Kenan memejamkan matanya tapi dia belum benar-benar tertidur terlebih lagi dia tahu jika istrinya sedaritadi tak henti menggulingkan badannya ke kiri, ke kanan, ke depan. Jesica benar-benar dibuat tak bisa tidur karena kepikiran anaknya. Ini sudah pukul 2 malam dan pikiran itu masih mengganggu.
"Belum tidur sayang?" Kenan memiringkan badannya, dengan salah satu tangan merangkul pinggang istrinya.
"Aku lagi coba tidur."
"Udah jangan terlalu dipikirin.. " Suara Kenan terdengar jelas didekat telinga istrinya.
"Siapa ya Mas orang yang tega berbuat jahat sama Jay?padahal selama ini Jay ga pernah punya musuh."
"Mas lagi cari sayang...." Kenan semakin merapatkan badannya untuk memeluk istrinya. Jesica yang masih memunggungi Kenan hanya diam saja dengan pemikirannya mengenai sang penjahat.
"Sayang... kamu jangan ikut-ikutan terlalu sedih atau banyak pikiran. Kamu harus sehatin Jay. Kalo kamunya sakit Jay bisa mikir yang aneh-aneh. Urusan nyari orang jahat itu biar Mas. Tugas kamu bikin Jay sehat, bikin dia seneng aja. Mas juga takut sayang berita ini bikin Jay balik lagi kaya dulu."
"Dia syok Mas.. "
"Udah semuanya beres kita bawa dia lagi ke dokter."
"Mas Jay ga bisa dipaksa kalo kita nyuruh gitu dia pasti mikirnya ada sesuatu.."
"Kamu bujuk-bujuk kek disana."
"Aku liat dulu kondisinya kalo emang aneh lagi baru aku mau ajak dia ke dokter."
"Kamu hati-hati ya disana, kalo ada apa-apa telepon Mas." Kenan mencium punuk leher belakang istrinya.
"Iya Mas.. "
"Sini liat Mas.." Kenan menyuruh Jesica merubah posisinya. Jesica menggulingkan badannya ke kanan dan menatap lurus. Dilihatnya Kenan sudah berada di depannya.
"Ga usah nangis-nangis lagi oke, kita yang harus kuat. Mas mana tega liat istri sama anak Mas nangis di waktu bersamaan. Mas bakal bikin orang itu bayar lunas buat setiap air mata kalian."
"Mas jangan jahat-jahat..."
"Mas ga jahat, Mas pingin ngasih pelajaran aja." Ucapan Kenan tadi sempat membuat Jesica terharu. Kenan memang suami dan ayah terbaik. Sebagai hadiah Jesica segera mencium bibir suaminya. Menarik punuk leher Kenan agar semakin dekat. Tiba-tiba terdengar suara dentuman kencang membuat mereka menghentikan aksinya.
"Mas...apa itu?"
"Biar Mas yang liat.."
"Aku ikut." Jesica tak mau ditinggalkan mereka pun segera keluar kamarnya. Menyalakan setiap lampu diatas. Kini mereka turun kebawah dan alangkah terkejutnya mereka ketika melihat Jay mundar-mandir di dekat tvnya.
"Abang?Abang belum tidur?"
"Aku ga bisa tidur. mata aku ga mau merem mom.." Jay terus mundar-mandir seperti orang cemas. Jesica melihat ke arah lain. Dimana tv nya sudah rusak dibawah lantai.
"Abang lempar ini?"
"Iya..maaf. Aku rusakkin tv nya lagi. Aku...aku sebel foto aku ada di dalam sana."
"Mommy bilang jangan liat tv."
"Aku ga tahu mom, aku ga tahu...." Jay kini berjongkok menenangkan dirinya sendiri.
"Abang...abang tenang, kenapa?ada apa?" Jesica mengikuti gerakan anaknya.
"Ada orang ngetuk pintu kamar aku, a..aku buka orangnya ga ada. Di...dia panggil nama aku, aku Ki..kira itu Kay, i..itu Daddy. Aku turutin...suaranya ke..ke bawah. Tv nya...nyala. Tv-nya liatin wajah aku mom..A..aku ga suka." Jay dengan penuh getaran saat menceritakannya membuat Kenan dan Jesica terkejut. Apa ada orang yang menyelinap?. Kenan segera berlari ke depan. Terlihat pintunya sudah rusak parah artinya ada seseorang masuk. Dia berlari lagi menemui satpam rumahnya yang terlihat tergeletak di depan pintu pagar.
"Pak..pak..." Kenan memanggil. Sepertinya dia pingsan. Kenan segera memanggil Kay untuk membantunya membawa kedua satpam ke dalam rumah.
"Kris udah turun?"
"Udah dad, udah mommy bawa."
"Bikinin teh hangat ya sama bawa kayu putih."
"Iya dad.." Kay segera masuk mengambil barang suruhan ayahnya. Tidak lama dia kembali lagi. Kenan mencoba membuat satpamnya sadar dan beberapa menit kemudian keduanya siuman. Mereka menceritakan yang terjadi pada tuannya itu, tepatnya menceritakan penyebab mereka berdua tersungkur dibawah tanah.
"Ya udah kalo masih pusing istirahat aja dulu di kamar belakang ya, nanti biar saya suruh orang lain buat jaga rumah. "
"Iya pak makasih."
"Saya tinggal dulu ya, saya mau cek CCTV. Kalo perlu apa-apa ke dapur aja." Kenan meninggalkan kedua security-nya. Kini dia mengamati CCTV yang terpasang di rumahnya. Benar saja ada 2 orang berpakaian serba hitam menyelinap masuk kedalam rumahnya. Dia simpan rekaman itu sebagai barang bukti untuk laporannya nanti.
"Mau pada tidur disini?" Kenan sudah keluar dari ruangannya. Dia melihat keluarganya masih berkumpul diruang tengah bahkan Kris terbangun dan memilih diam dalam pangkuan abangnya Kay karena Jesica masih sibuk menenangkan Jay dalam dekapannya.
"Abang tidur, Udah mau pagi ini..."Jesica mengusap pelan rambut anaknya.
"Coba Abang duduk yang bener, Daddy mau ngomong." Kenan menarik kursi terdekat lalu duduk dihadapan Jay.
"Bang, Daddy tahu Abang takut, Abang panik. Ini pertama buat Abangkan?untuk awal-awal Daddy maklumin tapi kayanya ini udah keterlaluan ya bang?"
"Orangnya ganggu aku dad..."
"Iya orangnya ga cuman ganggu kamu. Ganggu Daddy, ganggu mommy, ganggu Kay, ganggu Kris juga. Abang seneng ga?"
"Engga."
"Dulu kalo Abang ga seneng biasanya ngapain?marah ya?kesel ya?ga suka keluarganya diganggu. Kakak diganggu aja Abang berani berantem sama David. Mommy dijelek-jelekkin aja Abang berani ya mukul Dirga. Kok sekarang Abang jadi gini?ini bukan apa-apa bang. Abang udah dewasa. Badannya aja gede gini." Kenan memuji-muji anaknya sementara Jay masih bingung kemana arah pembicaraan ini berakhir.
"Besok-besok kalo ketemu orangnya, terus orangnya ganggu Abang lagi, ngetuk-ngetuk pintu lagi samperin aja, seret kedepan Daddy kalo perlu pukul aja sama abang."
"Nanti tangan aku dipotong malaikat."
"Kalau buat kejahatan iya dipotong, inikan buat kebaikan. Kita tangkep sama-sama penjahatnya. Biasanya Abang kuat. Sambil nunggu persiapan pergi kita sama-sama hadepin penjahatnya. Penjahatnya seneng kalo Abang takut..Ya?nanti Kay juga bantuin. Anak-anak Daddy kan badannya pada gede-gede, pada kuat-kuat. Abang tahu ga?Daddy liat CCTV penjahatnya ah...ga ada apa-apanya. Badannya pendek, kurus, kecil, Liat Abang juga palingan takut. Dia cuman modal nakut-nakutin." Kenan terus menyemangati anaknya agar lebih berani. Kini dengan kedua tangannya dia memegang keras bahu Jay.
"Abang berani ya?orang dewasa itu ngadepin masalah. Sekarang Daddy kasih pelajaran buat Abang kalo mau jadi dewasa. Kemarin Abang makan udah ga mau pake sereal sekarang tahap kedua nih, jadi lebih berani. Mau?" Kenan membuat Jay berpikir sejenak. Dia masih diam tertunduk. Memainkan tangannya yang sempat gemetar tadi.
****To Be Continue