webnovel

Hemlock : The land of werewolves

Cecile adalah seorang putri dari kepala suku. Suatu hari ia bertunangan dengan saudagar kaya atas kehendak ayahnya sampai membuat nya lari dari rumah. Pelarian nya membawa beberapa pengalaman baru untuk nya tentang kedekatan nya dengan seorang pria asing yang bernama Arthur walau hanya sesaat. Akankah sesaat itu menjadi hubungan yang dekat? Ini adalah kisah tentang negri manusia dan negeri manusia serigala. Manusia serigala empat musim, seperti apa itu??? Slow update!

Happy_autumn · แฟนตาซี
Not enough ratings
37 Chs

Apakah dia orangnya?

Pada akhirnya Cecile harus menerima lamaran itu, karena ayahnya sudah menyetujuinya tanpa meminta pendapatnya sama sekali.

Kembali ke kamar, Cecile menarik sanggul rambutnya, ikal-ikal coklat keemasan itupun tergerai hingga ke pinggang.

Menjatuhkan tubuhnya ke kasur, disana sudah ada Anne yang terbaring memunggunginya.

Awalnya Cecile mengira Anne tertidur. Tapi melihat sedikit guncangan ditubuhnya, ia kembali ingat bahwa gadis itu baru saja menangis sebelumnya.

Apa saat ini ia masih juga menangis?

"Anne"

Tangannya terulur menepuk lengan gadis itu dan menariknya. Anne dengan cepat menampiknya, sedikit gusar ia bangun dari rebahan. Dengan punggung yang masih membelakanginya, kedua tangannya bergerak cepat seperti menyapu sesuatu di wajahnya. Baru setelah itu ia berbalik dengan seulas senyum.

"Ada apa?" Ia bertanya seakan tidak terjadi apa-apa.

Apakah Ia berpikir Cecile begitu bodoh untuk melihat betapa buruknya keadaannya saat ini.

Wajahnya yang halus tampak kuyu dan lengket, bisa terbayangkan betapa banyak air mata yang sudah tumpah di sana. Matanya yang hitam bulat biasanya terlihat cerah dan mengagumkan, tapi itu tampak redup dan sedikit bengkak.

Cecile menghela nafas berat. Kenapa Anne harus begitu tertutup. Ia bukanlah orang luar, jadi ia harusnya tidak perlu ragu untuk berbagi dengannya.

"Katakan padaku, kenapa kau menangis?"

Bulu mata Anne yang lurus, sedikit berkibar ketika mendengar pertanyaan itu. Menundukkan wajahnya, ia seperti menghindari tatapannya.

"Tidak ada!"

Anne terdiam sejenak lalu tiba-tiba melanjutkan.

"Ah, apa kau akan menerima lamaran itu? Aku tau kau pasti akan menerimanya bukan? Ia adalah pria tampan yang baik hati. Dimata para gadis ia seperti ksatria pujaan mereka, Cecile kau sungguh beruntung"

Anne mengoceh panjang lebar. Tangannya pun tak kalah bergerak lincah menggambarkan rasa kagumnya. Terlebih ketika ia mengatakan 'Cecile kau sangat beruntung'. Kedua tangannya itu terkepal erat di dada.

Seakan Anne menunjukkan bahwa Cecile memang adalah gadis yang sangat beruntung dan betapa ia mendambakan posisi itu.

Nada suaranya terdengar semangat dan tulus. Tapi ada yang lain dari sorot matanya. Sebagai jendela hati, mata akan selalu mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya.

Terlebih untuk orang seperti Anne yang begitu ekspresif. Cecile dapat melihat kesedihan dan kekecewaan di sana.

Lama terdiam dalam lautan pikirannya, akhirnya Cecile mulai menyimpulkan sesuatu yang tak pernah ia duga sebelumnya.

Mengangkat pandangannya, Cecile melempar tatapan yang sangat serius pada Anne.

Menerima tatapan intens seperti itu, Anne merasa sedikit canggung. Mengangkat tangannya, ia menarik sejumput rambutnya kebelakang telinga dan bertanya.

"Cecile kenapa kau menatap ku seperti itu?"

Cecile tidak langsung menjawab. Itu semakin membuat Anne resah sampai menggigit bibir bawahnya.

"Apakah dia orangnya?" Akhirnya Cecile mengutarakan pertanyaannya.

Anne tersentak kaget. Merajut alisnya ia tersenyum, seakan ia pura-pura tidak mengerti kemana menjurus nya pertanyaan itu iapun bertanya. "Cecile apa maksudmu?"

"Cinta pertamamu, apakah pria itu?" Cecile segera ke intinya.

Melihat reaksi tubuh Anne yang begitu terkejut. Cecile semakin yakin dengan dugaannya. Anne tidak mungkin mendadak menangis begitu saja malam ini tanpa sebab kan?

"Ha..ha.." Tiba-tiba Anne tertawa. Ia seakan mencoba menutupi kecanggungan nya lewat cara itu.

Lalu Anne dapat dengan mudah membohongi nya dengan mengatakan, 'lelucon apa yang kamu bicarakan?'

Tapi sebelum Anne dapat melakukan nya, Cecile sudah lebih dulu menduganya.

Dengan begitu Cecile langsung berkata lebih lanjut.

"Aku serius! Anne apakah dia orangnya?"

Tawa Anne mati.

Anne sadar, tidak mudah untuk membodohi seseorang yang sudah tumbuh besar bersama sejak kecil.

Tentu Cecile dengan cepat mengetahui kebohongan nya dan tentunya ia tau bahwa ada sesuatu yang ia sembunyikan darinya.

Mereka sudah sangat dekat untuk memahami satu sama lain seperti dekatnya akar pada tanah, itu melekat kuat dan erat.

"Katakan saja yang sebenarnya, kau tidak perlu menyembunyikan apapun dariku" Kata Cecile, ia semakin yakin dengan asumsinya. Yang sekarang yang ia butuhkan hanyalah pernyataan yang sebenarnya dari Anne.

"Betapa kecilnya dunia ini, bagaimana menurutmu?" Akhirnya Anne menyerah. Itu sia-sia berbohong dengan sepupu perempuannya.

"Ya, dia orangnya"

Cecile tercengang. Ia tidak pernah mengira bahwa orang yang melamarnya akan menjadi cinta pertama sepupu perempuannya.

Cecile sangat tau betapa Anne sangat bahagia dengan perasaan yang sangat baru untuknya itu. Anne tidak pernah merasakan cinta sebelumnya.

Tapi sekalinya jatuh, Anne begitu tergila-gila. Entah berapa kali gadis itu menghabiskan tenaga nya untuk menceritakan betapa tampannya pria itu. Memujinya seperti ksatria idaman para gadis. Mengatakan bahwa betapa ia ingin bertemu dengannya lagi. Sampai ia mengharapkan, akan datang suatu hari dimana pria itu akan membalas cintanya.

Seperti malam festival akhir tahun waktu itu. Anne mengungkapkan betapa besar harapan dan keinginannya lewat surat harapan yang ditulis nya di perahu sabut kelapa.

Cecile mungkin belum pernah jatuh cinta, tapi ia tau betapa berartinya perasaan itu untuk Anne.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan aku, terima saja lamarannya. Akan ku pastikan ia adalah pria yang baik hati, ia pasti akan membahagiakan mu" Kata Anne dengan tulus.

Tapi Anne gagal menyembunyikan betapa terluka nya ia. Matanya yang redup telah berbicara.

Cecile meremas tangannya, ia merasa bingung dan bersalah sekaligus.

"Lalu bagaimana denganmu?"

Bulu mata Anne berkibar resah, ada air yang mulai tergenang di pelupuknya. Cepat ia menunduk, menarik nafasnya dengan kuat. Itu seperti ia sedang menyedot semua rasa sesak di dadanya.

"Cinta ini hanya sepihak. Ia melamar mu itu artinya ia telah memilih mu. Sudah kukatakan kau tidak perlu mengkhawatirkan ku, ini hanyalah soal waktu saja dan aku akan segera melupakannya"

Cecile tidak sependapat dengan Anne. Ia dengan Edwin tidak pernah berjumpa sebelumnya.

Cecile sangat yakin semua ini terjadi karena tekanan keluarga kedua belah pihak. Ia dan Edwin hanyalah seorang anak yang penurut dengan apa yang orang tua mereka putuskan. Artinya sudah sangat jelas, itu bukan karena Edwin mencintainya. Tapi itu karena desakan keluarganya. Cecile sangat yakin dengan itu.

"Kau sudah berjanji sebelumnya, akan mendukung apapun keputusan ku. Bukan begitu?"

"Tentu saja!" Seru Anne semangat.

Cecile terharu dengan betapa tulusnya Anne padanya.

"Aku tidak menginginkan hubungan ini"

Mungkin ayahnya sudah membuat keputusan. Tapi itu hanyalah sepihak. Ayahnya sama sekali tidak mempertanyakan apakah ia mau atau tidak. Cecile merasa sangat kecewa pada ayahnya. Seperti itu, bukankah ayahnya mengabaikan perasaannya?

"Apa maksudmu? kau tidak ingin bertunangan dengannya?" Anne tidak mengerti dengan Cecile. Diluar sana betapa banyak yang mendambakan posisinya, tapi gadis ini menolaknya. Apa itu karena dirinya?

"Cecile sudah kukatakan padamu bukan? kau tidak perlu mengkhawatirkan perasaan ku"

"Tapi aku peduli dengan perasaanku!" Tekan Cecile.

Cecile tidak pernah mengira Anne akan begitu cepat menyerah dengan perasaannya setelah semuanya. Tapi ia tau Anne melakukan itu untuknya. Dan ia juga tau Anne adalah seorang gadis yang bijak pada setiap keputusannya. Ia tidak akan pernah begitu egois terhadap sesuatu.

"Anne kali ini aku menyerah!"

Ya, kali ini Cecile menolak keputusan ayahnya. Ia sudah lelah, sudah sejak dulu ia hidup dalam pengaturan ayahnya.

Cecile hanyalah seorang gadis biasa, ia juga ingin merasakan bagaimana rasanya membuat pilihan atau bahkan keputusan untuk hidupnya. Tapi sayang ia tidak pernah punya kesempatan itu.

"Kali ini aku tidak akan menuruti pengaturan ayahku lagi. Aku sudah menjadi gadis dewasa, aku merasa berhak untuk memutuskan pilihan besar dalam hidupku"

"Jadi kau ingin menentang ayah mu?" Anne tidak pernah mengira.

Akan datang suatu hari dimana Cecile seorang gadis yang penurut akan menentang keputusan ayahnya. Mungkin pada akhirnya semua sudah di lewat batas kemampuannya.

Pada akhirnya Cecile hanyalah seorang gadis biasa yang tentunya juga memiliki keinginan untuk memutuskan hal-hal besar dalam hidupnya.

"Jadi bagaimana jika ayahmu tidak menyetujuinya?"

Anne tau betapa pamannya adalah seseorang yang sangat susah mengubah keputusannya.

"Aku sudah memutuskan" Kata Cecile serius.

"Apa itu?"

"Aku akan bertindak gila kali ini"

___