Agesti terlihat berjalan pelan menyusuri tepi jalan yang cukup ramai. Sesekali kaki lenjang nya sengaja menendang beberapa kerikil yang ia temui.
Sepulang dari rumah nya, ia tampak murung. Ucapan Ayah nya yang berkali-kali mengatakan agar Agesti berhenti kuliah dan menikah dengan anak teman nya sangat menggangu pikiran Agesti. Terlebih, ia sudah sampai di semester enam. Dirinya membutuhkan banyak biaya untuk bisa bertahan dan menyandang gelar sarjana.
Jika di bandingkan dengan kedua sahabatnya, Agesti adalah yang paling beruntung secara materi. Sayang nya, ia tidak mendapatkan dukungan penuh untuk berkuliah seperti kedua sahabatnya.
"Kayak nya Gue harus cari uang sendiri." Batin Agesti sembari membuang nafas kasar.
Udara yang cukup panas membuat bulir keringatnya tampak jelas di sekitar kening.
Tenggorokan nya sudah kering akibat perdebatan sengit antara ia dan sang Ayah.
"Gara-gara debat sama babeh, Gue jadi haus banget."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com