WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa harap kebijaksanaan pembaca.
"Masa sih kak?" Jay tak percaya.
"Mau kakak anterin ke dokter?"
"Tapi temen aku bilang aku..."
"Kayanya kalo dari cerita kakak kamu, dulu emang kamu butuh itu tapi setelah kakak ketemu kamu kayanya engga kok bukan berarti temen kamu salah."
"Gara-gara ini aku putus sama pacar aku kak.."
"Kamu masih sayang?"
"Iya, aku nunggu jadi pacarnya aja sampe 7 tahun."
"Kakak punya cerita lagi. Kakak pernah suka sama perempuan dulu dan karena dulu kakak susah kakak juga ga berani bilang suka sementara dia orang kaya mana bisa kakak nurutin semua yang dia mau jadi kakak biarin aja dia sama orang lain dan kakak bertekad bakalan jadi pria yang lebih baik lagi saat ketemu dia nanti nah benerkan sekarang kakak punya ini itu meskipun ga bisa dibilang kaya tapi menjadi lebih baiklah. Begitupun kamu sekarang kamu fokus perbaiki diri kamu aja dulu jadi nanti kalo suatu hari kamu udah lebih baik dan ketemu dia lagi mungkin dia yang nyesel tinggalin kamu."
"Tapi kakak udah ketemu sama perempuan itu lagi?"
"Belum dan kakak ga pernah berharap lagi karena kakak udah nemu perempuan lain yang bisa nerima kakak dengan keadaan kaya gini." Dariel sambil melihat ke arah Ara yang masih sibuk dengan masakannya.
"Apa aku bisa gitu?"
"Bisa. Kamu pasti bisa, kakak dukung kamu."
"Aku udah salah sama Daddy." Jay mulai menyadari kesalahannya.
"Minta Maaf aja."
"Aku udah bilang benci Daddy padahal dia orang pertama yang nyusulin aku ke Jogja waktu aku putus sama Tiara. Daddy yang nemenin aku."
"Tuh kamu beruntung punya Daddy kaya gitu."
"Iya, aku harus minta maaf sama Daddy." Jay mulai tersenyum lagi.
"Habis pulang dari sini minta maaf ya.."
"Makasih."
"Iya sama-sama. Kayanya kakak kamu udah selesai tuh mending kita cuci tangan dulu." Dariel mulai bediri bersama Jay untuk membersihkan tangannya sebelum masuk untuk makan.
****
Ara dan Jay baru saja sampai rumah mereka tepat jam 9 malam dan begitu masuk suasana rumah tampak sepi.
"Jay inget loh jangan bilang apapun. Awas ya kamu kalo comel."
"Iya kak engga.."
"Ya udah sana tidur.."
"Aku mau ketemu Daddy." Jay membuat Ara menghentikan langkahnya saat akan membuka pintu.
"Yakin?mau kakak temenin?"
"Engga, ga usah.."
"Tumben, udah sadar sekarang?" Ara malah mengajak bercanda.
"Dibanding kak Dariel aku masih beruntung punya Daddy."
"Dia ngomong apa aja?"
"Ini urusan cowok, kakak ga boleh tahu." Jay kini sudah bisa menggoda kakaknya.
"Ish...apaan sih buruan bilang."
"Tanya aja kak Dariel.."
"Sstt..jangan sebut-sebut nama itu dirumah." Ara dengan telunjuk dibibirnya sementara Jay hanya tertawa kecil lalu berjalan ke arah kamar orang tuanya. Perlahan dia mengetuk kamarnya.
"Eh Jay, baru pulang?kakak mana?"
"Iya mom, kakak udah masuk kamar.."
"Ya udah kamu juga istirahat sana."
"Daddy lagi apa?"
"Daddy lagi tidur.."
"Daddy sakit?"
"Engga kok.."
"Ya udah selamat malam mom.."
"Malem.." Jesica menutup pintunya dan menghampiri Kenan yang entah tertidur entah tidak diranjangnya.
"Mas..." Jesica mengusap lembut kepala Kenan.
"Hm.." Kenan menyahut dengan mata terpejam.
"Jay nyariin tuh.."
"Besok lagi aja udah malem dia juga cape baru pulang."
"Mas..ngobrol dong sama Jay.."
"Iya Mas bilang kan besok."
"Aku kan cuman nanya, kok Mas jadi kesel sama aku juga sih."
"Eh engga kok sayang, Mas ga kesel sama kamu." Kenan langsung membuka matanya dan melihat Jesica yang langsung memejamkan matanya.
"Maaf..." Kenan mengangkat badannya sedikit untuk memandang istrinya lalu dengan satu tangannya kenan menarik dagu Jesica lalu menciumnya. Jesica yang merasakan sentuhan itu pun membalasnya.
"Sejak ada masalah Jay Mas cuekin aku .." Jesica melingkarkan tangannya leher suaminya itu.
"Iya maaf sayang.."
"Udah dong Mas, Jay ga maksud gitu. Dia cuman lagi sedih aja ditinggal Tiara. Mas kan tahu dia suka sama Tiara sampe segimananya."
"Tapi gara-gara Mas Jay gitu." Kenan menundukkan kepalannya.
"Engga. Jangan nyalahin diri sendiri Mas, emang harus kejadiannya gitu lagian selama ini Mas udah ngerawat dia dengan baik kok. Segala sesuatu yang baru pertama kali Jay alami pasti buat dia bingung, jadi sikapnya ya begitu Mas, Contohnya aja ada istilah yang baru dia denger dia nanya-nanya teruskan?cara ciumanlah bikin anaklah..Ini bener-bener karena Jay baru pertama kali patah hati aja Mas. Harusnya Mas kasih arahan dong jangan didiemin."
"Tapi tetep aja Mas ngerasa bersalah." Kenan bangkit lalu duduk. Jesica pun mengikuti gerakan suaminya.
"Mas..kalo Mas ngerasa bersalah tolong dong benerin dia ga akan ngaruh apapun kalo gini." Jesica memberikan nasihat lagi tapi Kenan belum menjawab. Kini Jesica naik kepangkuan suaminya agar mereka saling berhadapan.
"Mas ga kasian apa sama anak-anak?sama aku?Ga baik loh Mas ngasih contoh gitu, aku juga ga nyaman liat kondisi kaya gini dirumah, aku ini lagi hamil anak Mas.." Kali ini Perkataan Jesica membuat Kenan sadar mungkin sikapnya membuat Jesica juga cemas dan itu tak baik untuk kehamilannya.
"Besok kita jalan-jalan kamu jangan stres."
"Aku ga butuh jalan-jalan Mas, aku cuman pingin Mas baikan sama Jay."
"Iya sayang besok pasti Mas baikan sama Jay." Kenan mulai tersenyum lagi kali ini.
"Kepala aku sakit mikirin ini.."
"Besok kita pergi ya, karena kata dokter kamu belum boleh pergi jauh-jauh jadi mending jalan-jalan aja kemana kek seharian berdua. Mas juga bosen dirumah."
"Iyalah 2 hari Mas dikamar mulu. Mobilnya Jay gimana Mas?"
"Mas lagi mikirin dulu ya sayang apa Jay aman dikasih mobil."
"Terus dia ke kampus?"
"Nanti Mas yang anterin."
"Nanti pulangnya aku jemput Jay."
"Jangan, Pak Kahar aja bawa mobil Mas. Kamu jangan bawa-bawa mobil dong sayang.."
"Ya udah Mas kerja pake mobil aku aja, itu mobil baru ga pernah dipake."
"Iya sayang.."
"Nah gini dong, aku ga suka ya Mas murung-murung gitu."
"Kalo gitu....main yuk sayang, Mas udah lama nih ga keluar udah mau 4 bulan juga jadi aman dong.." Kenan mulai nakal dengan memasukkan tangannya kebalik baju Jesica.
"Pake selimut ya Mas dingin.."
"Ntar pasti ga dingin lagi.." Kenan menggoda lalu mencium istrinya dengan hangat untuk mencairkan suasana yang sempat tegang kemarin-kemarin. Perlahan Jesica menarik baju Kenan ke atas lalu mendorongnya untuk berbaring tanpa melepaskan tautan mereka. Kenan pun sama melepaskan baju Jesica keatas lalu meraba-raba sampingnya untuk meraih selimut yang diinginkan Jesica tadi. Percintaan panas dalam suasana dingin itu pun dimulai.
****To be continue