webnovel

Bukan Mimpi

Memacu pelan Scooter-nya memasuki lapangan parkir kampus, Lurin benar-benar tidak merasakan ada hal yang baru yang membuatnya excited untuk berkuliah hari ini.

"Eh itu kan cewek yang lagi populer di Dikdok itu?" Tiga mahasiswi cantik di parkiran yang kebetulan baru keluar dari mobil melihat Lurin membuka helmnya dan berjalan melewati mereka.

"Eh iya loh! Beneren dia ini" gadis satunya tiba-tiba bernada excited.

"Waw...gak nyangka beneren anak kampus kita ya, eh iya gak sih anak kampus sini?" tanya yang satu lagi

"Kok kayak anteng gitu sih anaknya? ini beneran down to earth atau dia enggak tahu kalau dia lagi populer?"

Pembicaraan ketiga mahasiswi tadi tidak di dengar oleh Lurin, ia sebenarnya bukan tidak bisa mendengarkan mereka tapi karena dia sedang mendengarkan musik dengar Airpods nya jadi ia hanya berlalu santai.

Hari ini Lurin hanya ada satu kelas saja, ia masuk ke kelas yang dimana sudah ada beberapa temannya.

"Hai..." sapa Lurin pada Narwasti

"Hai..." Sapa Narwasti balik, lalu dengan fokus menatap Lurin yang sudah duduk di sampingnya.

"Eh...Lu gak ngerasa aneh hari ini?" Narwasti mencolek pinggang Lurin dan tampak tak geli.

Lurin terheran mendengar pertanyaan Narwasti, "Kalau gua ke kampus pakai piring terbang, itu aneh tapi sayangnya gua masih pakai scooter favorit gua" jawabnya konyol seadanya.

"Bukan itu on (sebutan lebih sopan daripada blo'on)" Narwasti mengedarkan pandangan keluar, ke pintu kelas.

"Terus kenapa?" Lurin ikutan menengok kearah Narwasti menengok, ada sekitar lima cowok di sana, menatap penuh konsentrasi kearah Lurin dan Narwasti, seakan ada penjelasan sebuah rumus di wajah mereka.

Narwasti berdiri dan berpindah tempat, ingin memastikan bahwa mereka memperhatikan Lurin bukan dia dan benar, mata para cowok masih penuh cahaya mengawasi gerak gerik Lurin.

"Mak...Gua serem" Lurin menyadari hal itu setelah Narwasti berpindah. Ia pelan-pelan menutup dirinya dengan jaketnya dan berdiri pula mendekati Narwasti

"Woi! Lu pada kenapa dah? ngapain nguntitin teman gua?!" Dengan lantang dan percaya diri Narwasti berteriak, beberapa orang dalam kelas jadi ikut melihat para cowok di pintu namun dengan cepat mereka pergi.

*****

Jika tadi adalah kejadian di kelas, sekarang kejadian di parkiran saat Lurin dan Narwasti hendak berpisah setelah selesai kelas.

"Bentar deh...Lu coba liatin cewek-cewek itu lagi ngeliat kemana? kenapa perasaan gua gak enak ya?" Narwasti lagi-lagi menemukan sekelompok cewek cantik sedang mencuri-curi pandang kepada mereka, atau mungkin kepada Lurin lagi?

Menoleh dengan sopan, Lurin benar-benar tidak ingin bayangan di benaknya menjadi kenyataan karna tadi saja di kelas sudah sedikit menakutkan baginya.

Deg!

Jantung Lurin berdetak kencang saat bertemu pandang dengan seorang dari para cewek-cewek cantik yang di maksud Narwasti tadi. Si cewek tersenyum manis namun Lurin dengan canggung menolehkan kepala kembali melihat Narwasti.

"Sist... Gua kenapa sih hari ini?" ia akhirnya bertanya.

"Lah gua yang nanya, lu bawa jimat apaan dari rumah hari ini? beneran mereka juga lagi ngeliatin elu?" mendempet-dempetkan badannya ke Lurin.

"Gak lah! Mak gua pulang aja dah ya...kok berasa dingin angin hari ini" Lurin memakai helm dan masker buru-buru.

"Okay... hati-hati di jalan, see you tomorrow" Narwasti juga sudah tidak ingin berlama-lama di sini, ia segera meninggalkan parkiran setelah memakai helm dan menghidupkan mesin scooter nya.

Sambil mengendarai scooter, Lurin berpikir tentang kejadian tadi.

Lurin merasa tidak melakukan apapun seminggu belakangan, bahkan sebulan ini dia hanya beraktivitas seperti biasa saja, ke kampus dan rumah atau mall kadang.

"Gua kenapa dah..."Masih kebingungan di lampu merah, Lurin ingin menggaruk kepalanya yang terasa gatal namun ia sedang mengenakan helm sekarang, sekedar melampiaskan hasrat menggaruknya, Lurin menggaruk saja permukaan helmnya yang keras dengan tangan kiri.

"Buka aja helmnya kalau gatal..." Suara pria tampan yang juga berhenti di lampu merah dan ia baru saja melihat kelakuan konyol Lurin.

"Ha ha ha...Iya bang" Lurin mati gaya.

Menengok ke kanan, di dalam mobil ada seorang cowok tampan dan manis menatap kearahnya.

"Lagi?" pikir Lurin