webnovel

02

Jakarta 

Di rumah Kamil, 

Di depan rumah Kamil.. 

"Mil", kata Fitroh. 

"Muhun a, aya naon ?" 

(Iya a, ada apa ?), tanya Kamil. 

"Tadi mama telepon, mama masih menanyakan hal nu sarua"  

(Tadi mama telepon, mama masih menanyakan hal yang sama), jawab Fitroh. 

"Maksud na aa taros iraha Kamil kawin kitu ?" 

(Maksudnya aa tanya kapan Kamil menikah gitu ?), tanya Kamil lagi. 

"Muhun mil, iraha anjeun aya rencana hayang kawin deui ?" 

(Iya mil, kapan kamu ada rencana ingin menikah lagi ?), tanya Fitroh juga. 

"Teuing lah a, abdi masih trauma" 

(Entah lah a, saya masih trauma), jawab Kamil. 

"Anjeun mah sanes na trauma mil, masih aya nu anjeun antos pan, Titah pan putra na mamang Nano, tatangga nu di berlan baheula, nya pan mil ?" 

(Kamu mah bukannya trauma mil, masih ada yang kamu tunggu kan, Titah kan anaknya om Nano, tetangga yang di berlan dulu, ya kan mil ?), tanya Fitroh lagi. 

"Tah eta nyaho" 

(Nah itu tau), jawab Kamil lagi. 

"Punapa mboten cobi sampeyan pados ing sosmed kamawon mil" 

(Kenapa tidak coba kamu cari di sosmed saja mil), kata istri Fitroh yang memberikan saran pada Kamil. 

"Tah leres saur kakak ipar anjeun mil, cobi anjeun pilaru di sosmed wae" 

(Nah benar kata kakak ipar mu mil, coba kamu cari di sosmed saja), sambung Fitroh yang memberikan saran pada Kamil juga. 

"Pilari di sosmed manten, di Facebook, Instagram, atawa Twiter, a ?" 

(Cari di sosmed mana, di Facebook, Instagram, atau Twiter, a ?), tanya Kamil lagi. 

"Nya cobi wae pilari hiji-hiji mil" 

(Ya coba saja cari satu-satu mil), jawab istri Fitroh. 

"Oke, nanti Kamil coba cari di sosmed deh", kata Kamil. 

London 

Di rumah pak Adam, 

Di taman belakang rumah pak Adam.. 

"My wife" 

(Istriku), kata pak Adam. 

"Yes my husband, why ?" 

(Ya suamiku, kenapa ?), tanya bu Rusmini. 

"What are you doing, what are you thinking about my wife?" 

(Kamu kenapa, ada yang sedang kamu pikirkan istriku ?), tanya pak Adam juga. 

"Yes husband, you are right, I have something on my mind" 

(Ya suamiku, kamu benar, ada yang saya pikirkan), jawab bu Rusmini. 

"What's that ?" 

(Apa itu ?), tanya pak Adam lagi. 

"Titah, my husband" 

(Titah, suamiku), jawab bu Rusmini lagi. 

"Our daughter, why ?" 

(Putri kita, kenapa ?), tanya pak Adam lagi. 

"Will he return to this house again, after he returns to Indonesia, remember me, you, his sister, and his nephew here or not, my husband will be, that's all, and does he also feel at home at his father's house" 

(Apakah dia akan kembali ke rumah ini lagi, setelah dia pulang ke Indonesia, ingat aku, kamu, adiknya, dan keponakannya di sini atau tidak ya nantinya suamiku, sudah itu saja, dan apakah dia juga betah tinggal di rumah ayah nya), jawab bu Rusmini lagi. 

"You take it easy my wife, our daughter will definitely come back, you don't need to worry my wife, hopefully our daughter feels at home living at her father's house with her new mother and brother" 

(Kamu tenang saja istriku, putri kita pasti akan kembali, kamu tidak perlu khawatir istriku, semoga saja putri kita betah tinggal di rumah ayah nya bersama dengan saudara dan ibu barunya), kata pak Adam yang menenangkan istrinya. 

"Yes my husband, but can he accept his new brother and mother like he can accept you my husband" 

(Iya suamiku, tapi apakah dia bisa menerima saudara dan ibu barunya seperti dia bisa menerimamu suamiku), sambung bu Rusmini. 

"God willing, we can do it, our daughter is a good daughter, pious, understands religion, and she is also an adult, God willing, my wife" 

(InsyaAllah pasti bisa, putri kita adalah putri yang baik, soleha, mengerti agama, dan dia juga sudah dewasa, InsyaAllah bisa istriku), kata pak Adam lagi. 

"Amiin", sambung bu Rusmini lagi. 

Di depan rumah pak Adam.. 

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Asih. 

"Wa'alaikumussalam", Asih menjawab salam dari Titah. 

"Bi..", kata Titah. 

"Ya mbak, ini air hangatnya", sambung Asih. 

"Terimakasih bi, oh ya bi, ibu dan bapak kemana, pergi keluar ya, ke rumah ayu ya ?", tanya Titah. 

"Tidak mbak, bapak dan ibu ada di rumah tidak pergi kemana-mana mbak, sekarang bapak dan ibu ada di taman belakang rumah", jawab Asih. 

"Oh gitu, ya sudah saya ke sana, terimakasih ya bi", kata Titah lagi. 

"Inggih mbak Titah, sami-sami" 

(Iya mbak Titah, Sama-sama), sambung Asih lagi.

Di taman belakang rumah pak Adam lagi.. 

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada ayah dan ibu nya. 

"Wa'alaikumussalam", ayah dan ibu nya menjawab salam dari Titah. 

"Nduk..", kata bu Rusmini. 

"Inggih bu" 

(Iya bu), sambung Titah. 

"Kamu duduk dulu di sini ya, ibu ambil sesuatu untuk kamu", kata bu Rusmini lagi. 

"Iya bu", sambung Titah lagi. 

"Permisi mbak Titah, ndara, ini teh dan kopinya", kata Asih. 

"Inggih sih maturnuwun nggih" 

(Iya sih, terimakasih ya), sambung pak Adam. 

"Inggih ndara, amit" 

(Iya ndara, permisi), kata Asih lagi. 

"Inggih" 

(Iya), sambung pak Adam dan Titah. 

"Daddy" 

(Ayah), kata Titah. 

"Yes my daughter" 

(Ya putriku), sambung pak Adam. 

"What's going on here, and mom why, it seems sad, what happened dad ?" 

(Ada apa ini, dan ibu kenapa, sepertinya sedih, apa yang terjadi ayah ?), tanya Titah. 

"It's nothing, and there's also nothing for you to worry about" 

(Tidak ada apa-apa, dan juga tidak ada yang perlu kamu khawatirkan), jawab pak Adam. 

"Oh like that" 

(Oh seperti itu), kata Titah lagi. 

"Yes dear, oh yes you leave for the airport what time ?" 

(Ya sayang, oh ya kamu berangkat ke bandara jam berapa ?), tanya pak Adam. 

"Evening father, I want to check my belongings again, I'm afraid I'll miss something, but mom asked me to wait here, I'll just wait here" 

(Malam ayah, ini aku mau cek barang bawaan lagi takut nanti ada yang ketinggalan, tapi ibu memintaku untuk tunggu di sini, ya sudah aku tunggu di sini saja), jawab Titah. 

"You just go to your room later, let your father tell your mother, agree ?" 

(Begini saja kamu ke kamar saja nanti biar ayah yang memberitahu ibu mu, setuju ?), tanya pak Adam lagi. 

"Agree, okay dad, then I'm going to my room, excuse me" 

(Setuju, oke ayah, kalau begitu aku ke kamar ya), jawab Titah lagi.

"Yes my daughter" 

(Ya putriku), kata pak Adam lagi. 

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada ayah nya. 

"Wa'alaikumussalam", pak Adam menjawab salam dari Titah. 

"Niki loh nduk, loh kok mboten enten, kemana nggih ?" 

(Ini loh nak, loh kok tidak ada, kemana ya ?), tanya bu Rusmini yang kebingungan mencari anaknya. 

"My wife" 

(Istriku), sambung pak Adam. 

"Yes my husband" 

(Iya suamiku), kata bu Rusmini lagi. 

"Where is our daughter, did I ask you to wait here ?" 

(Putri kita mana, kan tadi aku minta untuk tunggu di sini ?), tanya bu Rusmini. 

"I asked him to go to my wife's room, because I had something to check, I was afraid I had missed something" 

(Saya memintanya untuk ke kamarnya istriku, karena ada yang harus di cek, takut ada yang ketinggalan), jawab pak Adam. 

"Oh I see, I'll just go to her room then, because I want to give this to her" 

(Oh begitu, ya sudah saya ke kamarnya saja kalau begitu, karena saya ingin memberikan ini padanya), kata bu Rusmini. 

"Yes, I want to go ahead, I want to ask our driver to warm up the car, because soon our daughter will leave and we will take her to the airport" 

(Ya sudah, saya mau ke depan, saya ingin meminta sopir kita untuk memanasi mobil, karena sebentar lagi putri kita akan berangkat dan kita mengantarnya ke bandara), sambung pak Adam. 

"Yes my husband" 

(Iya suamiku), kata bu Rusmini lagi.