Sudah setengah jam lalu Kiran memompa ASI ya yang terus keluar. Mungkin sudah hampir 2 botol ASI yang dikeluarkan. Kay ada disana menemaninya. Meskipun Bayi-bayinya tak ada tapi ASI itu masih saja keluar. Kemarin mereka sudah mengunjungi dokter dan memang beberapa minggu mungkin ASI masih saja aku keluar. Jujur saja Kiran pun merasakan tak nyaman pada payudaranya jika ASI itu tak sampai keluar. Kebetulan tetangga yang hanya terhalang 3 rumah memiliki bayi sehingga Kiran mendonorkan ASI miliknya. Tentu saja sebelum melakukannya Kiran memeriksakan diri ke dokter.
"Udah.." Ucap Kiran dan memberikan botol ASI itu pada Kiran dan dengan cepat Kay menutupnya. Setelah itu dia menemui Marsha karena ibunyalah yang mengurus selanjutnya. Kay kembali lagi dan melihat Kiran berbaring. Entahlah wajahnya tak bisa ditebak antara sedih atau lelah.
"Ehm...Hari ini Jay resmi gabung SC. kita ke kantor ya."
"Iya.." Jawab Kiran dengan suara kecilnya.
"Tapi kalo kamu sakit, aku bisa ngucapin selamat lewat telepon."
"Engga, aku ga sakit."
"Mau apa sayang?aku cariin." Kay segera menghampiri Kiran. Dia ikut berbaring. Meletakkan dagunya diatas pundak istrinya.
"Aku ga mau apa-apa. Makasih."
"Aku pijitin ya..."
"Engga. Ga usah. Aku ga papa."
"Sini dong hadepnya." Kay menarik badan Kiran membuatnya berguling kearah dimana Kay berada. Setelah itu Kay berbaring kembali dan mendekap istrinya.
"Masih ngantuk?"
"Acaranya jam berapa?"
"Nanti siang tapi kalo kamu ngantuk, tidur aja dulu."
"Aku ga ngantuk kok..."
"Aku nyalain tv ya.." Kay meraih remotenya dengan satu tangan lalu menekan tombol power seketika munculah gambar di layar kacanya.
"Eh udah lama ga nonton Drakor." Kay teringat sesuatu. Kini dia mencari sebuah drama Korea yang entah seru atau tidak yang jelas itu kesukaan istrinya. Kiran lebih mendekat, memeluknya lagi.
"Bantalnya aku tambahin sayang.." Kay menarik bantal untuk nya agar lebih tinggi sehingga Kiran bisa tidur di dadanya dengan nyaman.
"Aku udah ajak Ayah, bunda, sama Rafi. Mereka mau ke Bali."
"Pasti, mereka pasti seneng."
"Kamu juga harus seneng dong."
"Aku seneng."
"Sehabis dari Bali kita ke Australia. Kita tinggal disana sampe aku lulus terus balik lagi."
"Kalo kamu pingin disana kita bisa menetap disana."
"Engga. Semua keluarga, kerjaan aku sama kamu disini kecuali nanti kamu sendiri yang bilang pingin disana."
"Aku ga tahu mau ngapain."
"Bikin vlog lagi atau...bikin blog tentang fashion sayang, atau...kalo kamu pingin bikin usaha, bikin aja. Aku yang modalin."
"Kamu tuh ga kerja tapi banyak duit." Kiran memukul pelan Dada suaminya.
"Kata siapa ga kerja?aku tuh kerja cuman ga keliatan."
"Masa?"
"Gini-gini juga aku mikirin cafe kok.."
"Emang berapa sih keuntungan dari cafe kamu sampe bisa modalin aku?"
"Ga penting berapanya kalo kamu mau, aku bisa usahain apapun."
"Aku ga mau kamu ngutang ke Bank."
"Mana ada. Kartu kredit aja aku ga punya."
"Tapi kayanya aku masih punya uang. Uang bulanan kamu aja kadang masih nyisa banyak. Kalau diakumulasi bisa bikin usaha kecil-kecilan.."
"Ga usah sungkan pake uang aku. Semuanya punya kamu."
"Aku bukan cewek matre yang porotin uang cowoknya."
"Kamu istri aku. Aku kerja buat siapa?buat kamu."
"Makasih.." Kiran memperat pelukannya sebentar.
"Ngomong-ngomong habis dari SC kita kesalon yuk.."
"Ke salon dulu baru ke SC."
"Ya udah ayo ke salon.."
"Dasar cowok centil." Kiran menyentil telinga Kay.
"Kok centil?."
"Ngapain ke salon segala?"
"Buat kamu sayang, aku paling ikutan cukur rambut atau rambut aku diwarnain?"
"Jangan. Norak banget.."
"Aku juga pingin di facial, wajah aku kayannya kotor banget butuh perawatan." Kay memegangi wajahnya membuat Kiran melihat keatas.
"Ih..beneran deh kamu lebih centil dari aku."
"Kamu juga harus di facial sayang, jadi daripada aku diem ya aku juga ikut perawatan. Sekalian juga Pedicure, manicure gitu..."
"Aku boleh potong rambut ga?"
"Segimana?"
"Pendek."
"Engga."
"Kenapa?"
"Aku suka kamu rambut panjang."
"Tapi aku pingin potong rambut.."
"Dikit aja, rapihin ga usah dipotong banyak."
"Bentar lagi sampe pantat loh rambut aku."
"Ya udah seperempatnya aja potong, ga usah pendek."
"Kenapa sih harus rambut panjang?"
"Aku tuh paling seneng liat kamu diiket gitu. Kalo pendek ga bisa diiket. Aku ga setuju. Lagian tambah panjang bagus loh sayang, kaya duyung gitu." Kay membuat Kiran tersenyum.
"Duyung, duyung, giliran pup susah." Celotehan Kiran membuat Kay tertawa. Senang juga mendengar Kiran bisa bercanda sekarang.
"Ya..ya...jangan dipotong pendek."
"Oke tapi ada syaratnya."
"Apa?"
"Tumbuhin kumis kamu."
"Kok tumbuhin?ga rapi nanti sayang."
"Aku pingin liat kamu kumisan."
"Kaya lele nanti.." Kay membuat Kiran tertawa kecil.
"Ya cobain dulu."
"Duh..ga kebayang. Kumis ajakan?jenggot ga usah?"
"Iya kumis aja. Pokoknya ga boleh dicukur sampe aku bilang cukur."
"Iya engga. Aku tumbuhin kumis dan kamu ga boleh potong pendek. Deal?"
"Deal.." Kiran dengan lantang.
"Ya udah yuk, siap-siap.."
"Bentar dong lagi enak nih."
"Enak?emang diapain?" Kay senyum-senyum.
"Apa sih?maksudnya lagi nyaman."
"Sayang...jangan sedih-sedih ya..." Kay mencium puncak kepala istrinya lalu satu tangannya meraoh menyentuh tangan Kiran yang ada di dadanya.
"Aku tahu ini berat. Aku juga sama sedihnya. Kemarin-kemarin aku bahkan ngerasa kaya ga hidup karena aku sendirian tapi sama kamu, aku ngerasa lebih tenang. Lebih kuat. Aku ga papa kamu mau nangis, aku ga papa kamu mau marah tapi udahnya aku pingin kamu senyum lagi. Tiara bilang itu adalah hal yang wajar. Ga mungkin orang sedih ga nangis. Orang jatuh aja bisa nangis apalagi kehilangan seseorang yang kita sayang buat selama-lamanya."
"Iya... Aku udah jauh lebih tenang kok. Aku udah ikhlas kalo anak aku ga ada. Aku cuman butuh waktu buat ga mikirin itu."
"Iya sayang. Pelan-pelan aja, aku juga sama kok masih suka kepikiran."
"40 hari nanti apa boleh acaranya dirumah kita?"
"Boleh banget. Rumahnya lagi di cat sesuai sama warna yang kamu mau. 3 hari lagi kita liat ya. Kalo barang-barangnya mungkin ada yang datang langsung ada yang harus nunggu sayang."
"Tempat tidurnya?"
"Semingguan lagi sayang. Aku udah suruh pak Teja telpon aku kalo ada barang datang jadi kita bisa langsung kesana deket ini.."
"Kita belum kasih tahu ayah sama bunda, mommy sama Daddy."
"Nanti aku kasih tahu sayang, sekalian kita pindahan. Sekalian kita syukuran rumah barunya plus doain anak-anak kita."
"Kenapa kamu milih disana?"
"Supaya kalo kamu marah, kaburnya ga jauh, jadi aku ga khawatir."
"Mikirnya kok gitu?"
"Kamu kan suka gitu. Tahu-tahu pergi aja. Sifat kamu tuh.."
"Aku ga kabur, aku paling cuekin kamu."
"Iya, terus ga ngomong. Diem...terus."
"Tapi aku ga suka ya Kay sama sifat kamu yang suka motong pembicaraan aku. Ga sopan."
"Iya, pelan-pelan aku berubah."
"Ya udah ayo, udah jam segini. Ke salon dulukan?" Kiran bangkit dari tidurnya.
"Iya sayangku, cantikku, manisku." Kay ikut terduduk dan mengecup pipi Kiran sebelum beranjak ke kamar mandi.
***To Be Continue