webnovel
#ACTION
#ADVENTURE
#ROMANCE
#REINCARNATION
#COMEDY
#HAREM

I'm Not a Werewolf (Indonesian)

Eric Yudhistira adalah remaja berusia 16 tahun. Dia berasal dari keluarga miskin dan tinggal hanya bersama ayahnya saat ini. Kakaknya Eric yang bernama Rafael telah meninggal beberapa bulan yang lalu karena kecelakaan. Eric tidak pernah tahu di mana ibu kandungnya. Jadi, Eric ikut mencari uang dengan bekerja paruh waktu, untuk membantu perekonomian keluarga mereka. Zarius Vasilias adalah iblis yang diusir dari istananya sendiri. Banyak iblis yang membenci Zarius. Karena konspirasi besar, Zarius dieksekusi oleh iblis lain dan melarikan diri ke Dunia Manusia. Meski memiliki penampilan seperti remaja berusia belasan tahun, tapi sebenarnya usia Zarius sudah ratusan tahun. Dan Zarius pernah datang ke Bumi sebelumnya. Bahkan, Zarius menjalin hubungan dengan makhluk bumi. Zarius bertemu Eric di Bumi. Namun, Zarius kehilangan ingatannya sebagai iblis. Eric membantu Zarius yang terluka parah dan memperlakukan Zarius seperti saudaranya sendiri. Iblis yang membenci Zarius mencari keberadaan Zarius hingga ke Bumi. Nama iblis itu adalah Felius. Felius tahu bahwa Eric adalah manusia yang penting bagi Zarius. Bahkan, Zarius menganggap Eric sebagai adiknya sendiri. Faktanya, Eric memang berada di garis keturunannya Zarius. Felius telah mengetahui hal itu. Jadi, Felius melakukan sesuatu pada Eric. Felius mengubah Eric menjadi manusia serigala dan membuat Eric berpikir bahwa Zarius adalah dalang di balik transformasinya. Bagaimana Zarius menjelaskan jika dia bukanlah yang mengubah Eric menjadi manusia serigala? Lalu, bagaimana Eric menjalani hidupnya sebagai makhluk aneh, yang dapat berubah menjadi makhluk buas kapan saja?

Zanaka · แฟนตาซี
Not enough ratings
46 Chs
#ACTION
#ADVENTURE
#ROMANCE
#REINCARNATION
#COMEDY
#HAREM

Pulang

3 Eric memang anak tidak mampu, tapi tidak sekalipun terbesit di kepalanya untuk mencuri. Napas Eric sudah ngos-ngosan saja sejak pulang dari bekerja di warung makan tadi.

Eric butuh istirahat sejenak. Ia menutupi mata menggunakan lengan. Kepalanya sudah pusing dari tadi siang, tapi ia berusaha abai. Ia sering mengalami ini, jadi bukan hal yang baru lagi bagi remaja berusia awal 17 tahun ini.

Saat Eric hendak memasuki alam mimpinya, tiba-tiba ada sosok yang berjalan ke arahnya.

"Untuk apa kamu berteriak sih, Eric? Papa sedang di belakang rumah tadi untuk memetik cabe, untuk dibuat sambal. Ada apa mencari papa, huh?!" Suara lelaki yang ternyata adalah Tuan Reno terdengar.

Eric tersentak dan bangun gelagapan. Bangkit secara mendadak membuat dunia Eric serasa berputar. Ia terdiam sejenak saat rasa pusing dan mual tiba-tiba ia rasa.

"Jawab, Eric! Untuk apa kamu memanggil papa seperti tadi, hah? Tidak punya sopan santun!" gerutu Eric kembali. Ia masih berdiri beberapa langkah dari putranya.

Setelah Ericmerasa rasa pusingnya sedikit menghilang, ia bangkit berdiri perlahan. Ia berjalan mendekat ke arah papanya. Saat berada tepat di depan papanya, lututnya melemas dan ia jatuh berlutut di hadapan papanya.

"Maafkan Eric, Papa. Eric sudah mengecewakan papa lagi. Maafkan anakmu yang tak tahu diri ini," lirih Eric.

Tuan Reno mengernyit. "Apa maksudmu, eum? Kamu memang sering mengecewakan papa sejak belasan tahun yang lalu, jadi apa masalahnya sekarang, eum?" sahut Tuan Reno.

Eric masih berdiri menggunakan lutut, wajahnya tertunduk tak sanggup melihat sorot kelam papanya.

"Sebenarnya ... sebenarnya Eric memiliki banyak hutang di kantin sekolahan, Papa. Eric sampai harus bekerja paruh waktu, tapi kenapa papa mengacaukan tempat kerja Eric saat itu? Jadi, Eric tidak digaji bulan ini dan harus membayar ganti rugi atas apa yang papa perbuat waktu itu?" Eric menjeda kalimatnya hanya untuk mengambil napas dalam-dalam. "Jadi, Eric mohon papa bantu untuk melunasi semua hutang Eric itu ya, Pa?" mohonnya.

Tuan Reno tersentak mendengar ucapan putranya yang malang itu. Tuan Reno benar-benar khilaf waktu itu.

Namun, Tuan Reno menyesal karena sikapnya yang egois itu berimbas pada putranya. Eric tidak tahu saja seberapa menyesal papanya setelah sadar dari pengaruh alkohol. Jika bisa, Tuan Reno malah ingin menonjok dirinya di masa lalu yang sudah berbuat kejam di tempat kerja Eric.

Tuan Reno merasa gagal menjadi orang tua. Tidak cukup hanya dengan membuat Eric menderita selama ini karena mereka miskin, Tuan Reno juga yang telah menghabiskan uang putranya dari gajian bulan lalu untuk minum-minuman keras. Hingga saat ini pun Tuan Reno menyesali hal itu.

"Lalu, kamu ingin papa berbuat apa untuk menebus kesalahan papa, Eric?" ungkap Tuan Reno, tulus.

Eric bangkit berjalan tenang dan duduk di sofa, meninggalkan papanya yang berada di ambang ruang tengah.

"Papa benar-benar menyesal, Sayang. Jika bisa, papa ingin datang ke masa lalu untuk menonjok diri papa yang berbuat kejam padamu saat itu," ucap Tuan Reno. Ia berjalan mendekat ke arah putranya.

"Jadi, kenapa baru sekarang papa mengakui kesalahan, huh?! Papa tahu 'kan jika Eric punya penyakit bawaan dari lahir. Dengan bertindak seperti itu, apakah papa ingin membunuh Eric secara perlahan, begitu?" tuduh Eric.

Tuan Reno berlari kecil dan mendekat ke arah Eric yang duduk santai di sofa. Ia duduk bersimpuh di lantai, sebelah sofa yang diduduki oleh Eric.

"Bukan seperti itu maksud papa, Sayang! Papa sudah memperingatkan Eric agar tidak bekerja keras lagi, 'kan?"

To be continued ....