"Dasar tukang selingkuh." Dara menampar dengan keras pipi Kay sebelum pergi. Sementara orang disekeliling mereka hanya terpaku menyaksikan kejadian itu termasuk sahabatnya Doni. Setelah berita penangkapan itu hampir satu kampus tahu jika Kay terlibat dalam kejadian yang melibatkan Sachi dan Wida. Kedua wanita itu kini mendekam dipenjara karena positif menggunakan narkoba sementara melalui kenalan Kenan di kampus Kay tak mendapatkan hukuman apapun dan mendadak berita itu pun musnah.
"Apa gw bilang, lu sih ga percaya." Doni mengomeli sahabatnya.
"Gw udah taubat Don, gw ga mau lagi kaya gitu."
"Ada angin apa lu?kapok gara-gara Sachi?"
"Bukan, gw malu Don, gw malu sama Daddy. Gw kira Daddy bakalan marah sejadi-jadinya tapi engga dia cuman nasehatin gw terus dia ngajak gw jalan-jalan setelahnya. Gw ga enak bikin orang tua gw malu waktu itu."
"Nah gitu kek dari dulu mikirnya Kay."
"Bener deh kejadian kemarin bikin gw sadar. Gw udah janji juga ga akan mainin cewek lagi kata Daddy kasian kak Ara."
"Kenapa sama kakak Lo?"
"Gw ga mau dia yang kena karma gara-gara kelakuan gw."
"Hebat banget Daddy Lo bisa ngerubah Lo secepat ini."
"Ga tau deh gw juga, omongan dia tuh lembut tapi kena banget."
"Terus Lani gimana?"
"Gw juga udah mutusin dia. Gw mau belajar aja." Perkataan Kay kali ini disambut tawa oleh Doni.
"Yakin Lo?"
"Yakinlah."
"Kita liat seberapa tahan Lo ga pacaran." Doni menantang.
"Ya udah gw mau masuk kelas dulu."
"Beneran berubahnya lo, mendadak rajin gini."
"Gw duluan." Kay berjalan menyusuri lorong menuju kelasnya. Belum juga sampai di kelasnya dia melihat seseorang sedang kebingungan.
"Cari apa?" Kay sambil melihat ke arah lantai.
"Cari kalung, kayanya jatuh deh." wanita itu tanpa melihat ke arah Kay. Perlahan Kay pun ikut membantu wanita itu mencari kalungnya. Tak butuh waktu lama Kay menemukannya diatas rumput.
"Nih..." Kay mengulurkan tangannya dan disana terdapat kalung dengan huruf K.
"Makasih..." Wanita itu sambil mengambil kalungnya.
"Makasih aja?" Kay mulai tersenyum saat melihat dengan jelas wanita yang ada di depannya.
"Maksudnya?"
"Kay..."
"Kiran." Wanita itu membalas uluran tangan Kay yang mengajaknya berkenalan.
"Nah gitu dong jadikan tahu lagi ngobrol sama siapa." Kay tak henti mengembangkan senyumannya, rasanya baru tadi dia bilang dia ingin berhenti untuk bermain-main dengan wanita tapi kenapa sekarang dia malah mengajak berkenalan wanita lain.
"Ya udah aku duluan ya ada kelas."
"Eh bentar, boleh minta nomer kamu ga?"
"Iya, supaya kita bisa ngobrol-ngobrol gitu."
"Boleh...tapi kalo kita ketemu lagi." Kiran langsung pergi sementara Kay masih mematung.
"Bikin penasaran aja." Kay berbicara dengan suara kecil sambil melihat Kiran pergi semakin menjauh. Dilain tempat Ara yang sedang duduk di tribun asyik menonton David bermain basket.
"Nih.." Ara memberikan sebotol minuman dingin kala David menghampirinya untuk beristirahat.
"Makasih.."
"Kok berhenti?"
"Kasian kamu nungguin sendiri."
"Ga papa main lagi aja."
"Ntar deh istirahat dulu, kamu bosen ga?"
"Engga, kan sambil liat yang lain."
"Jadi main mata sama yang lain juga?"
"Ya engga, cuman keren aja mainnya."
"Udah ini kita jalan-jalan dulu ya.."
"Tapi kamu mandi dulu."
"Iya tahu mana mau kamu jalan sama cowok yang ga wangi." David sudah paham dengan tipe Ara walaupun sebenarnya belum ada kejelasan mengenai hubungan mereka. David yang sudah menyatakan cinta pada Ara waktu itu belum juga mendapatkan jawaban yang pasti dari wanita yang disukainya itu. Ponsel Ara berbunyi tanda panggilan masuk.
"Bentar ya Daddy.." Ara menjauh dari tempat duduknya.
- Iya za.
- Lagi dimana?
- Di kampus.
- Mau aku jemput?
- Ga usah, aku bawa mobil.
- Kirain engga..
- Ya udan lain kali aku ga akan bawa.
- Kalo gitu lain kali jangan cuman jemput doang.
- Terus?.
- Main kek kemana, aku ga akan nyulik kamu kok.
Suara lelaki bernama Eza itu membuat Ara tertawa.
- Kenapa cuman ketawa mau apa engga?
- Tergantung mainnya kemana.
- Pokoknya kemana pun yang kamu suka.
- Nanti bosen lagi.
- Enggalah kan sama kamu mana mungkin bosenin.
- Gombal.
- Mau kapan?
- Hm...kapan ya.
- Malam Minggu ini?
- Hm...oke.
- Aku jemput jam berapa?
- Jam 4 sore aja ya.
- Oke princess.
- Ya udah aku lagi bimbingan nanti aku telepon lagi ya.
- Iya, semangat ya.
Eza mempercayai setiap ucapan yang dilontarkan Ara padahal jelas itu adalah kebohongan. Disaat Kay sudah berubah Ara malah makin menjadi padahal cowok yang mendekatinya sudah banyak mulai dari Bisma, Sandi, David, Wira dan sekarang Eza. Sebenarnya siapa yang akan dijadikan kekasih Ara.
****
Kay masih memikirkan tentang Kiran. Apa bisa dia bertemu lagi dengan gadis itu?Apa benar dia akan memberikan nomernya jika mereka bertemu lagi?dimana kira-kira mereka bisa bertemu lagi? yang jelas Kay berharap bisa melihat wajahnya lagi. Wajah cantik Kiran yang kini memenuhi kepalanya dibanding pelajaran yang sedang dia ikuti. Kay bersumpah dalam hatinya jika sampai bertemu Kiran lagi dia tak akan pernah selingkuh, tak akan pernah melirik wanita lain selain Kiran. Kali ini dia ingin memacari seorang wanita dengan benar.
"Aku harus cari dia, kalo dia kuliah disini ga mungkin aku kesulitan nemuin dia." Kay sambil mencoret kertas dibukunya.
"Oke..sekian kelas saya sampai bertemu Minggu depan." Dosen di depan mengakhiri pertemuan kali ini dan dengan cepat Kay keluar untuk mencari lagi wanita bernama Kiran. Dia menelusuri setiap tempat yang ada di kampus seolah dia hafal betul setiap sudutnya tapi belum juga dia menemukan ada tanda-tanda kehadiran Kiran.
"Dia dimana sih?" Kay dengan kesal dan kembali mencari dimana Kiran berada.
"Lagi ngapain kamu disini?" Ara ketika melihat Kay masuk kedalam aula olahraga.
"Liat-liat doang, kakak ngapain?bukannya bimbingan bilangin Daddy loh bohong."
"Enak aja bohong, udah selesai Kali."
"Terus ngapain disini?"
"Ya Kakak...."
"Aku udah selesai nih Ra, udah wangi." David datang dengan tampilan rapinya.
"Siapa?" Kay dengan jutek.
"Temen kakak."
"Oh kamu pasti adiknya Ara, kenalin aku David." Ia sambil mengulurkan tangan namun Kay belum membalasnya dia hanya melihat David dari bawah sampai ke atas.
"Jadi ini orang yang dibicarakan Sachi waktu itu?inikan mantan pacar Sachi, Sachi bilang dia ga bener. Iya sih keliatan dari muka jeleknya. " Ejek Kay dalam hati dan enggan membalas salaman David.
"Kay.." Tegur Ara yang membiarkan David mengangkat tangannya terlalu lama.
"Kay.." Kini Kay berbicara tanpa membalas jabatan David lalu pergi begitu saja.
"Sorry vid, adik aku yang satu itu emang gitu, nakal."
"Iya ga papa. Ya udah yuk." David menghiraukan perlakuan Kay padanya.
**** To be Continue
Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius
Vote ya :)