Seiring berjalan nya waktu, kabar ketiga gadis cantik yang kini sudah menjomblo pun sudah tersebar dari mulut ke mulut.
Agesti, Wilia dan Oliv kini bak terlahir kembali. Ketiga nya menjadi incaran banyak laki-laki karena sudah lama menunggu kejombloan mereka.
Mungkin nasib mereka sekarang adalah hasil dari do'a-do'a para penggemar berat mereka yang di kabulkan.
"Sialan! Celo ngebuntutin Gue Mulu." Ucap Oliv kepada kedua sahabat nya dengan wajah yang merah merona.
Wilia terkekeh melihat ekspresi Oliv yang sudah mendidih dan seperti sudah tidak sabar ingin memberi pelajaran kepada Celo, lelaki culun yang tergila-gila kepadanya.
"Emang nya Lo habis dari mana sih?" Tanya Wilia sambil meneguk air mineral yang di beli nya beberapa jam yang lalu.
"Gue kebelet kencing tadi.. ya, Gue ke toilet lah! Waktu Gue baru aja keluar, tiba-tiba Celo nyamperin Gue." Pungkas Oliv menjelaskan proses pertemuan ia dan Celo hari ini.
Agesti hanya menyunggingkan senyum di bibir nya sesaat sebelum kemudian ia kembali serius menatap layar laptop nya karena ia harus menyelesaikan beberapa tugas kuliah nya yang belum rampung.
Agesti memang tipikal gadis yang malas dalam mengerjakan tugas kuliah nya. Namun meskipun demikian, gadis itu tidak pernah berpikir untuk mengakhiri pendidikan nya karena kemalasan tersebut.
Ia lebih memilih bertahan dan sabar untuk beberapa tahun daripada menyesal seumur hidup hanya karena ia tidak mau menggunakan kesempatan berkuliah ini dengan baik di kemudian hari.
"Terus sekarang Celo kemana? Kok dia udah gak ngikutin Lo lagi?" Tanya Wilia penasaran.
"Gak ada! Tadi Gue buru-buru lari jauhin dia dan kebetulan Gue ketemu sama Bu Siska, ya udah Gue bilang aja kalo dari tadi Celo udah ngikutin Gue dan bikin Gue gak nyaman."
"Lo bilang gitu sama ibu nya Celo?" Agesti mengangkat kedua alis nya tidak percaya.
Ucapan Oliv tersebut langsung mendapat perhatian dari Agesti yang sedari tadi sibuk dengan tugas-tugas kuliah nya yang menumpuk.
Oliv mengangguk cepat tanpa beban. Ia bahkan tidak memikirkan resiko nya kalau saja Bu Siska merasa tersinggung akan ucapan nya barusan. Karena bagaimanapun juga, Bu Siska adalah dosen aktif di kampus nya dan juga pengajar di kelas mereka.
"Terus kata Bu Siska apa?" Tanya Wilia ikut mencari tahu.
"Ya, Bu Siska gak ngomong apa-apa sama Gue! Cuma waktu dia liat anak nya lari nyamperin Gue, dia langsung jewer telinga Celo depan Gue dan akhirnya Gue bisa kabur deh! Gue gak tau lagi kelanjutan nasib Celo sekarang."
Agesti dan Wilia menelan ludah bersamaan. Oliv si gadis polos baru saja menggali lubang kuburan nya sendiri.
Bu Siska memang di kenal sebagai dosen yang begitu tegas namun ia tidak galak.
Karena ketegasan nya, banyak mahasiswa yang segan untuk sekedar mengobrol dengan nya.
Ternyata Oliv tidak demikian. Ia bahkan berani mengadukan kelakuan putera sulung Bu Siska tersebut kepada Dosen yang amat di segani di kampus nya tanpa malu-malu.
Hal tersebut tentu saja mengundang tawa sekaligus rasa heran dari kedua sahabatnya yang bahkan tidak pernah berpikir bahwa Oliv akan melakukan hal tersebut.
"Kalian kenapa? Kok pada ketawain Gue sih?" Tanya Oliv penasaran.
Agesti menggeleng sembari menutup mulut nya dengan satu tangan.
Sementara itu, Wilia hanya mengangkat bahu lalu merapihkan rambut nya yang panjang dan bergelombang itu tanpa memperdulikan pertanyaan Oliv.
---
"Ges!"
"Hm?"
Agesti menoleh ke belakang saat seseorang memanggil nama nya. Karena suara tersebut sudah tidak asing lagi, Agesti langsung merespon dengan santai.
Dia adalah Billy Mahesa, teman dekat Agesti sejak kecil.
Keduanya sudah berada dalam satu sekolah sejak TK.
Pembawaan Billy yang lemah lembut membuat sang ibu dulu begitu mempercayai Agesti kecil yang seperti seorang preman, untuk menjaga Billy dari teman-teman mereka yang selalu membuat onar.
Ternyata sampai mereka berkuliah pun, Billy tetap masuk ke dalam satu kampus yang sama namun dengan fakultas yang berbeda.
Billy mengambil kuliah jurusan perawat, sama seperti Tio dan Lola. Sementara Agesti dan kawan-kawan nya mengambil jurusan Rekam Medis.
"Nanti malam Lo ada waktu gak?" Tanya Billy sambil membetulkan letak kacamata nya.
Sebagai informasi, meskipun Billy selalu memakai kacamata kemana-mana, tetapi ia tidak seperti Celo si cupu itu. Billy dewasa juga sudah tidak lembek lagi, malah sekarang ia yang berbalik bisa menjaga Agesti.
"Gak ada, kenapa emang? Lo mau traktir Gue makan?" Tanya Agesti tanpa basa-basi.
"Makan Mulu, Lo! Gue mau ajakin Lo nonton konser band indie." Sahut Billy menyampaikan tujuan nya.
"Ck.. Gue pikir Lo mau ajak Gue makan!" Agesti terlihat kecewa.
Bagi nya, makan sampai kenyang lebih baik daripada membuang-buang waktu untuk sekedar mendengarkan lagu-lagu cengeng yang akan menyita banyak waktu nya tanpa keuntungan.
"Gue males, ah." Lanjut Agesti sambil berjalan pelan keluar dari area kampus nya.
Wilia dan Oliv sudah pulang lebih dulu karena mereka sudah menyelesaikan semua tugas. Sementara Agesti harus menemui salah satu dosen karena harus memberikan hutang tugas nya yang baru ia kerjakan hari ini.
Billy tampak tersenyum manis. Lesung pipi nya menambah kesan imut namun cool pada diri seorang Billy.
Lelaki itu pun merangkul bahu Agesti sambil merayu sahabat nya tersebut agar mau di ajak pergi dengan nya nanti malam.
"Tenang aja, sepulang dari nonton konser, Gue pasti traktir Lo makan!" Rayu Billy sambil mengedipkan satu mata nya genit.
"Beneran?"
"Emang nya kapan Gue gak pernah traktir Lo makan kalo kemana-mana, hm?"
Agesti terkekeh-kekeh dan mengacak rambut Billy yang mulai menggondrong itu tanpa permisi.
"Ya udah, Gue mau." Jawab Agesti dengan ekspresi berseri-seri.
Billy pun mengangkat kedua jempol tangan nya sebelum membiarkan Agesti berlalu menuju ke kosan nya.
"Bye, Ges! Sampai jumpa nanti malam ya." Ucap Billy kemudian melambaikan satu tangan nya.
"Bye! Jangan lupa jemput Gue ya! awas jangan telat." Balas Agesti sambil berteriak dari jarak sekitar sepuluh meter.
Billy pun tampak mengangguk kemudian membuka pintu mobil nya dan pergi dari area kampus.
Semenjak tahu Agesti sudah putus dari Tio, Billy kembali sering mengajak Agesti pergi jalan-jalan karena khawatir sahabat nya tersebut akan mengalami depresi berat akibat di tinggal menikah oleh orang yang sudah bersama nya bertahun-tahun. Billy ingin membalas kebaikan Agesti saat kecil kepadanya, yaitu dengan cara membuat gadis itu kembali ceria di tengah keterpurukan nya.
Bagi Billy, kebahagiaan Agesti adalah prioritas nya selama ini. Agesti sudah ia anggap sebagai saudara kandung nya sendiri karena ia merupakan anak tunggal di keluarga nya yang pasti membutuhkan partner yang bisa di ajak ngobrol dan pergi kemana-mana.