"Zarius~!"
Tuan Reno memeluk perut remaja itu lebih erat, seperti yang belum ia lakukan sebelumnya pada putranya yang kasar itu.
Kesadaran Zarius kini tinggal kepingan. Perlahan tangannya yang sebelumnya merengkuh tubuh Tuan Reno, kini melemah. Kepalanya terkulai di bahu Tuan Reno. Kesadarannya sudah terengut di saat Tuan Reno merengkuhnya.
***
Zarius mengerang kesakitan sambil meracau ketakutan, saat Tuan Reno membangunkan Zarius dan mengatakan akan menyuntik Zarius setelah ini.
Tuan Reno tidak mengerti betapa buruknya mimpi yang dialami Zarius saat ini Tapi, sejak tadi Zarius terus berteriak, "Berhenti!! Jangan sakiti aku!"
Tuan Reno mengira jika Zarius adalah korban kekerasan pada anak sebelumnya. Mengingat jika Zarius terluka parah saat pertama dia temukan, Tuan Reno yakin jika Zarius mengalami hal buruk. Oleh sebab itulah, otak bawah sadar Zarius berusaha melupakan kejadian mengerikan itu. Jadi, selama tinggal bersama, Tuan Reno tidak menuntut Zarius untuk bercerita tentang kejadian sebenarnya.
Zarius sangat takut melihat jarum suntik. Dia merasa tidak pernah melihat benda seperti itu sebelumnya. Jadi, saat ini Zarius bereaksi heboh dan menolak ketika Tuan Reno memberinya suntikan. Tapi, pada akhirnya Zarius menyerah. Zarius tidak memiliki cukup tenaga untuk menolak hal itu.
Zarius memejamkan mata dan menggigit bawah bibirnya ketika jarum suntik itu menembus kulit dan daging lengannya. Zarius merasa asing dengan benda itu. Zarius tidak pernah melihat jarum suntik sebelumnya.
"Aku memberimu suntikan hanya untuk meredakan demammu saja, Son! Jika nanti ada panti asuhan yang mau menampungmu, aku akan menyuruh pengurus mereka untuk memeriksakanmu ke dokter umum. Sepertinya, kau perlu pemeriksaan lebih intens untuk mengatur perawatan yang cocok untukmu, Son." Tuan Reno berucap, merasa prihatin pada pemuda itu.
"Ah, ini bukan apa-apa, Paman. Aku merasa bahwa aku sering mengalami hal ini. Paman lihatlah! Wajahku yang babak belur ini akibat berkelahi. Jadi, aku tidak selemah bayangan Anda. Bukankah seorang lelaki yang memiliki bekas luka itu terlihat keren?" Zarius berucap, berusaha tidak terlihat lemah di depan manusia baik itu.
Zarius memincingkan mata. Dia masih saja cerewet meskipun dia beberapa kali menggunakan oksigen portable sebelum ini. Baru saja, Zarius mengalami susah bernapas tadi, mungkin karena luka di dadanya.
"Ini bukan tentang wajahmu yang babak belur itu, tapi tentang mimisan dan gagal napasmu tadi," sela Tuan Reno.
Setelah tahu remaja yang merengkuhnya tadi pingsan, Tuan Reno langsung bangkit dan langsung membawa Zarius ke dalam ruangan.
Meski Eric terus berteriak dan menyuruh ayahnya untuk mengusir Zarius. Namun, Tuan Reno ingin melakukan kebaikan pada Zarius untuk yang terakhir kalinya.
Setelah ini, Tuan Reno benar-benar bertekad untuk mengusir Zarius meskipun secara berat hati.
Namun, bagi Tuan Reno, Eric adalah segalanya. Dia tidak mungkin menyakiti hati putranya demi remaja yang bahkan Tuan Reno tidak tahu asal usul Zarius itu.
Tuan Reno mengusahakan cara agar ada yayasan panti asuhan yang mau menerima Zarius. Mengingat jika usia Zarius sudah 17 tahun, sepertinya akan sulit menemukan panti asuhan yang mau menampungnya.
Namun, Tuan Reno akan mengusahakan segala cara agar Zarius dapat memiliki tempat tinggal.
Tuan Reno mengembuskan napas secara kasar, berkali-kali. Dia masih ingin merawat Zarius yang terluka, tapi dia juga tidak ingin menyakiti hati Eric.
"Kenapa Anda terlihat sedih, Paman?"