"Bima! Kenapa kau cari gara-gara terus denganku, hah?! Kau itu selalu saja mencari-cari kesalahanku! Memangnya apa yang sudah aku lakukan sampai kau begitu membenciku, hah?!" teriak Eric, yang sepertinya sudah hilang kesabaran.
Eric bahkan kini memelintir tangan Bima, membuat Bima mengerang kesakitan. Eric seperti hilang kendali akan dirinya sendiri.
"Jika kau sungguh-sungguh menantangku, kita selesaikan ini di kebun belakang sekolah, Bima! Jangan di wilayah sekolah ini!" Eric memutuskan.
Eric sudah lelah karena terus dirundung seperti itu. Sekali-kali, Eric merasa perlu untuk memberi hukuman pada remaja yang sombong seperti Bima itu. Semoga Eric tidak sampai berlebihan dalam berkelahi nanti.
"Oh, begitu, ya? Baiklah, aku merasa sangat tertantang, Anak Miskin!" ucap Bima, sambil meregangkan otot-ototnya.
Eric menarik sudut kanan bibirnya.
"Asalkan yang kalah, jangan mengadu pada orang tuanya saja!"
"Heh? Apa kau bilang, Anak Miskin?! Kau kira aku anak kecil yang suka mengadu pada orangtuaku, hah?!" Bima berteriak, tersulut emosinya karena ucapan Eric.
"Baiklah, aku senang mendengar itu, Bima. Jadi, aku tidak akan ragu lagi untuk melawanmu, karena itu tidak akan berpengaruh pada image-ku di sekolahan ini. Beasiswaku juga tidak akan dicabut karena hal ini." Eric berucap.
"Baiklah, kita buktikan mana yang lebih tangguh daripada kita, Anak Miskin!" kata Bima.
Bima menatap tajam ke arah Eric. Namun, Eric hanya menanggapi dengan seringaian yang terlihat seksi.
Mereka berdua berjalan berbeda arah karena Bima perlu mengganti seragamnya dulu dan merencanakan suatu strategi. Sedangkan, Eric hanya perlu melepas pakaian seragamnya dan hanya meninggalkan kaus singlet berwarna putih.