webnovel

Gadis itu 1

Seorang gadis menusuk-nusukkan pisaunya tepat di bola mata seorang lelaki. Lelaki itu berteriak kesakitan. Gadis itu tak peduli dan ia malah semakin menjadi-jadi. la memutarkan pisaunya yang tertancap di mata si lelaki lalu mencabutnya secara kasar. Tak lama bola mata tersebut hancur. Tanpa hati dia kembali menancapkan benda itu tepat di dada lelaki itu dan mengoyakkannya hingga berlubang. Darah mengucur dengan deras, membuat pakaian yang dikenakan korban menjadi berwarna merah maroon. Belum lagi gadis ini menancapkan pisau kesayangannya ke tubuh si lelaki hingga tak bernyawa. Dia bagaikan pembunuh professional yang sudah tak bisa diragukan lagi. Bahkan tak ada keraguan dari wajahnya saat melakukan hal keji tersebut.

"Hahaha ... mampus lu! Semua laki-laki itu sama. Sama-sama brengsek!" gumam gadis itu tepat di telinga lelaki tersebut.

PROK! PROK! PROK!

Seseorang memberikan tepuk tangan atas apa yang dilakukan gadis itu. Gadis itu pun menolehkan kepalanya. Terlihatlah seorang lelaki bertato dengan wajah tampan dan berpakaian serba hitam. Lelaki tersebut menghampiri gadis ini sambil berkata, "Kerja bagus, Ify! Bos pasti akan bangga dengan apa yang kau lakukan. Kerjamu sangat cepat. Pastinya bayaranmu akan naik."

Gadis bernama Ify ini pun mendesis. "Thank you atas pujian lu. Gua emang harus ngelakuin ini karena gua pengen punya uang banyak."

"Kau memang anak yang cerdas, Ify. Hanya kamu yang bisa meluluhkan hati bos. Sekarang dia sedang menunggumu di kantor." Ify pun mengangguk dan membersihkan sisa-sisa darah yang ada di tangan dan di pakaiannya. Dia melepas kaos yang ia pakai dan mengenakan jaket bersih yang dia keluarkan dari dalam tas yang dibawanya. Dengan tanpa dosa dia pergi begitu saja meninggalkan korban serta lelaki itu.

Lelaki yang tadi berbicara dengan Ify pun mendekati mayat itu. Dia mengeluarkan sebuah botol kecil dari saku jaketnya lalu menumpahkan isi botol tersebut tepat di atas mayat. Setelah isi botol menyebar dengan sempurna, dia melempar pemantik api yang sudah menyala ke tubuh itu. Alhasil, mayat tersebut pun terbakar, darah mengalir ke mana-mana dan bau khas dari daging panggang menyebar. Lelaki ini menarik tudung jaketnya, tak lupa ia menarik masker yang sedari tadi singgah di dagunya lalu pergi meninggalkan kebakaran di tempat itu. Tak lama, beberapa warga menghampiri dan menutup hidung mereka karena bau dari daging mayat yang sudah terbakar. Mereka menyaksikan kebakaran yang membuat mereka kebingungan. Salah satu di antara orang-orang ini menelepon pihak berwajib dan beberapa dari mereka panik. Tidak ada yang melihat apa yang dilakukan Ify dan lelaki itu kepada si mayat. Entah apa yang membuat perbuatan mereka tak diketahui orang padahal tempat kejadian lumayan ramai.

Ify berjalan menuju ke sebuah perusahaan besar. Perusahaan di mana kini dirinya bekerja di sana. Ia pun melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruangan sang bos. Seorang lelaki tua melihat Ify yang masuk ke dalam ruangannya lalu menyuruh gadis itu untuk duduk.

"Karena kamu di sini, aku ingin langsung saja. Jadi, mulai sekarang kau harus lebih berhati-hati. Karena di sekitar kawasan ini sudah diburu para pembunuh yang berkeliaran untuk mencari mangsa mereka. Ditambah, ada seorang anak kecil yang suka sekali memakan daging manusia," kata sang bos. Ify menaiki sebelah alisnya dengan santai.

"Terus?" tanyanya.

"Kau harus berhati-hati, Ify. Karena semakin banyak pembunuh yang berkeliaran, semakin banyak pula pihak berwajib yang mengawasi kawasan ini."

"Ya, gua tau Mr. Robert. Lu gak usah khawatir! Karena gua bisa mengatasi masalah itu," balas Ify kepada bosnya yang bernama Robert.

"Baiklah. Jadi, kau harus membunuh lelaki ini!" suruh Robert sambil memberikan Ify sebuah foto seseorang. Ify mengangguk. Setelah pembicaraan selesai dia pun pergi dari gedung itu untuk melaksanakan misi. Ya, Ify bekerja sebagai pembunuh bayaran di perusahaan ilegal itu.

***

Hari ini Rio telah berhasil melewati pekerjaan pertamanya. Dia menyebarkan pamflet ke semua orang yang berlalu lalang masuk dan keluar café. Pekerjaan yang dia lakukan tak terlalu berat, hanya saja dirinya sempat mengeluh karena belum terbiasa berdiri berjam-jam dan memasang senyuman ramah sepanjang hari. Walaupun sempat mengeluh, dirinya tak ingin menyerah ataupun berhenti begitu saja. Bukan karena ingat perjanjian dengan ayahnya, tapi dia tak ingin mengecewakan bunda. Bagaimanapun juga, Rio tak bisa berbuat seenaknya kalau orang tua sudah memutuskan. Rio tahu betul kalau apa yang diperintahkan bunda dan ayahnya adalah untuk kebaikannya sendiri. Dengan begini, Rio bisa menunjukkan betapa seriusnya dia bisa hidup mandiri.

Kini Rio sedang melajukan mobilnya menuju ke rumah. Lagu rock yang dia setel dari disket player yang ada di mobil menemaninya dalam perjalanan. Rio juga sempat bersenandung kecil agar tak bosan sembari fokus memperhatikan jalanan. Kota Beverly Hills masih tampak ramai padahal hari sudah menunjukkan langit berwarna jingga. Matahari mulai terbenam bersamaan dengan lampu jalanan dan bangunan yang menyala. Rio membelokkan arah lajunya menuju ke perumahan Beverly Hills. Aktivitas orang-orang di kawasan ini tampak senggang. Wajar saja karena tak banyak orang yang tinggal di sana. Hanya segelintir orang yang keluar dari rumah mereka. Entah itu berjalan-jalan sore bersama anjing milik mereka, jogging ataupun yang baru saja pulang dari kantor atau sekolah.

CCCCKKIIIITT!

"AAA ...."

BRUK!

Saat tengah asik menyetir, Rio menabrak seseorang yang sedang menyeberang. Orang itu sudah tergeletak di aspal perumahan. Rio panik, ia bingung harus melakukan apa? Lalu dengan tak enak hati Rio keluar dari mobilnya dan menghampiri orang yang ia tabrak itu. Dilihatnya, ternyata seorang gadis cantik.

"Ma-maaf! Gua gak fokus ke jalanan dan gak lihat ka–" Ucapan Rio terhenti saat gadis itu mendongakkan wajahnya menatap Rio. Tatapan tajam dari gadis itu membuat Rio mengingat seseorang. Seketika saja dia membelalakkan mata saat tahu siapa gadis yang sudah dia tabrak itu.

"LU!" teriak Rio sambil menunjuknya dengan jari. Si gadis yang ditabrak pun bangkit dari terjatuhnya dan merapikan pakaiannya yang sempat kotor lalu menatap Rio tajam.

"Lu lagi, lu lagi. Kenapa sih lu seneng banget buntutin gua?" tanyanya dengan kesal. Rio mengernyitkan dahinya bingung. Seharusnya dia yang menanyakan pertanyaan itu, tapi malah gadis tersebut yang mengomelinya.

"Heh! Yang ada lu tuh yang buntutin gua. Ogah gila gua buntutin cewek gak jelas kayak lu," balas Rio tak mau kalah. Karena tak ingin mendengarkan ocehannya, Rio memilih berbalik badan hendak masuk kembali ke dalam mobil. Dia rasa gadis tersebut tidak terluka parah. Namun tiba-tiba tangannya ditahan oleh gadis itu membuat Rio terpaksa berhenti berjalan. Rio dimintai ganti rugi karena sudah melukai lutut dan siku gadis itu. Alih-alih menyetujui, lelaki bermata tajam ini malah tak peduli dan kembali melangkahkan kakinya. Sayangnya dia lagi-lagi mengurungkan niat akibat ancaman dari gadis yang dia tabrak. Gadis tersebut mengancam akan berteriak sekeras mungkin dan menceritakan kepada orang lain kalau Rio telah menabraknya. Kalau dia tak bertanggung jawab, maka dirinya akan dilaporkan ke polisi dengan tuduhan tabrak lari. Melihat bagaimana kesalnya lelaki ini membuat si gadis itu tertawa. Dia merasa memenangkan perdebatan.

Bersambung …