webnovel

First Time

Mata Dewi memandang sinis kearah lelaki berkulit putih yang duduk di sampingnya itu. Namun pandangan itu tertangkap oleh mata James. "Kenapa lihat-lihat aku ? Awas naksir loh !" 

"Ih, kepedean banget sih jadi orang ! Amit-amit suka sama orang aneh !" Jawab Dewi sengit

"Ah yang benar, awas aja kalau suatu saat kamu terngiang-ngiang samaku." Ucap James penuh percaya diri, jika suatu saat ia akan bisa menaklukan hati wanita batu ini.

Sepanjang perjalanan, james dan Dewi saling bergaduh didalam mobil. Hingga tenaga Dewi habis dan perutnya keroncongan. "Kruuuk …. Kruuuk"

"Lah, laper kan ? Makanya jangan marah-marah terus. Kita mampir makan dulu yuk. Ada hal yang mau aku sampaikan." 

"Ogah ah ! Makan sama kamu yang ada selera makan saya jadi hilang."

"Ayolah, makan kasihan cacing diperutmu. Mau gak mau pokoknya harus mau titik !" Paksa James

Dewi tidak menjawab ucapan lelaki yang selalu banyak ide untuk menyangkal kata-kata Dewi. Baginya sia-sia ia terus menjawab ucapannya itu. 

"Aku heran deh sama kamu. Sebenarnya kamu itu siapa? Baru kenal kemarin aja udah sok tau semua tentangku." Tanya Dewi

"Sudah dibilang, aku James. Kurang ngerti juga ? Namaku JAMES."  Menekan kalimat namanya 

"Lalu, kamu tau tentang diriku dari siapa ?" 

Tertawa sinis "itu hal yang tidak perlu kamu tau."

"Udah sampai, yuk turun !"ajak James kepada Dewi

Tapi Dewi tidak ada pergerakan apapun, tidak membuka pintu mobil, maupun melepas selt belt. "Eh, dia malah bengong. Ayo turun ! Apa mau disini sendiri ? Aku kunci mobilnyya dari luar ya." Kata James sambil mendorong keluar pintu mobilnya

"Iya, iya aku turun !" Gerutu Dewi. Dengan satu gerakan saja, pintu mobil itu terbuka. Dewi melangkah mengikuti jalan James menggunakan sepatu kerja dengan tinggi hak 5 centimeter yang meninbulkan suara setiap langkah kakinya.

Mereka disambut oleh 2 pelayan yang bertugas dipintu masuk resto tersebut.

"Kita duduk disini saja. Silahkan duduk !" Menarik kursi dan mempersilahkan Dewi.

"Terimakasih." Ucap Dewi mendaratkan pantatnya pada bantalan empuk kursi tersebut.

James memeanggil satu pelayan resto dengan mengacungkan tangannya "Mbak. Minta buku menu !" Ujar James dengan suara lantang

Datangalah pelayan mengenakan baju seragam sepadan dengan karyawan yang lain menyerahkan buku menu kepada James dan Dewi. "Silahkan pak, bu, ini menunya."

"Kamu dulu, mau pesan apa ?" 

Dewi mulai membuka tiap lembar buku menu tersebut, dilihatnya setiap gambar serta nama makanan dan minuman yang recommend di resto tersebut. "Hot cappucino, dan steak blackpaper sirloin satu." Ucap Dewi kepada pelayan 

"Kalau saya, Hot coffe last sugar dan spageti satu." Pesan Frans kepada pelayan resto.

Pelayan itu menulis semua pesanan James dan Dewi pada seelmbar kertas yang nantinya akan diserahkan pada bagian dapur. 

"Baik, ditunggu sebentar pesanannya. Oh ya, berhubung disini sedang ada promo hari valentain, dan grand opening resto kami, jadi kami akan berikan menu bonus untuk pasangan yang makan di resto ini." Ujar pelayan itu

Mendengar ujar pelayan itu, Dewi menyangkal ucapannya jika dia dan James disebut satu pasangan. "Eh mbak aku sama dia bukan pasangan ya ! Kita itu…" Protes Dewi menunjuk kearah James sambil membentak pelayan tersbut

Belum sempat Dewi menyelesaikan ocehan protesnya, mulut Dewi ditutup dengan telapak tangan James. "Maaf mbak, dia sedang lapar, jadi ngoceh terus kayak burung beo ! ya mbak, kami memang pasangan, dan terimakasih bonusnya." Kata James

Pelayan itu pergi dari meja nomor 10 yang ditempati oleh james dan Dewi. Akhirnya James mau melepaskan bungkaman mulut Dewi oleh tangannya.

" Ih apa-apaan sih, ini di resto tempat umum, jadi jangan ngomel terus ! Tuh liat diliatin pengunjung yang lain. Kirain nanti saya ngapain kamu lagi !" 

"Eh … Eh apa maksudnya coba, bilang kepada pelayan tadi, kalau kita pasangan ! Padahal kan bukan. Mit amit jadi pasangan situ. Yang ada kesiksa terus !" Protes Dewi pada James

"Ssssttt.. bisa diam gak ! Jangan keras-keras, kan lumayan kita dapat menu gratis." Jawab James berbisik meletakan telunjuk didepan bibir dan hidungnya

Dewi dan James terus bergaduh, sehingga mata pengunjung resti tersebut tidak ada yang terkecuali semuanya tertuju pada tingkah mereka.

Hanya beberapa menir kegaduhan mereka berhenti menjadi hening. "Dew, sebenarnya saya mengajakmu kesini mau minta maaf atas kejadian tadi pagi. Maaf saya tadi telah mengotori baju kamu dengan cipratan air kotor gara-gara mobil saya." Ucap James menggenggam tangan Dewi

Dewi mendengar pengakuan itu, ia menarik langsung tangan yang digenggam oleh lelaki didepannya.

"Oh jadi itu kamu yang ngotori baju saya ! Terus, sok jadi pahlawan kesiangan kasih baju ganti, kirimin deesert ke ruangan saya, nganter saya pulang, dan sekarang ngajak saya makan malam. Jadi ini akalmu supaya saya gak marah ? Tau gak, gara-gara kamu kotori baju saya, saya jadi telat breefing anak buah saya !"  Dewi meluapkan amarahnya didepan James. Ia langsung beranjak pergi, namun james langsung mencegah Dewi untuk meninggalkan resto itu. Ditariknya tangan perempuan keras kepala itu dan mendekapnya. 

"Jangan pergi, saya minta maaf." Ucap James dengan nada lembut ditelinga Dewi mengakui kesalahannya

Dewi merasakan kehangatan dipelukan James, pelukan itu tidak pernah ia rasakan dari lelaki manapun. Ia merasa hanya james mampu kuat menghadapi sifat keras kepala Dewi dan ocehan Dewi sepanjang dari kantor hingga ke resto.

"Cieee … So sweet banget sih." Ucap salah satu pengunjung resto memperhatikan mereka

Dewi mendorong tubuh James, melepaskan pelukan itu. Hati Dewi terluluh oleh ucapan lirih namun menyentuh hatinya. Dewi akhirnya kembali duduk dibangku semula.

Dewi tersenyum manis kepada James. "Ya, aku maafin. Maaf juga kalau aku selalu marah-marah sama kamu." Ucap Dewi menyesali perbuatannya yang selalu bernada tinggi ketika berbicara dengan James.

Mereka menikmati makanan yang sudah dipesan. Ditambah dengan hot cokelat 2 cup, bonus menu dari pihak resto.

Mulai malam itu, mereka tidak lagi bernada tinggi saat berbicara satu sama lain. Menyadari bahwa mereka bukan lagi remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan yang amarahnya tidak stabil.

"Eh, btw kamu itu ngapain di hotel saya kerja ? Kok selalu ada saja kamu disana. Kamu kerja disana ? Tapi kalau kerja disana, kok aku gak pernah tau saat event atau acara yang lain dengan seluruh karyawn hotel ?" Tanya Dewi penasaran dengan menyruput cokelat hangat. Banyak yang bilang bahwa cokelat hangat mempu mengembalikan mood seseorang menjadi baik.

"Saya hanya main-main saja ke hotel kamu bekerja. Yaa, ada kerabat saya yang bekerja disana." Jawab James dengan melahap spageti.

"Ooo, begitu. Tapu siapa kawan kamu yang bekerja di situ ?"

"Mr Candra. Kamu pasti kenal." 

"Pak Candra ? Sure, saya kenal baik dengan beliau. Dia adalah Kepala admin keuangan dihotel itu." Jawab Dewi penuh dengan keyakinan mengenal pak Candra.

Sudah cukup lama mereka berada di resto tersebut. Hingga pengunjung ramai Sampai pengunjung resto itu sepi. "Astaga gak terasa udah jam 10 aja. Yuk saya antar kamu pulang." Melirik jam tangan miliknya

Dewi tertawa riang. "Iya, ya kita gak kerasa lama banget disini. Yaudah yuk." 

James meninggalkan beberapa lembar uang berwarna merah diatas meja dan beranjak pergi dari resti tersebut. Mereka meninggalkan resto tersebut. Dewi berjalan dua langkah lebih jauh dari James. "Silahkan ibu negara." Gurau James membukakan pintu mobil untuk Dewi.

"Terimakasih." Jawab Dewi tersenyum tipis 

Mereka sudah dalam mobil yang sama. James kali pertama mengantar Dewi pulang. "oh ya, rumah kamu dimana ?" Tanya James tak tau arah kemana ia berjalan mengemudikan mobilnya

"Kamu belum tau alamat saya ya ? Kirain kamu sudah tau segalanya tentang saya termasuk alamat saya."

James hanya tertawa sambil memasukan gigi mobil. "Bisa aja kamu kalau ngeledek saya !"

Kemudian Dewi menyebutkan alamat lengkap rumahnya memberi arahan kepada James.

James pun faham dengan alamat yabg dijelaskan oleh Dewi. Langsung saja James menambah kecepatan mobilnya menuju kealamat tersebut. Karena hari sudah semakin malam, ia merasa tidak enak membawa anak orang hingga larut malam.

Sesampai dirumah yang terlihat dari luar cukup luas, gerbang warna hitam yang cukup tinggi, sehingga teras rumahpun tidak terlihat, hanya atap rumah yang masih terlihat mengkilap meskipun pada malam hari. James memberhentikan mobilnya tepat di depan rumah dengan nomor 37.

"Ini bukan ya rumahnya. Sepertinya benar deh, nomornya juga sama seperti yang dibilang Dewi 37." James celingukan melihat rumah sekitar dari dalam mobil

"Dew, sudah sampai. Ini kan rumah kamu ?"

Pertanyaan james tidak dihiruakan oleh Dewi. Ternyata Dewi sudah tertidur pulas. "Yaelah, nih cewek diajak ngomong kagak nyaut. Eh, ternyata tidur." 

"Dew, dewi, bangun kita sudah sampai !" James menggoyang-goyangkan badan Dewi

"Heemm ... Sudah sampai ya?" Jawab Dewi terbangun dengan suara seraknya dan masih setengah tersadar.

Dewi mengucek matanya dan memastikan bahwa ia sudah sampai dirumahnya. "Hem iya rumahku ini. Terimakasih ya. Aku masuk kerumah dulu." Ucap Dewi melepas selt belt yang mengunci tubuhnya

Ketika hendak membuka pintu mobil, James mencegah Dewi untuk keluar. "Sebentar dew !" James menarik tangan Dewi sehingga tubuh dewi maju ke arah James. Tidak ada ucapan apapun, Wajah mereka saling berhadapan hampir tidak ada celah, kedua mata mereka saling bertatap tajam, merasakan tiap hembusan nafas satu sama lain.

Semakin maju dan maju, bibir mereka saling menempel. Tangan Dewi menggenggam kemeja yabg dikenakan oleh James. Ditariknya kemeja tersebut sehingga tubuh James semakin dekat oleh dirinya. Sontak Dewi langsung mendorong tubuh James sekuat tenaga menjauh darinya. Yang membuat James jatuh ke belekang dan kepalanya terbentur kaca mobil.

"Aku pergi dulu !" Ucap Dewi singkat dan menutup pintu mobil dengan keras.

BRAAAKKK !!!

"Dasar wanita keras kepala, berhati batu ! Suatu saat kamu akan jatuh kedalam pelukanku !" Gumam James sambil menancap gas mobilnya dan pergi meninggalkan rumah Dewi.