"....Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa probabilitas Kay Sabier Seazon sebagai ayah biologis dari Ansel Griffin adalah lebih dari 99,99%, oleh karena itu Kay Sabier Seazon tidak dapat disingkirkan dari kemungkinan sebagai ayah biologis Ansel Griffin.." Hanya dengan membaca kalimat itu Jesica sudah cukup dibuat jantungan. Kay yang duduk disana juga hanya bisa mematung sambil melihat ekspresi Kiran yang juga membaca surat hasil tes DNA itu. Kiran bahkan sama sekali tak menatap kearah Kay yang sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi nantinya.
"Ini data tentang Sachi bos." Mario langsung memberikan semua dokumen yang sudah dia rapikan dalam satu map. Alih-alih sibuk dengan hasil tes DNA, Kenan lebih memilih membaca dokumen itu.
"Aku males baca, coba kamu ceritain dikit gimana." Kay dengan suara lemas.
"Nona Sachi.."
"Ga usah pake nona.." Kay langsung meralat. Dia tak suka dengan panggilan itu.
"Sachi hamil 1 bulan setelah kejadian itu dan dia sempat direhab atas kasus narkobanya selama 6 bulan. Bersama temannya Wida dia akhirnya bebas dan menjalani hidup seperti biasa. Mereka tinggal disebuah kontrakan dimana sebulan setelahnya Sachi harus pindah lagi karena Wida yang saat itu membiayai Sachi meninggal dunia karena Overdosis."
"Skip yang itu, Aku pingin tahu kebagian anaknya."
"Sachi melahirkan disebuah rumah sakit dengan bantuan pemerintah dan itu menandakan dia sudah memiliki masalah ekonomi bos tepatnya sejak dia keluar dari penjara bahkan kuliahnya pun gak dia lanjutkan. Sepanjang 6 tahun itu tak ada tanda-tanda dia mencari-cari tuan Kay tapi dia lebih sibuk untuk bekerja. Dari rekam jejaknya dia sudah pernah melamar ke beberapa tempat bos.."
"Lalu anaknya siapa yang urus?." Tanya Kenan.
"Anak itu diurus oleh saudara Sachi yang bernama Yeni."
"Soal video itu gimana?." Tanya Kenan penasaran. Reno yang juga ada disana bingung.
"Saya menelurusi kematian dari alm. Wida. Sebelum meninggal yang bersangkutan sempat meminta bantuan seseorang untuk mencarikan handphonenya yang dia sembunyikan di hotel dan akhirnya dia mendapatkan Handphonenya kembali. Sepertinya video itu disimpan di HP Alm. Wida. Dari hasil penelusuran saya. Video itu sempat di share melalui sebuah pesan ke saudara Sachi dengan pesan-pesan berikut bos.." Reno yang entah mendapatkan data darimana tapi...history chat itu dia dapatkan. Kertas-kertas itu Kay lihat dengan seksama apalagi Kenan yang mendetail tak ingin melewatkan satu huruf pun. Disana banyak percakapan yang merujuk pada balas dendam pada Kay dan Ara.
"Saya mendapatkan Handphone yang bersangkutan yang dijual baru-baru ini bos. Jadi...sebelumnya Handphone Alm. Wida ini disimpan oleh Sachi."
"Apa videonya juga ada disana?."
"Ada bos, durasi 1 menit 3 detik."
"Kamu liat?."
"Bos mau liat?."
"Ga usah, saya tanya kamu. Apa ada hubungan fisik disana?." Tanya Kenan membuat Reno melirik kearah Kiran sejenak.
"Ga papa, bilang aja om.." Kiran sepetinya tahu apa yang dipikirkan Reno.
"Ada tapi hanya...hanya..." Reno ragu.
"Dia pegang punya aku aja kan? dan.lakuin blow.."
"Ga usah dilanjutin bang.." Jesica tak mau mendengarnya.
"Iya betul bos hanya itu.."
"Hanya itu?." Kay tak percaya. Itukan video yang dilihatnya tadi.
"Dari hasil penelusuran saya di Handphonenya, hanya ada satu video itu tapi memang ada banyak foto bos Kay disana tanpa busana."
"Kamu yakin? Sachi bilang dia punya kelanjutannya." Kay masih dibuat bingung. Tadi itu...apa Sachi menakut-nakutinya saja?.
"Yang saya temukan di Handphone Alm. Wida hanya itu bos kecuali...jika ada di Handphone Sachi."
"Kamu yakin bang ada kelanjutannya?."
"Tadi dia bilang gitu dad sama aku meskipun aku ga nonton lagi. Aku udah males tadi."
"Hm...dia sempet liatin fotokan ke kamu?."
"Iya, yang ini..." Kay menujukkan fotonya yang ternyata menjadi salah satu dokumen yang diberikan Mario.
"Kalo dia nunjukkin yang itu, kemungkinan besar seluruh foto, video yang dia punya bersumber dari HP Alm. Wida.." Kenan menyimpulkan.
"Tapi...kalo emang dari HP Wida hasil tes nya ga mungkin positif dad.." Kay sedih lagi dengan tes itu.
"Sebelumnya maaf bos memotong. Setelah bebas, Sachi pernah kedapatan check in di salah satu hotel dengan seorang pria. Tercatat 3 kali mereka check in di hotel yang sama."
"Siapa prianya?."
"Saya udah cek bos CCTV nya, saat ini kami sedang dalam proses analisa dikarenakan pria tersebut memakai masker dan topi jadi..kami masih butuh waktu untuk mengenali wajahnya." Mario menceritakan kendala yang dia hadapi. Kenan terdiam sejenak.
"Dad...apa Daddy ga curiga, Sachi yang ngarahin kita kerumah sakit itu." Kay teringat sesuatu.
"Nah...Daddy baru mau bilang itu. Apa udah dia setting kita harus tes DNA disana?."
"Kalo kaya gitu, berarti ada orang lain dad yang bantu dia." Kay seperti mendapatkan secercah cahaya dari keterangan Mario. Matanya sedikit berbinar tapi tidak dengan Kiran.
"Butuh waktu berapa lama kamu analisa wajahnya?."
"Kasih saya waktu dua hari bos.." Reno menjanjikan.
"Lusa malam saya pingin tahu hasilnya.."
"Siap bos.."
"Mario, coba telusuri hasil tes DNA saya di rumah sakit ini." Kay memberikan instruksi lain pada Mario.
"Oke.."
"Pastiin apa hasilnya sama dengan yang ini."
"Siap bos."
"Minggu nanti kamu ajak Sachi sama Ansel kerumah."
"Buat apa?."
"Bilang aja, kita bicarain soal pengakuan Ansel."
"Tapi dad..."
"Percaya sama Daddy, Daddy cuman pingin tanya-tanya sama dia.."
"I..iya dad.." Kay menurut.
"Sayang, undang Dariel sama kakak, Jay sama Tiara. Anak-anak kita harus ada ga boleh sampe kelewat."
"Tapi Mas..."
"Kita bikin ini seperti pertemuan resmi.." Kenan sudah punya rencana. Senyum jahatnya kini mulai mengembang. Tidak lama setelah itu Mario dan Reno pamit pulang disusul oleh Kenan dan Jesica sementara Kiran memilih masuk kamar menemani Keyla.
"Abang hati-hati ya. Ada apa-apa telepon mommy."
"Iya mom...maaf ngerepotin." Kay memeluk ibunya.
"Abang sabar, mungkin Ran butuh waktu.."
"Dia kayanya percaya kalo Ansel anak aku."
"Kalo Abang pingin tahu apa yang dipikirin daddy sekarang, hadapin aja. Mau beneran nanti Ansel anak kamu ya udah ga papa. Cukup tanggung jawab bang jangan bikin salah lagi. Daddy Sebenernya bisa tutup mulut semua orang pake uang Daddy supaya ga ngomong-ngomong sama Ran atau keluarganya, supaya hasilnya bagus tapi apa Abang bisa tenang?, tenang hidup dalam kebohongan?. Sekarang Abang jujur terus takut ditinggalin Ran? ya terus mau gimana?. Mau pake cara yang bener atau salah?. Daddy tahu, Abang nyuruh Mario gitu bukannya nyari pembenaran tapi kebenarankan?. Inget ya bang, gimana pun Ansel anak kecil yang ga tahu apa-apa. Jangan jadiin dia korban."
"Iya dad.."
"Ran lagi bingung sayang, sabar. Mommy udah bilang sama Ran apapun keputusannya jangan lupa sama Keyla. Jadiin itu pertimbangan, sama halnya sama kamu, pikirin Keyla."
"Iya mom, makasih."
"Ya udah mommy sama Daddy pulang ya.."
"Iya hati-hati dijalan."
"Mas Kris udah masuk kan?."
"Udah Mas.." Jesica sambil melihat Kris yang sudah duduk dengan mata terpejam dikursi belakang. Kini kedua orang tuanya pergi sementara Kay bergegas naik ke kamarnya. Ada pemandangan berbeda disana. Saat Kay membuka pintu dan mencari keberadaan Kiran, dia justru melihat istrinya sedang melipat baju Keyla dan juga baju milik dirinya sendiri.
"Kamu mau kemana?." Tanya Kay sambil mendekati Kiran.
***To be continue