Kedua gadis itu pun berlalu pergi meninggalkan Agesti dan Billy di taman kampus tepat di bawah pohon yang cukup rindang. Untuk sekedar bersantai, taman tersebut begitu nyaman dan menenangkan.
Meskipun suasana terlihat ramai, tapi tidak ada seorang pun yang mau mencampuri urusan orang lain. Mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ada yang sedang mengerjakan tugas, ada yang hanya sedang mendengarkan musik dan menonton film, ada juga yang sedang nongkrong diiringi suara gonjrengan gitar beberapa mahasiswa yang jarang ikut kelas.
Melihat Agesti yang sedang murung di depan nya, Billy merogoh sebatang cokelat di dalam tas laptop nya kemudian memberikan Snack tersebut kepada Agesti.
"Nih, makan! Daripada Lo ngelamun terus. Nanti kesurupan."
"Gue mau pulang ke kosan." Jawab Agesti secara spontan namun tetap membuka bungkusan cokelat di depan nya.
"Mau ngapain? Lo suka nonton drama Korea juga?"
"Enggak, Gue mau tidur aja.. istirahat."
Billy memutar kedua bola mata nya cuek, kemudian kembali melanjutkan mengetik beberapa tugas kuliah nya.
Agesti tampak mulai merasa nyaman karena cokelat yang diberikan Billy ternyata enak. Gadis itu tersenyum beberapa kali namun tidak ingin menunjukan kekaguman nya terhadap cokelat tersebut di depan Billy. Bagaimana pun juga, Agesti harus mempertahankan gengsi nya.
"Oh iya, Bill.. Gue mau tanya dong! Gimana sih, rasanya sekolah keperawatan?" Tanya Agesti sambil mengunyah cokelat tersebut.
Billy mengangkat wajah nya kemudian menatap manik mata Agesti lekat-lekat.
"Emang nya Lo gak pernah nanya itu sama Tio?"
Agesti menghentikan kunyahan nya seketika. Jawaban yang diberikan Billy membuat cokelat enak itu terasa hambar. Agesti membungkus kembali cokelat nya kemudian segera membereskan barang-barang nya.
"Lo mau kemana, Ges?"
"Pulang."
---
Billy mencegat pergelangan tangan Agesti saat gadis itu hendak pergi meninggalkan dirinya karena di singgung masalah Tio.
Seperti nya Billy belum mengerti, betapa menyakitkan nya kisah percintaan Agesti dengan Tio sehingga membuat gadis itu tidak ingin mendengar nama Tio sedikitpun.
"Apaan sih, Lo! Baperan banget! Duduk." Titah Billy kepada Agesti.
Gadis itu menepis tangan Billy dengan cepat. "Gue gak suka ya, Lo bahas-bahas Tio lagi! Gue sama dia udah selesai, dia juga udah jadi suami orang, jadi Lo jangan lagi deh nyebut nama dia di deket telinga Gue." Sungut Agesti dengan kemarahan tingkat tinggi.
Billy menggaruk kening nya beberapa saat kemudian bangkit dari tempat duduk nya untuk merayu Agesti agar mau menemani nya duduk di taman itu kembali.
"Sorry ya, Ges! Gue tau Gue salah, salah banget! Tapi Lo mau kan maafin Gue?" Billy mengangkat jari kelingking nya ke depan wajah Agesti sebagai simbol permintaan maaf yang selalu mereka lakukan sejak kecil.
Kedua sahabat itu memang tidak berubah dari dulu. Beda nya, dulu Agesti lah yang sering mengacungkan jari kelingkingnya untuk meminta maaf kepada Billy karena sering membuat lelaki itu menangis atau terluka karena kecerobohan nya. Namun sekarang, Billy sudah tumbuh menjadi lelaki yang jahil dan pemberani. Sehingga ia bisa membalas semua kejahilan Agesti dulu kepadanya.
"Tapi Lo harus janji, jangan lagi bahas nama Tio di dekat Gue!"
"Gue janji! Gue, Billy Mahesa bersumpah.."
"Sssstttt... Apaan sih, Lo! Gila ya? Diliatin orang-orang, tolol!" Agesti meninju lengan atas Billy bermaksud untuk menghentikan ucapan Billy yang menggema di sekitar taman saat mahasiswa yang lain sedang tenang tanpa ada kegaduhan.
Billy kembali terkekeh-kekeh melihat ekspresi Agesti yang akhirnya bisa ia rayu kembali untuk tetap duduk mendampingi dirinya.
"Nah, gitu dong! Gue kan jadi semangat ngerjain tugas nya kalo ditemani cewek cantik begini." Ucap Billy sembari mengedipkan sebelah mata nya dengan genit ke arah Agesti.
"Jijik, Gue."
---
Agesti mengetuk-ngetuk meja taman dengan kelima jari tangan nya saat mendampingi Billy mengerjakan tugas kuliah.
Gadis itu tampak canggung berhadapan dengan Billy saat ini. Namun bukan karena ia memiliki perasaan lebih kepada sahabat nya tersebut, melainkan karena ia sedang berdebat dengan isi kepala nya sendiri dan momen seperti ini membuat Agesti tidak bisa berkonsentrasi penuh dengan rencana nya yang akan di sampaikan kepada kedua sahabatnya yang ternyata ada sangkut-pautnya dengan Billy.
"Kenapa Lo? Cokelat nya kurang?"
"Enggak, masih banyak." Jawab Agesti sekedarnya.
"Terus? Lo udah gak mau nemenin Gue di sini?" Tanya Billy sembari mengangkat satu alis nya yang tebal.
"Oke, mungkin Lo masih bete gara-gara tadi! Gue anterin Lo pulang aja ya." Lanjut Billy kemudian menutup Laptop nya dan bersiap mengantar Agesti pulang.
"Hm, Bill.." Gadis itu menggantungkan ucapan nya.
"Apa?"
"E... Gak apa-apa! Cabut yuk!" Agesti berdiri dan memakai jas almamater nya untuk segera pulang bersama Billy.
Lelaki di depan nya tampak berkacak pinggang sambil menggeleng heran.
"Lo cantik, tapi aneh." Ucap Billy dalam hati.
Agesti menarik lengan Billy untuk segera pergi dari tempat tersebut.
"Lo mau langsung pulang?" Tanya Billy.
Agesti menggeleng. "Biasa, temenin Gue makan dulu ya." Pekik Agesti sembari tersenyum manja.
"Temenin makan doang apa sekalian bayarin nih?"
"Oh.. ya jelas bayarin dong! Masa iya Gue yang bayar! Lo kan Bank pribadi Gue." Jawab Agesti dengan tegas dan tak tahu malu.
"Hm.. ya udah, Lo mau makan dimana?" Billy memakai helm milik nya kemudian menaiki sepeda motor yang ia parkir di depan kampus.
"Bakmi Mbak Roro! Kita udah lama gak kesana kan, Bill?"
Billy mengangguk tanpa antusias.
Gadis berperawakan tinggi itu pun naik ke atas boncengan sepeda motor Billy dan bersiap untuk bertolak ke sebuah tempat makan yang biasa ia dan Billy kunjungi saat masa SMA dulu.
---
Di tempat yang berbeda, Wilia dan Oliv sudah hampir setengah jam menonton serial drama Korea yang baru mereka dapatkan melalui sebuah link yang di bagikan oleh teman sesama pecinta Drakor mereka di sebuah komunitas.
Wilia dan Oliv begitu antusias saat beberapa teman mengabarkan bahwa ada serial drama terbaru yang lebih menarik di bandingkan dengan film sebelumnya. Kedua gadis itu bahkan melupakan jam makan siang mereka demi menonton drama-drama cengeng yang begitu mereka sukai.
Di antara ketiga gadis yang berada dalam satu kamar kosan yang tidak begitu luas tersebut, hanya Agesti yang berbeda haluan dengan kedua sahabatnya yang lain.
Agesti sama sekali tidak menyukai aktivitas menonton, membaca ataupun kegiatan-kegiatan yang menurutnya statis. Gadis itu lebih menyukai aktivitas yang membuat ia bergerak seperti jalan-jalan, olahraga, dan kegiatan lain yang membuat ia tidak diam di tempat.
Bagi Agesti, ia lebih baik tidur seharian ketimbang harus melakukan aktivitas-aktivitas statis seperti kedua sahabatnya. Sehingga tidak jarang, Agesti banyak mengasingkan diri dari Oliv dan Wilia saat kedua teman sekamar nya itu sedang tergila-gila dengan sebuah drama Korea yang mereka tonton.