kelas.

Yevan mengacak pelan rambut  Airen dan pergi mengikuti Marshall keluar dari Area Kantin.