"Malem Tiara.." Sapa Dirga dengan senyumannya.
"Malem kak.." Tiara sambil mengenakan safety belt nya. Kini Dirga mulai menjalankan mobilnya. Rupanya sejak kemarin malam Dirga menghubungi Tiara dan memintanya untuk bertemu sebentar. Tiara yang merasa tak punya masalah apapun akhirnya setuju lagian Jay pasti tak akan keberatan jika Tiara berkata jujur pergi dengan siapa. Dirga membawa Tiara kesebuah tempat favoritnya apalagi kalau bukan restoran burger. Tiara memang masih menggemari makanan cepat saji itu. Kini mereka berdua sudah duduk saling berhadapan.
"Aku baru tahu kamu di Jakarta."
"Udah beberapa bulan aku disini karena kerjaan."
"Jay juga aku denger udah gabung di perusahan ayahnya."
"Iya, waktu kak Ara lagi hamil jadi kak Ara cuti Jay diminta masuk."
"Kirain kamu kesini gara-gara ga mau LDR."
"Justru aku dulu baru Jay.."
"Langgeng juga hubungannya bahkan aku denger Jay mau ngelamar kamu."
"Kakak tahu darimana?"
"Waktu jengukin Ara, Tante Dena bilang.."
"Ya udah kak Dirga datang aja pasti mamah ngundang Tante Lala.."
"Emang boleh mantan ikutan?" Canda Dirga.
"Pertanyaannya dibalik, kenapa ga boleh?aku sama kak Dirga ga ada masalah begitupun Jay. Orang tua kita temenan jadi ga akan ada apa-apa."
"Masalahnya di aku. Gimana kalo aku sedih nyaksiin mantan sendiri lamaran." Ucapan Dirga hanya disambut senyum oleh Tiara.
"Ya kalo gitu jangan datang."
"Kok gitu sih?tadi diundang sekarang jangan datang."
"Kalo kita ngerasa belum siap ngehadapin sesuatu ya udah tunggu aja sampai kita siap. Apalagi sesuatu yang bikin kita kesal atau marah. Daripada kita maksain sesuatu yang ga mau kita lihat nanti malah bikin kacau."
"Aku siap kok. Aku cuman bercanda. Aku seneng kalo kamu sama Jay bisa hidup bahagia." Dirga sambil mengalihkan pandangannya pada burger yang ada di genggamannya.
"Aku jadi ga enak dulu pernah nyakitin kamu, mukul kamu. Aku nyesel Ra..." Dirga kali ini dengan sungguh-sungguh.
"Udahlah kak. Lupain aja. Sekarang kan semua udah baik-baik aja. Daripada kakak mikirin itu mending mikirin juga kebahagiaan kakak sendiri."
"Gimana aku bisa bahagia kalo kebahagiaan aku sama orang lain."
"Maksudnya?"
"Ara. Ara udah sama orang lain." Ucapan Dirga membuat Tiara terkejut. Bisa gawat kalau Dirga nekat menghancurkan hubungan calon kakak iparnya itu.
"Jadi...Kak Dirga masih suka sama kak Ara?"
"Aku ga tahu Tiara. Aku ga bisa lupain Ara gitu aja. Aku liat kamu sama Jay aku ikhlas tapi kalo aku liat dia sama Dariel aku...masih kepikiran."
"Kak inget loh kak Ara itu udah nikah." Tiara mencoba menyadarkan.
"Justru karena dia udah nikah bikin aku sedih."
"Kak, itu tuh bukan cinta namanya. Kalo cinta kak Dirga pasti bakalan seneng liat orang itu seneng."
"Terus apa?"
"Kakak iri sama kak Dariel. Kak Ara itu istri orang. Jangan bikin masalah kak. Ga kasian sama Tante Lala?sama om Dimas?bisa panjang urusan kalo mereka tahu apalagi kalo om Ken sampe denger."
"Terus aku harus gimana?mata aku tuh ga bisa berhenti merhatiin dia.."
"Coba deh selesain baik-baik. Apa masih ada yang ngegantung sama kak Ara?ga coba bilang?"
"Aku cuman pingin jalan sama dia aja Ra.."
"Jangan Kak, orang lain bisa berpikir yang engga-engga kalo kakak jalan sama istri orang."
"Kayanya cuman cara itu yang bisa bikin aku ikhlas. Aku cuman pingin nanya kenapa dia milih Dariel. Kenapa harus laki-laki itu?apa karena Ara kenal dia duluan makannya Ara suka?"
"Kak...mungkin kak Dariel itu jodohnya. Mungkin lelaki itu yang lebih mengerti kak Ara dibanding kak Dirga. Aku bukan mau ngebanding-bandingin. Tapi coba deh kakak pikir, kak Ara sama kak Dirga itu kenal pake cara yang salah. Dari awal aja udah ga baik apalagi kalo dijalanin. Apa salahnya sih kak coba ikhlas?kakak kaya gini emang ga kesiksa apa?ga kasian sama diri sendiri?."
"Aku tuh yakin Ara juga sebenernya suka sama aku cuman dia ga mau aja ngakuin."
"Waktu itu mungkin aja tapikan sekarang ga ada yang tahu kak. Udah kak daripada cari masalah fokus sama diri sendiri. Sekarang kalo kakak kaya gini artinya kejadian di Jogja bukan apa-apa buat kak Dirga. Bener deh aku kasian sama Tante Lala." Tiara terus menasihati sementara Dirga diam dengan seribu pemikirannya. Komentar Tiara belum dapat dia terima sepenuhnya. Dia tak bisa melepaskan Ara begitu saja.
***
Jay melipatkan tangannya di dada. Matanya tajam lurus kedepan memandang adegan di tv yang sama sekali tak dia nikmati meskipun di depannya adalah sketsa lawak sementara Kenan dan Kris sudah tertawa terpingkal-pingkal disampingnya.
"Kenapa sih bang?wajahnya ga enak diliat banget."
"Tiara mom..Tiara nyebelin."
"Nyebelin kenapa?"
"Tiara pergi sama kak Dirga."
"Terus?"
"Kak Dirga itukan mantannya."
"Kak Dirga juga temennya Bang.."
"Mereka selingkuh."
"Ish...kok ngomong gitu?"
"Kalau ga gitu ngapain pergi berdua?"
"Mungkin ada yang mau diomongin. Mommy yakin kok Tiara ga macem-macem."
"Iya Tiara ga macem-macem, kak Dirganya mom macem-macem."
"Bang...kan waktu itu udah maafan sayang kok masih dibahas-bahas?ga ikhlas waktu itu?"
"Ya karena aku sebel, aku sebel mom. Tiara pacar aku.." Jay terus merengek.
"Cemburuannya mirip Daddy ih.." Jesica sambil melirik Kenan.
"Bang...kak Dirga tahu kok kamu pacarnya malah waktu dirumah kakak kita omongin lamaran kalian jadi otomatis kak Dirga juga tahu kamu calon suaminya Tiara."
"Tapi hati aku tuh ga bisa tenang gitu mom. Pokoknya aku mau nyusul." Jay segera berdiri.
"Bang...bang..." Jesica menghentikan langkah kakinya.
"Aku mau pergi mom."
"Apa-apa tuh jangan gegabah deh bang. Mas...ini anaknya Mas.."
"Udah duduk aja nonton sama Daddy sama Mas Kris.." Jawab Kenan dengan santai.
"Ga mau dad. Aku...mau...jemput...Tiara."
"Boleh jemput. Telepon dulu orangnya. Emang tahu dimana Tiara?kan engga." Kenan membuat Jay diam. Benar juga, sekarang dia pergi tapi dia tak tahu arah tujuannya kemana.
"Udah deh bang. Percaya sama Daddy kak Dirga ga berani macem-macem. Waktu itu Daddykan udah marah sampe dia ampun-ampunan. Ga akan berani lagi dia sama keluarga kita. Berani rebut Tiara. Daddy datangin Tante Lala sama om Dimasnya. Daddy tegur lagi. Coba kasih kepercayaan sama Tiara. Masa sekarang dikit-dikit Tiara main sama cowok kamu uring-uringan gini." Kenan membuat Jesica tersenyum kecil. Kenan seperti sedang mengomeli dirinya sendiri.
"Tiara ga angkat telepon aku dad.."
"Mungkin lagi ngobrol sayang. Percaya deh bang om Fahri juga ga akan ngasih ijin Tiara pergi gitu aja kalo dia ga percaya sama kak Dirga." Jesica menenangkan lagi. Jay kembali duduk di sofanya.
****To be continue