Zarius mengangguk seperti anak kecil. Biasanya di tidak pernah menunjukkan air matanya pada orang lain, tapi kali ini berbeda, Zarius bisa bersikap apa adanya seperti ini pada lelaki itu.
"Tidak apa-apa menangis bagi seorang lelaki! Menangis memang dibutuhkan untuk meluapkan semua emosi. Jika, kau butuh tempat bersandar, aku akan meminjamkan dadaku untukmu, Zarius." Tuan Reno berucap tulus sambil tersenyum.
"Baiklah. Terima kasih, Paman--"
Tiba-tiba tangan kekar Tuan Reno membawa Zarius ke dalam dekapannya lagi. Tuan Reno membuat tubuh Zarius sedikit membungkuk karena melihat hidung Zarius yang tiba-tiba mengeluarkan darah.
Zarius juga kaget melihat darah yang berasal dari hidungnya, kini menetes ke paha Tuan Hwang yang duduk di sebelahnya. Mereka berdua sedang duduk di kursi panjang yang berada di belakang rumah Tuan Hwang.
"A-ada apa ini? Kau kenapa, Son? Apakah luka dalammu kambuh lagi?" teriak Tuan Reno, terlihat sangat panik melihat remaja yang sejak tadi menangis di dadanya, saat ini malah meneteskan banyak darah dari hidung.
Zarius menyadari itu dan buru-buru menutupi hidungnya dengan tangan. Darah masih mengalir di sela jemarinya hingga beberapa menit kemudian. Mimisan Zarius ini disertai kepalanya yang pusing. Ada beberapa faktor yang menyebabkan Zarius tiba-tiba mengalami mimisan seperti saat ini. Mungkin karena luka dalam yang diderita oleh Zarius, atau memang Zarius sangat kelelahan dan stres saat ini.
Namun, malam ini sepertinya Zarius mimisan dikarenakan demam. Zarius sudah bekerja keras untuk membersihkan seluruh tempat tinggal keluarga Reno Yudhistira atas perintah Eric, dari sejak pagi tadi. Meski Zarius mengklaim dirinya adalah remaja yang tangguh. Tapi, tidak dapat dipungkiri jika tubuh Zarius memang masih belum sembuh seutuhnya. Apalagi Zarius ditemukan luka parah saat bertemu dengan keluarga Yudhistira.
Tuan Reno bangkit berdiri, mundur beberapa langkah dari Zarius yang masih duduk sambil terus menutupi hidung menggunakan tangan. Dan kini, Zarius menutupi hidungnya menggunakan ujung kaus yang ia pakai.
Tuan Reno begitu syok melihat banyak darah. Dia sedikit merasa bersalah karena mungkin saja keputusannya untuk membawa Zarius tinggal di rumahnya adalah kesalahan besar. Tuan Reno bukan orang kaya yang dapat memberi Zarius pengobatan yang mahal.
Apa sebaiknya Tuan Reno melaporkan Zarius ke kantor polisi saja? Siapa tahu keluarga Zarius sedang mencari pemuda saat ini? batin Tuan Reno, bingung.
Karena Zarius sudah tahu jika saat ini Tuan Reno merasa panik, Zarius sebisa mungkin mengelap dan menyembunyikan darah itu dari Tuan Reno.
"Ini tidak apa-apa, Paman. Meski hidungku mengeluarkan banyak darah, tapi aku tidak merasa sakit sedikit pun," bohong Zarius sambil berusaha terus menghentikan perdarahan pada hidungnya.
Kaus putih yang dikenakan Zarius kini ujungnya sudah berubah warna menjadi merah kehitaman, karena dibuatnya mengelap darah yang keluar dari hidung.