webnovel

HIGH CLASS JOMBLO

Cerita ini bermula dari persahabatan tiga orang wanita cantik bernama Agesti, Wilia dan Oliv yang kemudian mengalami nasib nahas yang serupa. Ketiga nya sama-sama dikhianati sang pacar. Akhirnya, mereka bertiga memutuskan untuk membuat sebuah geng bernama High Class Jomblo, yang berarti ketiga nya menobatkan diri sebagai jomblo-jomblo yang berkulitas. "Gue yakin, dengan berdiri nya geng High Class Jomblo ini, harga diri kita gak akan terinjak laki-laki lagi." (Shintya Agesti Munaf) COVER BY : RIA_GRAPHICC

Mufy_Mc · วัยรุ่น
Not enough ratings
280 Chs

PERTEMUAN DI RUMAH VADELLA

"Spadaaaaaa! Permisi."

"Iya, sebentar." Jawab Wilia dari dalam kamar kosannya.

"Eh, Billy.. udah dateng aja Lo." Sapa Oliv saat melihat Billy melambaikan tangan nya ke arah mereka berdua.

"Iya dong, Gue kan pake jet darat! Makannya cepet, hehe.. Oh iya, Agesti mana?" Billy mengedarkan pandangannya kedalam kamar kosan tiga gadis tersebut untuk mencari sahabatnya, Agesti.

"Lagi ke toilet dulu sebentar, Lo duduk aja dulu." Titah Wilia mempersilahkan Billy untuk duduk di atas tembok penyekat kosan satu dengan yang lainnya. Setiap ada tamu lawan jenis, pasti mereka akan disuruh duduk di tempat tersebut karena memang tidak ada tempat duduk yang lebih layak lagi. Maklum, kosan kecil yang seharusnya hanya ditinggali oleh satu org itu memang kosan yang paling murah disekitar kampus mereka.

Billy pun duduk di atas tembok penyekat tersebut sambil menghisap rokok elektrik miliknya.

"Kalian mau kemana, emang?" Tanya Oliv yang muncul dari arah dalam.

"Biasa, cewek Gue." Jawab Billy santai. Sepertinya memang mereka sudah terlalu sering mendengar kasus Vadella yang cemburu pada Agesti padahal sejak awal Billy sudah memperkenalkan Agesti sebagai sahabat kecilnya.

Oliv mengangguk sembari duduk di depan Billy dan bersebelahan dengan Wilia.

Beberapa saat kemudian Agesti pun keluar dari dalam kamar mandi dan menguncir kuda rambut hitamnya.

"Lo udah dateng? Dari kapan?" Tanya Agesti kepada Billy.

"Udah setengah jam yang lalu." Jawab Billy.

"Sialan, Lo! Udah ayo cabut."

"Bentar dong, semangat banget yang mau ketemu sama cewek Gue." Goda Billy sembari meniupkan kepulan asap tebal yang berasal dari rokoknya ke arah Agesti.

Mendengar jawaban yang keluar dari mulut Billy, Agesti pun mengikis jarak dengan lelaki itu dan menarik kerah bajunya untuk menyeret Billy naik ke atas sepeda motornya yang terparkir di depan kosan.

"Banyak omong banget sih, Lo! Masih untung Gue mau bantu."

"Aw.. Ges! Lepasin, gila Lo! Leher Gue kecengklak." Erang Billy menahan kesakitan di area lehernya.

"Bill, kalo Lo bawa Agesti kemana-mana, Gue jamin gak akan ada yang berani macem-macem sama Lo!" Ucap Wilia sambil terkekeh memperhatikan ulah sepasang sahabat di depannya.

Agesti pun melepaskan cengkeraman tangannya di kerah baju Billy kemudian berkacak pinggang membiarkan Billy menaiki dan menyalakan sepeda motornya.

"Iya Wil, Gue tau kalo Gue sahabatan sama preman pasar senen." Jawab Billy dari atas sepeda motor nya.

Tanpa memperdulikan dialog Billy dan Wilia, Agesti segera naik ke atas boncengan dengan kasar. Untungnya Billy sudah terbiasa dengan perlakuan Agesti yang seperti itu kepadanya.

"Bye Billy." Ucap Wilia dan Oliv dengan kompak sembari melambaikan tangan.

"Bye." Sahut Billy kemudian menutup kaca helm nya dan berlalu pergi ke tempat tujuan.

"Ges, jangan lupa pulang bawa makanan yang banyak ya!" Teriak Oliv sekencang-kencangnya saat melihat punggung Agesti sudah mulai menjauh dari pandangan.

Agesti menoleh sebentar dengan tatapan penuh emosi. Sementara kedua sahabat nya hanya menertawakan dari belakang.

---

Suara gemuruh sepeda motor Billy pun terhenti di depan sebuah rumah berpagar besi yang diperkirakan adalah rumah Vadella.

Seumur kenal dengan kekasih sahabat nya tersebut, Agesti sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki ke rumah Vadella. Ini adalah kali pertama Agesti di ajak ke rumah Vadella hanya untuk mengklarifikasi tentang suatu hal yang sangat tidak penting menurutnya.

Saat Billy berhenti di depan pintu pagar rumah tersebut, seorang satpam keluar dan menggeser pagar besi tersebut sehingga Billy pun langsung menyalakan kembali sepeda motornya dan mengajak Agesti masuk ke rumah tersebut.

"Makasih Pak Anton." Ucap Billy sedikit samar karena suara bising knalpotnya yang hampir membuat gendang telinga Agesti pecah.

Satpam pribadi Vadella pun menutup kembali pagarnya tanpa menjawab ucapan Billy sedikit pun karena mungkin suaranya tidak begitu sampai ke telinganya akibat knalpot sepeda motor Billy yang keras.

Sesampainya di daun pintu, Agesti menarik lengan Billy sebelum lelaki itu mengetuk pintu.

"Ini rumah Vadella? Ngapain kita ketemuan di rumah sih? Kenapa gak di luar aja? Kalo orang tuanya tau masalah kita gimana?" Agesti mengerutkan kedua alisnya sembari menyerocos di hadapan Billy.

"Tenang aja, orang tua Vadella baik kok." Jawab Billy santai.

Entah apa yang ada di pikiran Billy saat ini. Tapi rasanya Agesti masih tidak mengerti kenapa Billy seolah sedang mempermainkan perasaannya.

"Eh, Lo mau Gue bantuin Lo apa enggak? Gue gak mau ya, masalah makan di nasi Padang kemarin jadi berbuntut panjang gara-gara orang tuanya Vadella tau."

Billy menghela nafas beberapa saat sebelum menjawab ucapan Agesti.

"Lagian apa salahnya sih, Ges kita ketemuan di rumah Vadella? Kan biar dia sama Lo lebih deket juga. Gue tuh capek liat Vadella cemburuin Lo terus, makannya Gue pengen Lo akrab sama dia, biar dia juga bisa anggap Lo sahabatnya sendiri." Billy menaikan kedua alisnya sembari tersenyum ke arah Agesti.

Tanpa pikir panjang Gadis itupun langsung menginjak kaki Billy yang sudah membuatnya kesal bukan main.

Bruggghhh!

"Awwwhhh... Sakit, Agesti." Billy mengangkat satu kakinya yang menjadi korban kemarahan Agesti.

Saat sedang merengek kesakitan di depan pintu, rupanya Vadella mendengar kebisingan tersebut dan segera keluar untuk mengecek.

"Eh, sayang.. kamu udah lama di sini? Kamu kenapa?" Tanya Vadella yang langsung sigap merangkul Billy yang masih merasakan kesakitan karen di injak oleh Agesti.

Vadella menoleh ke arah Agesti dengan sorot mata yang tajam seolah memperlihatkan sebuah ketidaksukaan.

"Ayo masuk." Titah Vadella dengan ketus.

Sementara itu, Agesti tetap diam mematung di depan pintu sambil melipat kedua tangannya di atas perut.

"Ges, ayo masuk." Ucap Billy sembari menahan satu kakinya yang masih terasa linu.

"Gue pulang aja ya! Tiba-tiba kepala Gue sakit."

Saat Agesti mulai berbalik badan, Billy yang sudah lebih dulu masuk itu pun langsung menghampiri Agesti dan menarik sahabatnya tersebut untuk masuk.

"Kok pulang sih? Kita kan baru aja nyampe, udah Lo gak usah alesan deh."

"Ish, lepasin tangan Gue Billy Mahesa! Lo kasar banget sih jadi cowok!" Erang Agesti sembari berusaha melepaskan cengkraman tangan Billy sekuat tenaga.

"Kasar? Gue nahan Lo pergi, Lo bilang kasar? Terus Lo nginjek kaki Gue apa, hm?"

"GAK SENGAJA." Jawab Agesti dengan cepat.

"Gila, Lo! darimana nya yang gak sengaja? jelas-jelas Lo sengaja nginjek kaki Gue." Balas Billy kemudian.

Melihat keributan yang kembali terjadi di depannya, membuat Vadella pun langsung berteriak untuk memberhentikan perdebatan mereka.

"Stoooop! Udah kalian semua masuk sekarang." Vadella pun menarik tangan kedua orang tersebut secara paksa.

Mau tidak mau Agesti pun harus mengikuti sang pemilik rumah.

"Nyesel Gue ikut sama Lo." Ucap Agesti kepada Billy yang hanya tertawa penuh kemenangan.