Suara sepeda motor jenis Harley yang di bawa oleh Billy pun menggema di sekitar Kafe.
Setelah Band kesukaan Billy selesai membawakan beberapa lagu mereka, lelaki berperawakan tinggi tegap itu pun segera mengajak Agesti pulang.
Sahabat kecil nya itu segera naik ke atas boncengan sesaat setelah Billy memarkirkan kendaraan nya dan bersiap untuk pergi dari tempat tersebut.
Tidak lama kemudian Billy pun langsung tancap gas tanpa banyak basa-basi.
Selama di perjalanan pulang, Billy dan Agesti saling mendiamkan. Pasal nya, suara knalpot sepeda motor nya begitu keras sehingga keduanya tidak bisa mendengarkan suara masing-masing. Apalagi, Billy mengenakan helm yang pasti akan mengganggu pendengaran nya.
"Kita beli makanan dulu ya, buat temen-temen Gue." Teriak Agesti kepada Billy setelah menepuk pundak lelaki itu perlahan.
Billy pun menoleh beberapa detik sebelum mengangguk perlahan meskipun sebenarnya ia tidak begitu mendengar ucapan Agesti.
Tapi karena ia sudah hafal dengan kebiasaan sahabat nya, Billy pun langsung mengerti bahwa Agesti akan membelikan makanan terlebih dahulu untuk kedua sahabat nya yang pasti sudah menunggu kedatangan nya sejak tadi.
---
"Kenapa Lo ajak Gue ke pasar malem?" Agesti tampak kebingungan saat Billy berhenti di sebuah pasar malam yang ramai oleh para pengunjung.
"Mau beli makanan kan? Biar makanan nya lebih bervariasi, makan nya Gue ajak Lo kesini." Jawab Billy santai setelah melepas helm milik nya.
"Bisa aja Lo! Bilang aja Lo lagi bokek kan? Gak ada duit?"
"Ck! Agesti, sejak kapan sih seorang Billy Mahesa gak punya duit, hm?" Billy berkacak pinggang sambil menatap kedua manik mata sahabat nya lekat-lekat.
Agesti mengipaskan satu tangan nya setelah mendengar pertanyaan Billy yang tampak sombong kepadanya.
"Udah cepetan, Gue tunggu di sini aja! Lo cari aja makanan buat temen-temen Lo, nanti Gue kesana." Pungkas Billy sambil mengeluarkan rokok elektrik milik nya dari tas kecil yang selalu ia bawa kemanapun.
"Jangan bilang Lo mau ninggalin Gue di sini?" Agesti menunjuk wajah Billy dengan jari nya dengan nada yang meninggi. Pikiran buruk tengah mengisi kepala nya secara penuh saat ini.
"Gila, Lo! Kepikiran banget ya, Lo sampai ke situ. Lagian emang nya Gue pernah ninggalin Lo sembarangan? Gak ada juga yang mau mungut Lo, haha." Billy terkekeh sendiri setelah menjawab tuduhan Agesti yang berlebihan.
Memang nya berapa sih, harga martabak, Cilor, telor gulung, atau paling elit nya makanan sejenis seafood di pasar malam ini? Bagi Billy, yang seorang anak bos besar - mentraktir Agesti jajan di pasar malam tidak akan mengganggu kesejahteraan hidup nya sama sekali. Kalau Agesti mau, ia bisa membeli semua makanan di tempat tersebut karena Billy pasti bisa membayar nya.
"Ya udah, Lo tunggu di sini. Awas ya kalo kabur." Ancam Agesti.
"Iya, Bu haji." Jawab Billy santai.
Gadis itu pun mulai berjalan menuju ke arah penjual martabak dan Mie ayam yang berada bersebelahan. Nampak nya ia tidak tanggung-tanggung untuk memesan makanan yang akan ia bawa pulang ke kosan. Lagi pula, bukan pakai uang nya juga - pikir Agesti si tidak tahu diri.
Dari jarak sekitar sepuluh meter, Billy duduk di atas sepeda motor nya sambil merokok. Meskipun ia selalu menjaga kesehatan makanan nya, Billy tidak bisa menghilangkan kebiasaan merokok nya sejak SMA. Itu karena dulu ia sempat bergaul dengan anak-anak nakal. Alhasil, ia tidak bisa menghilangkan kecanduan nya dalam merokok meskipun ia berkuliah di bidang kesehatan.
"Sialan! Mentang-mentang Gue kaya, semua penjual makanan Lo beli semua." Ucap Billy kemudian berjalan menghampiri Agesti untuk bersiap membayar makanan yang di beli sahabat nya.
Dari arah yang bersebrangan, Agesti sudah tampak gembira karena Billy sudah sangat pengertian kepadanya. Lelaki itu datang di saat yang tepat, 5 menit sebelum pesanan Agesti selesai di buatkan.
"Lo beli apa aja?"
"Ini, sama ini." Agesti menunjuk gerobak martabak dan Mie ayam di samping nya.
"Udah? Cuma dua doang? Gue liat tadi Lo juga liat-liat ke sana?" Tanya Billy keheranan karena ia sempat melihat Agesti berjalan ke arah penjual makanan yang lain.
"Oh, enggak. Kayak nya ini aja cukup."
Billy mengangguk perlahan sambil merogoh dompet di dalam tas kecil milik nya.
"Total nya berapa bang?" Tanya Billy kepada penjual Mie ayam.
"100 ribu, Mas." Jawab penjual mie ayam itu dengan ekspresi yang begitu ramah.
Mendengar jawaban dari sang penjual, Billy pun tampak kaget dan berusaha memperjelas pendengaran nya.
"Berapa bang? S--seratus ribu?"
"Iya, Mas.. harga per porsi nya 10 ribu, murah lah kalo buat mas, mah! Jajanin pacar nya 100 ribu kan murah." Sahut penjual Mie ayam menggoda kedua muda-mudi pembeli Mie ayam nya.
"What? 1 porsi 10 ribu. Maksud nya, dia pesan 10 porsi?"
Agesti mengangguk tanpa dosa, membuat Billy sampai ternganga heran meskipun ia tetap membayar makanan tersebut.
"Iya mas, ini Mie ayam 10 porsi nya. Baik banget ya Mas, pacar nya.. katanya buat bagi-bagi di kosan nya. Semoga langgeng ya Mas."
Berulang kali sang penjual Mie ayam menyangka ia dan Agesti adalah sepasang kekasih.
Billy tidak merespon. Ia hanya bisa menelan ludah karena ulah Agesti yang membuat heran.
"Dia bukan pacar saya, Pak! Dia itu sahabat saya." Agesti menjelaskan kepada penjual mie ayam yang sejak tadi mengira mereka pacaran.
"Oh, gitu.. saya kira Mas sama Mbak nya pacaran, hehe."
Billy hanya menghela nafas beberapa saat karena masih terheran-heran dengan pesanan Agesti yang banyak padahal teman sekamar nya hanya ada dua orang.
Saat baru saja berbalik badan, rupanya penjual martabak langsung menyodorkan pesanan Agesti yang juga super banyak sampai membuat Agesti sendiri kewalahan.
"Total nya, 300 ribu Mas." Ucap penjual martabak itu sambil tersenyum. Penjual mana sih, yang tidak bahagia kalau dagangan nya laris di borong oleh pembeli. Itulah yang kini sedang di rasakan oleh penjual Mie ayam dan martabak yang baru saja di beli oleh Agesti.
"300 ribu?" Billy melotot semakin heran.
"Iya, Mas.. ini sesuai pesanan si Mbak nya, martabak telor sama martabak manis masing-masing 5 buah dan semuanya yang spesial." Pungkas penjual martabak itu menjelaskan pesanan Agesti.
"Hehe, tenang aja Bang! Temen saya ini orang kaya, 300 ribu mah kecil." Ucap Agesti sambil menjentikkan jari nya ke arah penjual martabak.
Billy pun lagi-lagi hanya bisa menelan ludah dan pasrah mengeluarkan uang nya kembali untuk membayar martabak pesanan Agesti.
"Alhamdulillah, terimakasih ya Mas.. Mbak, semoga rezekinya lancar."
"Amin." Jawab Agesti sambil tersenyum.
Sementara itu, Billy langsung berjalan ke arah sepeda motor nya yang kemudian diikuti Agesti yang tampak kesusahan membawa makanan nya sendiri.
"Bill, bantuin Gue dong! Berat nih." Rengek Agesti kepada sahabat nya.
Namun Billy hanya membiarkan Agesti menelan penderitaan nya karena itu adalah kemauan nya sendiri.
"Suruh siapa beli makanan banyak-banyak buat di bagiin sama orang? Dinas sosial Lo?"
"Ck! Gue kan cuma persen dua jenis makanan, Bill." Sahut Agesti dari arah belakang dengan bermalas-malasan.
"Dua jenis sih, dua jenis.. tapi jumlah pesanan nya yang gak masuk akal." Balas Billy kemudian mengenakan helm nya kembali.
Agesti pun naik ke jok belakang sepeda motor Billy dengan susah payah sebelum mereka bertolak untuk mengantar Agesti pulang ke kosan nya.