webnovel

HIGH CLASS JOMBLO

Cerita ini bermula dari persahabatan tiga orang wanita cantik bernama Agesti, Wilia dan Oliv yang kemudian mengalami nasib nahas yang serupa. Ketiga nya sama-sama dikhianati sang pacar. Akhirnya, mereka bertiga memutuskan untuk membuat sebuah geng bernama High Class Jomblo, yang berarti ketiga nya menobatkan diri sebagai jomblo-jomblo yang berkulitas. "Gue yakin, dengan berdiri nya geng High Class Jomblo ini, harga diri kita gak akan terinjak laki-laki lagi." (Shintya Agesti Munaf) COVER BY : RIA_GRAPHICC

Mufy_Mc · วัยรุ่น
Not enough ratings
280 Chs

MENANTI KESEPAKATAN

Agesti, Wilia dan Oliv tengah duduk di sebuah bangku panjang sambil menikmati bubur kacang ijo yang mereka beli di Car Free Day.

Selain mengajak Wilia dan Oliv berolahraga agar tetap fit, Agesti juga sangat menyukai pergi ke Car Free Day karena ia bisa sambil cuci mata melihat para lelaki tampan yang sedang berolahraga atau sekedar menyempatkan membawa binatang peliharaan mereka jalan-jalan.

Sebenarnya, Wilia dan Oliv tidak begitu suka berolahraga. Kedua gadis itu lebih memilih menghabiskan hari libur mereka dengan menonton drama Korea atau membaca novel-novel remaja.

Namun hari ini, Agesti memaksa kedua sahabatnya untuk ikut pergi ke Car Free Day bersama.

"Ges, tumben Lo punya uang? Habis di kirim ya sama Babeh Lo?" Tanya Oliv sambil menyeruput kuah santan yang sengaja ia sisakan di akhir sesi makan nya.

Agesti mengangguk ragu namun dengan raut wajah yang seperti tidak begitu tertarik membahas soal orang tua nya.

"Pantesan, di kirim banyak emang? Kok Lo sampe bisa traktir kita begini sih?" Tanya Wilia.

"Ya elah, Gue traktir kalian bubur kacang, bukan makanan mahal. Kenapa sih pada heran begitu? Kalian gak percaya kalo Gue beneran bakal bayarin makanan ini semua?" Agesti meruncingkan ujung bibir nya.

"Percaya." Sahut Wilia dengan cepat.

"Iya, percaya Ges." Sambung Oliv kemudian.

---

Gadis bertubuh tinggi itu berdiri diantara kedua sahabatnya yang memiliki tinggi yang sejajar.

"Kalian liat cowok itu!" Tunjuk Agesti sembari mengarahkan salah satu jari nya kepada seorang lelaki berjambang dengan rambut kepala nya yang gondrong tengah mengelus lembut anjing peliharaan nya di bangku taman.

Setelah selesai makan bubur kacang ijo, Agesti membawa kedua sahabatnya ke taman tempat beberapa orang sedang beristirahat setelah berolahraga.

"Ya.. i see! Kenapa sama cowok itu? Lo suka sama dia?" Tanya Wilia tanpa permisi.

"Wah, Lo serius suka sama cowok berantakan kayak gitu? Setau Gue tipe cowok Lo itu kayak si Billy kan? Yang rapih, wangi dan.."

"Sssstttt... Kalian bisa gak sih dengerin Gue ngomong dulu? Lagian siapa yang suka sama cowok itu." Sahut Agesti karena merasa kesal telah dituduh menyukai lelaki di depan nya.

"Oke, terus maksud Lo apa?" Wilia memincingkan mata nya ke arah Agesti.

Sementara itu, Oliv masih memperhatikan lelaki gondrong di depan nya yang terlihat begitu akrab dengan anjing peliharaan nya.

Agesti merangkul Wilia dan Oliv kemudian membawa mereka ke sebuah tempat duduk yang cukup jauh dari keramaian.

"Ada apa sih, Ges? Kenapa kita harus ngobrol di sini?" Protes Oliv sambil menghentakkan kaki nya beberapa kali.

"Gue mau ngobrol serius sama kalian! Kemarin-kemarin kan Gue gak jadi ngomong karena ada Billy kan? Nah, sekarang saat nya Gue ngungkapin obrolan Gue yang sempet tertunda itu." Pungkas Agesti dengan serius.

Kedua pasang mata sahabat nya langsung tertuju ke arah Agesti.

"Ya udah, ngomong deh! Jangan bikin kita penasaran."

"Sabar, Liv! Ini Gue lagi bingung ngomong nya dari mana dulu." Ujar Agesti sambil menggaruk kepalanya.

"Ah, gak jelas Lo!" Pekik Wilia sembari melipat tangan di dada.

Agesti diam beberapa saat sebelum masuk ke ceritanya.

Setelah menarik nafas panjang, Gadis itu pun sudah tampak siap bercerita.

"Cowok itu namanya Tony, dia salah satu temen nya Billy yang agak belok lah bahasa nya."

"Belok?" Ulang Oliv dengan ekspresi penasaran nya.

"Ya.. maksud Gue, dia punya orientasi seksual yang beda sama kita gitu loh." Agesti mencoba menjelaskan secara santun tentang apa yang diketahui nya perihal Tony.

"Gay?" Tanya Wilia dengan spontan.

"Something like this lah, Gue gak tau. Inti nya dia itu belum mau menikah sampe sekarang, padahal usia nya udah sekitar tiga puluh tahunan."

"Ya terus urusan nya sama kita apa, Agesti?" Wilia mulai memijat kening nya karena Agesti begitu bertele-tele menjelaskan maksud dan tujuan pembicaraan nya.

"M--maksud Gue.. begini, jadi orang tua nya Tony itu selalu maksa dia buat cepet nikah! Minimal dia punya pacar aja dulu, tapi kan memang dia gak tertarik sama cewek! Masa iya sih dia harus ngenalin pacar cowok nya ke orang tua nya?"

"Hm.. terus?"

"Jadi Tony itu sewa jasa pacar secara online biar orang tua nya itu percaya kalo dia beneran udah punya pacar dan sebentar lagi mungkin akan dia nikahin! Gue tau cerita ini dari Billy langsung, makan nya kemarin pas Billy datang secara tiba-tiba, Gue gak lanjutin ceritanya." Pungkas Agesti.

"So?" Oliv menatap kedua mata Agesti lekat-lekat.

Sementara itu, Agesti kembali menarik nafas sebelum melanjutkan ceritanya.

"Kalian kan tau, keadaan ekonomi kita lagi sulit. Orang tua kita juga udah gak bisa kirim kita uang banyak. Masih bisa bayar uang sewa kosan sama biaya kuliah aja udah untung! Jadi Gue kepikiran buat.. kita buka jasa pacar sewaan aja, gimana? Selain menguntungkan secara materi, kita juga bisa bantu banyak orang seperti Tony yang kehidupan nya lagi ada di posisi sulit seperti itu. Menurut kalian, ide gue ini gimana?" Tanya Agesti kepada kedua sahabatnya.

Wilia dan Oliv saling menatap heran. Apa yang Agesti bicarakan tentu bukan lah solusi yang mudah mereka cerna dengan cepat.

Menjadi seorang pacar sewaan tentu akan membuat mereka banyak menemui resiko-resiko yang tidak di harapkan. Bagaimana pun juga, pekerjaan mereka itu adalah membohongi orang lain dengan kepura-puraan demi sejumlah uang yang mungkin jumlah nya tidak begitu besar.

"Lo udah gila ya, Ges? Apa Lo sakit?" Tanya Wilia sembari menempelkan punggung tangan nya ke arah dahi Agesti yang tampak lembab oleh keringat.

"Iya, nih! Ngaco banget temen Lo, Wil." Pungkas Oliv kepada Wilia.

Agesti menepis tangan Wilia yang sempat menuduhnya sakit dan gila.

"Gue serius, Wil.. Liv." Ucap Agesti kesal.

"Kita juga serius Agesti! Lo kalo kasih ide yang bener aja dong! Masa iya, pacaran di jadiin mainan. Kalo ternyata kita beneran jatuh cinta sama klien kita sendiri gimana? Berabe kan urusan nya?" Sahut Wilia dengan cepat.

"Ya jangan sampe lah! Lo tau gak? Yang bakalan jadi klien kita itu gak jauh dari cowok-cowok semacam Tony. Emang nya Lo mau jatuh cinta sama cowok model begitu?" Agesti mulai mengompori agar kedua sahabatnya bisa menyetujui ide nakal tersebut.

"Liv, menurut Lo gimana? Lo tenang aja, soal keamanan udah Gue pikirin matang-matang! Kalian jangan takut. Percaya sama Gue!"

Oliv masih diam menyangga kepala nya dengan kedua tangan.

Keputusan yang akan mereka ambil sangat lah sulit sehingga Oliv dan Wilia tidak ingin terburu-buru menyetujui usulan Agesti.

"Pengeluaran kita makin hari makin banyak loh! Gue udah gak mau lagi minta duit sama Babeh." Curhat Agesti sambil membuang nafas dengan kasar.

"Emang nya Lo serius ide ini bakalan bikin kita punya banyak uang? Kalo enggak gimana?" Tanya Wilia.

"Anything possible when you believe, Wil. Lagian jasa pacar sewaan ini belum hype kan di lingkungan kita?"

Wilia mengangguk pelan namun masih tampak ada keraguan di wajah nya