webnovel

Empat

Araya menyendokkan sesuap bakso, dia duduk di temani Bela, sahabat Araya yang baru saja skors. Sedari tadi Bela selalu menanyakan perihal move on Araya dari Devano.

Mata Bela menyipit, masih ragu.

Dari arah pintu kantin terdengar keributan ulah Saka dan Radit, di sana tentunya saja berada Devano, Floren dan Aska. Mereka berjalan bergerombol; melewati meja tempat Bela dan Araya duduk.

Bela menunggu reaksi idiot Araya seperti biasa, namun seperti perkataan Araya jika dia sudah tidak ingin berurusan dengan most wanted itu, benar saja, Araya hanya fokus pada makanannya. Lalu tak lama Arga muncul, dia berhenti tepat di meja Araya, memperhatikan gadis itu sejenak. Bela menatap tajam Arga.

"Lo jangan sentuh Floren." Peringat Arga dingin. Araya yang sedang menikmati makanannya lantas meletakkan sendoknya pelan, mengambil tisue kemudian mengelap bibirnya.

"Ternyata selain tuli, lo juga buta." Celetuk Araya.

Dia menyedot jus jeruknya. Sisa setengah gelas——Araya berdiri; menghadap penuh ke arah Arga. Gelas berisi jus tadi lantas Araya siram ke wajah Arga hingga membasahi seragam atasan.

Byurr

Satu kantin menoleh menatap kaget kembaran A tersebut, saling melempar pandangan hingga akhirnya Araya meletakkan gelas dengan sedikit bantingan.

"Arga idiot, buka telinga lo lebar-lebar--"

"--mulai sekarang sampai gue mati sekalipun, ga ada rasa sedikitpun buat ngusik hidup bidadari lo itu. Dan mulai sekarang anggep aja lo ga kenal gue, soalnya gue udah anggep lo mati."

Araya memberi tepukan di pundak Arga dua kali lalu gadis itu pergi sembari menggandeng lengan Bela yang terbengong.

"AYA BERHENTI." Bentak Arga marah, nafasnya naik turun. Cowok itu membalikkan tubuhnya, melihat Araya yang juga menatapnya dengan dingin. "Lo masih Adek gue--"

"Adek lo Aya udah mati semenjak lo mihak ke jalang ga tau diri itu. Bye."

Araya menarik Bela lagi, menghiraukan keadaan ricuh kantin. Memang semenjak kedatangan Floren, semua orang mulai berpihak pada gadis itu, bahkan Arga yang notabe adalah saudara kembar Araya. Cowok itu akan lebih memilih mengantar Floren pergi ketimbang menemani Araya di rumah.

Hati Araya sakit, apa lagi ketika Devano; orang yang Araya sukai ternyata menyukai Floren.

Di dunia ini hanya ada Bela, hanya cewek itu. Bahkan terkadang Arum maupun Regan akan lebih memihak Floren padahal mereka tidak mengenal cewek itu.

Oleh sebab itu Araya mulai menindas siapapun yang mengganggunya dan paling parah ialah Floren, karena dia sumber dari hancurnya hidup Araya.

Arga terdiam seribu bahasa, merasakan tusukan jarum tepat di jantungnya.

***

Bel kembali berbunyi, setelah berpisah dengan Bela tadi, kaki Araya langsung membawanya ke arah kelas. Sembari mengemut permen tangkai favoritnya, dia memasuki kelas dan duduk tenang menghiraukan segala hal. Fokusnya jatuh kepada ponsel keluaran terbaru miliknya, menatap followers baru dengan kening mengerenyit.

"Niko?" Gumam Araya kaget, dia membuka akun tersebut lalu melihat sederet foto milik pria itu. Araya menghela nafas, mengapa jadi seperti ini? Padahal dia hanya berniat menolong. Oke jangan kepedean, lumayan juga Araya mendapat satu followers baru dan tanpa sadar jika hanya dia satu-satunya orang yang Niko ikuti.

Araya segera mengikuti akun Niko tanpa pikir panjang, dia juga mulai melihat daftar akun yang Araya ikutin kemudian menekan tombol berhenti mengikuti untuk satu akun yaitu milik Devano.

Menyisakan akun Niko di sana.

Tidak berpikir panjang Araya memasukkan ponselnya ketika Buk Sohe memasuki kelas dan memulai pelajaran Bahasa Indonesia.

Sedangkan Devano merasakan perasaan aneh mulai dari kemarin, di mana Araya berubah.

Sampailah pada istirahat ke dua, Araya memasukkan buku ke dalam tasnya. Tanpa beranjak dia membuka kaca jendela, menatap lapangan basket dari atas; melihat beberapa pria mulai bermain di sana.

Mata Araya tanpa sengaja menatap salah satu pria yang juga sedang menatapnya, Araya mengedipkan mata beberapa kali sebelum melambaikan tangan seraya tersenyum menyebabkan pria itu membeku.

Alasan Araya duduk diam seperti ini adalah untuk menghindari adegan seperti novel di mana dia akan semakin menaikkan pamor pemeran utama wanita, ewh, Araya lebih baik menonton para cowok bermain basket saja.

Saka tanpa sadar memperhatikan wajah Araya lamat, tidak perduli akan ocehan Radit.

"Aya~~~ main yuk..." Bela bersorak memasuki kelas, menghampiri cewek tersebut lalu menempelinya. Araya terkekeh lembut, mengalihkan perhatian dari lapangan. "Sini aja, nontoni mereka main." Sahut Araya menunjuk lapangan menggunakan dagu.

Bela berdiri tegak, ikut menatap lapangan, senyum jahil terbit dari bibir mungil Bela. Jari telunjuknya mulai menekan pipi Araya menggoda, "Ciee... udah mulai notice Lucas..." alis Araya menggeliat, Lucas itu siapa?

Muka bermasalah Araya membuat Bela terpekik, "OMAYGAD, LO GA TAU LUCAS?"

Pekikan Bela lantas menarik perhatian enam orang di sudut lain, Saka hampir saja menyemburkan air minum dari mulutnya.

Araya meringis kecil, menarik Bela dan langsung menutup jendela cepat pasalnya orang-orang dari lapangan basket serentak menoleh ke arah Bela dan Araya.

"Asik di cariin crush noh..."

Sorakan dari lapangan jugaa terdengar, wajah Araya memerah malu. Dia menatap sebal pada Bela yang cekikikan sembari melambai ke arah lapangan.

"Lucas tuh ketua basket, naksir sama lo dari awal mpls." Jelas Bela, matanya bergulir menatap kumpulan Devano, "Tapi dengan bodohnya, lo naksir cowok bego kaya gitu. Mending Lucas kemana-mana deh." Sindir Bela.

"Ck, bodo ah. Anggep aja selama ini gue buta."

"Sekarang ikut gue, kita nontoni Lucas main basket. Jiwa mak comblang gue bergetar nih." Bela segera menyeret Araya keluar kelas.

Aksa tersenyum miring saat melihat tangan Devano mengepal, lalu dia juga menatap wajah kaku Arga.

"Kenapa ya, Araya makin hari damagenya ga berotak." Cetus Radit tanpa pikir panjang. Saka mengangguk setuju, "Rasa ingin menggebet stonk..."

Aska terkekeh, menunjukkan layar ponselnya pada Radit dan Saka. "Saingan lo Niko."

Arga menoleh cepat, merampas ponsel Aska; menatap dingin akun instagram Araya yang hanya mengikuti Niko begitu pula sebaliknya. Dan sudah ada beberapa akun shipper Araya Niko bermunculan.

Setau Arga, Niko dan Araya baru bertatap muka hari ini saja. Oh, tidak, apa dari semalam saat dia tidak tidur di rumahnya?

Devano berdiri, melepaskan genggaman tangan Floren lalu dia keluar dari kelas.

Floren sendiri membeku, merasa tidak nyaman akan perubahan Araya.