"Arthur itu kau?"
Cecile sontak terkejut. Padahal mereka baru saja berpisah beberapa menit yang lalu tapi bertemu kembali secepat ini?
"Kenapa? baru beberapa menit saja kita berpisah dan kau sudah merindukan ku hem.."
Kata Arthur. Mengangkat salah satu alisnya sambil tersenyum dengan bangga.
Cecile tidak begitu mempedulikan sifat narsistik pria itu saat ini. Sekarang yang ia pedulikan adalah nasibnya yang hampir ditangkap. Jika itu terjadi, orang-orang ini akan membawanya pulang ke wilayah barat, suku Zeath.
Merasa diacuhkan, Arthur memasang penampilan tidak bahagia diwajahnya. Melirik tak berdaya kearah Cecile. Arthur melihat gadis itu tampak sedang memikirkan sesuatu. Pada akhirnya ia mengerti situasinya.
Identitas gadis itu sepertinya sudah terungkap. Dan sekarang orang-orang ini ingin menangkap nya. Hanya saja langkah mereka langsung terhalangi oleh sekelompok orang yang mengejarnya.
Orang-orang dari suku Akez yang tadinya ingin menangkap gadis itu, segera melangkah mundur ketika melihat segerombolan pria berjubah bulu hitam dan coklat. Mereka dengan teratur menjauh untuk memberi mereka jalan.
Dan para imigran juga ikut melakukan nya. Dari situasi yang terjadi, mereka dapat menebak. Sekelompok orang berjubah bulu yang baru saja datang bukanlah sembarang orang bagi masyarakat suku Akez.
Sekelompok pria cabul yang tadinya mengejar Cecile juga ikut menjauh. Mereka adalah sekelompok anggota daftar hitam dari suku mereka. Yang kemudian berimigrasi ke wilayah Utara suku Akez untuk melarikan diri.
Jadi mereka tidak punya keberanian untuk menyinggung para pria berjubah itu. Masyarakat suku Akez tampak sangat menghormati rombongan itu. Jadi dengan itu saja mereka dapat menilai situasi. Bahwa Mereka adalah orang-orang penting. Tentunya mereka tidak akan membuat masalah dengan mereka.
Cecile melihat orang-orang yang tadinya begitu bersemangat menangkap nya. Kini menemukan mereka yang mendadak melangkah mundur.
Mereka bergeming ditempat setelah memberi ruang pada segerombolan orang yang baru saja datang. Hal itu membuat Cecile merasa heran.
Apakah mereka tidak ingin menangkap nya lagi?
Melirik pada segerombolan pria berjubah bulu yang baru saja datang, Cecile ingat. Mereka adalah jenis yang sama, dengan yang melompati kamar penginapannya semalam.
Lalu ia menoleh pada Arthur. Menemukan pria itu yang tampak acuh tak acuh disampingnya.
Merajut sepasang alisnya, Cecile berpikir. Sebenarnya apa hubungan Arthur dengan orang-orang itu?
Perwakilan dari gerombolan itu melangkah maju. Ia berkulit coklat gelap yang tampak kompatibel dengan jubah bulunya yang bewarna senada, ia berkata dengan lantang.
"Ini adalah perintah" Katanya lantang memecah keheningan.
"Tuan muda maafkan kelancangan kami"
Setelahnya pria itu membungkuk dengan tangan terkepal memberi busur hormat.
Cringg!!
Segera orang-orang dibelakang nya mengeluarkan pedang yang panjang dari sarung mereka. Kemudian dengan serentak pedang itu diacungkan ke langit.
Setelahnya sekelompok orang itu dengan serempak melompat ke udara. Mereka saling berputar dengan formasi yang indah. Tampak seperti kelopak bunga yang berputar-putar di udara. Jubah bulu mereka juga berkibar dengan megah oleh tamparan angin.
Segera orang-orang terpana dengan pemandangan itu.
Mereka yang suku Akez tampak tidak begitu terkejut. Seperti itu bukanlah hal yang baru bagi mereka.
Tapi tidak bagi para imigran yang menatap itu dengan rahang setengah terbuka.
Termasuk Cecile. Ia tidak dapat menyembunyikan kekaguman dari wajahnya. Matanya yang coklat sedikit berbinar dengan takjub.
Apakah mereka adalah bagian dari anggota keamanan suku Akez? pikirnya. Jika benar, maka itu sangatlah luar biasa. Bahkan dari apa yang ia tau, tingkat kemampuan anggota keamanan suku Zeath saja mungkin tidak seluar biasa itu.
Setelahnya orang-orang itu kembali melompat ke bumi. Mereka satu persatu jatuh dengan membentuk formasi lingkaran. Dimana membuat Arthur dan Cecile terkepung didalamnya.
Detik itu Cecile masih sangat terpukau. Matanya masih belum berpaling dari menonton aksi mereka.
Sampai tepat ketika Cecile melihat pedang yang tadinya diacungkan ke langit. Itu satu persatu mulai diayunkan tepat ke atasnya. Mata coklatnya membesar. Detak jantungnya segera berhenti. Dan deru nafasnya terus tertahan.
Prangg!!
Itu adalah suara pedang yang saling bertabrakan. Pedang-Pedang yang tadinya Cecile kira akan menimpanya. Itu malah memanyungi dirinya dan Arthur.
Cecile yang masih setengah sadar dengan perubahan itu merasa linglung ditempat. Tubuhnya bergetar sesaat. Lalu pertahanan nya hilang dan ia bersimpuh dibumi dengan wajah pucat.
Terperangkap dalam lingkaran orang-orang berjubah itu dengan pedang memanyungi diatasnya, ia seakan berada dalam posisi seorang tahanan yang nyaris hampir terbunuh. Segera rasa kagum nya menghilang menjadi kepanikan.
Arthur yang melihat betapa takutnya gadis itu, merasa tidak puas dengan orang-orang berjubah itu. Sedangkan orang sekitar yang menonton, perlahan-lahan mengangkat kaki dari tempat itu.
Orang suku Akez lah yang pertama kali memulainya dan diikuti oleh para imigran dibelakang nya. Awalnya mereka enggan meninggalkan tempat itu karena masih sangat penasaran dengan apa yang terjadi selanjutnya, tapi masyarakat suku Akez segera memperingatkan mereka untuk bergegas pergi. Seakan mereka dilarang untuk menonton itu lebih lama dan mereka tidak tau kenapa masyarakat suku Akez melarangnya.
Sebenarnya masyarakat suku Akez banyak menyimpan rahasia besar yang mereka tidak tau apa itu. Sekeras apapun mereka mencari tau, mereka tidak akan pernah menemukan nya. Rahasia itu tersegel dengan rapi oleh suku mereka yang sama sekali tidak pernah buka mulut.
Mungkin jika seseorang ingin menceritakan rahasia nya, mereka dapat mempercayakan suku Akez untuk menyimpan nya. Rahasia itu pasti tersimpan dengan baik ditangan mereka. Suku Akez dikenal dengan orang yang setia menyimpan rahasia sampai akhir. Bahkan jika nyawa menjadi ancaman, mereka tetap tidak akan buka mulut.
"Tuan muda Arthur maafkan kelancangan kami"
"Bwa..hhaa..ha" Arthur tidak dapat menahan tawanya ketika mendengar mereka mengatakan itu. Apakah mereka berpikir ia sudah menyerah? Melihat kesekitar, pasar yang tadinya penuh lautan manusia kini tampak seperti pemakaman yang sunyi.
Melihat itu, mata birunya berkilau tajam. Mengalihkan pandangan kepada orang-orang yang mengepungnya, ia berhenti tertawa dan dengan murah hati menarik sudut bibirnya untuk tersenyum dengan lebar.
Itu menonjolkan tulang pipinya yang sempurna dan menyipitkan mata birunya seperti bulan sabit. Segera sekelompok pria berjubah itu merasa rumit dalam hatinya.
'Yang mulia selalu penuh siasat yang tersembunyi'
'Yang mulia selalu menjadi orang yang sulit di tebak'
'Yang mulia adalah orang yang sangat sulit dibaca'
Satu persatu dari mereka pun mulai bermonolog dalam hatinya.
Cecile yang mendengar tawa santai Arthur entah bagaimana merasakan ketegangan nya perlahan hilang. Rasa paniknya lenyap begitu saja. Perlahan ia bangkit sembari menyapu tanah dan debu yang mengotori gaun nya.
"Sudah tidak takut lagi?"
Tanya Arthur dengan tangan memegang kedua bahunya. Ia sedikit membungkuk untuk menemukan wajahnya. Lalu bibir itu melengkung membuat senyuman yang sangat lembut. Ketika ketampanan dan kelembutan berkolaborasi di wajahnya, itu membawa rasa tenang dan kesejukan. Mata birunya yang menatap tenang kearahnya, itu membawa rasa kedamaian dan perlindungan. Cecile terpana sesaat, nyaris kehilangan kata-katanya.
Matahari kian naik, cahayanya menembus di antara Pedang-Pedang yang memayungi mereka. Cecile dan Arthur yang berada tepat dibawah pengawasan pedang-pedang itu, tampak seperti pasangan yang sempurna. Garis-garis bayangan dari pedang mulai terbentuk dibawahnya, memberi sentuhan ruang yang indah.
Jika orang-orang melihat, itu tidak lagi seperti lingkaran tawanan. Tapi nyaris seperti sebuah kawalan romansa yang menarik. Dengan dekorasi dari pedang bak atap yang menaungi dua insan dibawahnya, itu seperti nuansa romantis yang menantang.
Yang satu cantik seperti jelmaan bulan dimalam hari sedang yang satunya tampan seperti matahari berwujud manusia yang turun ke bumi. Keduanya ada seakan siap untuk melengkapi satu sama lain.
Sekelompok pria berjubah yang mengepung mereka dalam lingkaran, baru saja menyadari. Bahwa tanpa sengaja, aksi mereka telah mengurung seorang gadis asing didalamnya. Tapi melihat interaksi keduanya, apakah dua orang ini saling mengenal?
"Sebenarnya siapa mereka?"
Tanya Cecile pada akhirnya dengan suara yang sangat rendah. Dengan Arthur disisinya, sama seperti pada malam hari itu di penginapan. Ia tidak lagi merasa begitu takut. Pria ini entah kenapa membawa rasa perlindungan kepada dirinya.
"Mereka adalah orang-orang dari wilayah ku. Mereka ingin membawaku pulang"
Cecile melihat kulit Arthur yang dingin seperti salju putih. Apakah ia dari suku Zeath? Awalnya ia mengira Arthur adalah suku Akez. Itu wajar, karena suku Akez memiliki keberagaman warna kulit.
"Wilayah barat, suku Zeath?"
"Bukan!"
___