Makan malam kali ini Kenan lakukan direstoran Jesica bersama anak-anaknya. Hari ini ada yang spesial jadi mereka memutuskan untuk makan malam diluar.
"Dad..aku mau nonton konser ya besok."
"Sama siapa?"
"Sama Dariel."
"Dariel?manager keuangan itu?"
"Iya.."
"Kamu deket sama dia kak?"
"Engga dad, kita cuman rekan kerja aja nah kemarin dia cerita dia punya tiket penyanyi favorit aku jadi mana mungkin aku tolak."
"Ya udah hati-hati."
"Kay katanya mau kenalin Kiran ke mommy."
"Iya mom tapi kemarin ga sempet mommy kan pergi tadinya mau aku ajak kesini."
"Kenapa tadi ga diajak aja Kay?"
"Dia nya lagi pergi mom."
"Lagian tumben banget kita makan diluar." Ara merasa aneh.
"Pingin cari suasana baru aja supaya kalian ga bosen lagian jarang-jarang kan makan malem bareng ketemunya pasti sarapan aja. Kay sama kakak suka pulang telat paling Daddy sama mommy makannya ditemenin Jay."
"Jay gimana sama Tiara? baik-baik aja?"
"Kita baik-baik aja Kay."
"Kemarin ngasih hadiah apa?"
"Aku kasih Tiara gelang."
"Kamu kasih Tiara gelang?."
"Iya mom.."
"Tiara ulang tahun?"
"Engga dad, ya itu kan kencan pertama kita jadi aku pingin kasih hadiah aja."
"Kapan kamu belinya?"
"Waktu itu mom dianterin muel."
"Kayanya sifat romantis daddy nurun sama kamu."
"Kamu dapet hadiah?" Kay menggoda sambil berbisik kebetulan dia duduk tepat disamping Jay.
"Hm...aku malu Kay." Jay tak menjawab dengan pasti namun dari senyumannya jelas Kay tahu artinya.
"Sayang dengerin mommy.." Jesica membuat pengumuman dan seketika Ara, Kay dan Jay memperhatikan ibunya.
"Siap-siap tambah anggota keluarga baru ya.."
"Hah?mommy hamil?" Ara tak percaya sambil mengembangkan senyumannya. Jesica hanya mengangguk dan membalas senyuman Ara.
"Kita bakalan jadi Abang Kay.." Jay yang kali ini tak protes lagi tentang kehamilan Jesica.
"Udah berapa bulan mom?"
"Baru 18 minggu kak."
"Jadi jaga mommy ya, jangan bikin pusing mommy kasian Dede nya." Kenan ikut senang dengan respon anaknya.
"Aku bakalan jaga mommy." Jay sudah siap untuk melindungi ibunya.
"Aku penasaran cowok apa cewek."
"Emang Kay pinginnya apa?"
"Aku pingin punya adik cewek, cowok udah ada Jay tapi jangan nyebelin kaya kakak."
"Ish..enak aja.." Ara sambil menodongkan garpu.
"Kok mommy bisa hamil?emang hamil itu gimana caranya?" Pertanyaan Jay membuat Kenan terbatuk sementara Ara dan Kay hanya menyunggingkan senyum disudut bibirnya.
"Nanti Daddy kasih tahu tapi ga sekarang ya."
"Kenapa?cuman orang yang udah nikah ya yang boleh? tahu?"
"Engga juga, orang dewasa yang belum nikah pun boleh tahu."
"Kenapa Daddy bisa bikin mommy hamil?" Pertanyaan Jay membuat Kenan dan Jesica lebih bingung lagi untuk menjelaskannya.
"Jay denger kakak, Jay pernah belajar IPA kan dulu?nah disitu ada penjelasannya coba deh kamu cari bab sistem reproduksi manusia." Ara mencoba menjelaskan dengan ilmunya.
"Oh iya-iya nanti aku baca." Jay berhenti dengan pertanyaan anehnya saat mendengar jawaban Ara.
"Apa Mas bilang, Ara udah siap sayang." Bisik Kenan pada Jesica yang sempat khawatir karena Ara mengetahui kondisi Jay.
"Lagian Jay kaya gitu ditanyain.." Kay protes.
"Aku kan pingin tahu Kay."
"Pingin tahu kamu tuh banyak."
"Ya makannya aku tanya Daddy."
"Besok-besok kamu tanya lagi kenapa anaknya bisa keluar."
"Kay..." Jesica menegurnya.
"Jay tuh aneh-aneh tanya nya mom."
"Dia penasaran aja sayang." Jesica dengan lembut.
****
Ara POV
Aku sangat menikmati konser yang aku tonton kali ini karena ini memang yang aku inginkan. Taylor Swift membawakan setiap lagu yang aku suka. Aku senang melihat dia bermain gitar sambil bernyanyi. Sepanjang konser mataku juga tak henti diam-diam melirik Dariel yang tampak lebih tampan kalau sudah tak memakai setelan kantor. Hari ini dia memakai topi hitam dengan kaos putih yang dilengkapi jacket bomber warna hitam yang dia buka saat didalam. Dia itu orangnya asyik ternyata, meskipun dia tak terlalu suka Taylor tapi buktinya beberapa lagu dia tahu dan bernyanyi bersamaku. Orangnya juga tak jaim jadi aku suka pribadinya yang tak pernah takut terlihat jelek didepan wanita atau bahkan orang lain. Dariel dan aku terpaut 5 tahun mungkin sekarang umurnya sudah 26 tahun dan memang sifatnya lebih dewasa. Seringkali ketika debat dia menggunakan kata-kata yang halus untuk mengatakan bahwa dia tak setuju atau menolak sebuah ide dan mungkin karena itu juga orang-orang di kantor suka dengan kepribadiannya.
"Nih minum, udah habis kan tadi minumnya." Dariel memberikan aku sebotol minuman lagi. Ini sifat yang aku paling suka dari dia. Dariel itu pria yang sangat Peka.
"Ga papa emang?"
"Tenggorokan kamu nanti sakit udah nyanyi-nyanyi gitu ga minum." Dariel memaksa dan aku pun segera minum karena memang aku haus.
"Panas ya.." Dariel mencoba mengibaskan tangannya dekat wajahku.
"Ga papa, emang gini kan." Aku sudah biasa dengan suasana konser.
"Maaf ya tiketnya bukan tiket VIP."
"Ih ga papa kok Riel, segini juga makasih udah ajak aku kesini."
"Iya sama-sama." Dariel sambil tersenyum dan tak lama sang penyanyi muncul lagi. Kali ini membawakan lagu favoritku love story. Aku pun tak tahan untuk tak bernyanyi. Selesai menonton konser kami beranjak keluar dan ternyata di luar hujan cukup lebat sementara kami sendiri lupa dimana kami memakirkan mobil saking banyaknya orang yang ada disini.
"Awas kehujanan.." Dariel tanpa bertanya langsung menutupi kepalaku dengan jaket yang dibawanya.
"Aku tadi yakin kok parkirnya daerah sini."
"Tuh..itu." Aku melihat tanda nyala pada sebuah mobil dengan segera kami berjalan kearah mobil itu dan masuk.
"Deras banget hujannya." Dariel menarik beberapa lembar tisu untuk mengelap lengan dan wajahnya yang basah setelah itu mulai menjalankan mobilnya.
"Suara aku habis kayanya besok."
"Nyanyinya semangat banget sih."
"Habis lagu-lagu nya enak semua."
"Mau beli minum lagi?aku cariin."
"Ga usah nanti aja."
"Laper ga?mau makan dulu?"
"Boleh.."
"Mau makan apa?"
"Jam segini kalo ga dipinggir jalan ya junk food."
"Emang mau makan dipinggir jalan?"
"Emang ga boleh?"
"Jangan deh.."
"Kenapa?"
"Nanti aku ditegur Pak Kenan bawa anaknya makan dipinggir jalan."
"Mana ada, Daddy aku ga gitu kali. Dia aja sama mommy masih suka makan dipinggir jalan."
"Kamu pinginnya makan apa?"
"Hm...Apa ya."
"Nasi goreng?aku tahu nasi goreng enak, kamu pasti nanti bakalan langganan."
"Boleh tuh.." Aku menyetujui pilihannyal dan kita pun pergi ketempat yang Dariel maksud. Sesampainya disana benar saja banyak orang yang mengantri untuk memesan nasi goreng namun sepertinya Dariel sudah akrab dengan penjualnya dengan cepat dia mengatakan apa yang ingin dia pesan lalu mengambilkan kursi untuk aku agar bisa duduk.
"Mau makan disini atau di mobil?penuh soalnya."
"Disini aja." Aku kemudian duduk dikursi yang sudah di bawakan Dariel tadi.
"Eh diem, ada bulu mata jatuh." Dariel membungkukan sedikit badannya untuk mengambil bulu mata tadi dan tanpa sengaja mata kami saling bertatapan.
**** To be continue